bc

TITISAN

book_age18+
1.1K
FOLLOW
3.8K
READ
adventure
reincarnation/transmigration
powerful
tragedy
mystery
magical world
supernature earth
another world
supernatural
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Karisma Pramudita mengalami hantaman serta goncangan batin. Tanpa disadari justru membuat intuisinya tiba-tiba menyala dan semakin tajam. Mengalami penganiayaan yang sangat dahsyat dari suaminya, justru menjadikan Karisma wanita yang kuat. Dari situlah perjalanan Karisma akan di mulai, dengan sendirinya ilmu pengetahuan mengucur ke dalam hati sanubarinya. Karisma mengalami hal-hal aneh yang sulit untuk di terima akal.

Karisma yang tulus, unik dan memiliki kemampuan spiritual yang tersembunyi dari titisan garis keturunan leluhur-leluhurnya. Raga luar yang disuguhkan hanya untuk menutupi siapa sejatinya Karisma. Sengaja menutupi kelebihan, karena ingin menjadi manusia yang biasa-biasa saja. Selain itu juga untuk melindungi dirinya dari kejaran para spiritualis yang menginginkan atau memanfaatkan untuk kepentingan pribadinya.

Bahkan ada beberapa orang yang merasa dirinya lebih pintar, lebih hebat, justru menyepelekan kemampuan Karisma yang dipikir masih ingusan. Mereka merasa sudah sangat berpengalaman dalam hal goip dan ilmu kanuragan. Kecemburuan, kedengkian, kejahatan muncul dari jiwa mereka yang tidak menginginkan Karisma mengungguli kemampuannya.

Beberapa orang iri dengan ilmu yang dimiliki Karisma, yang bisa didapatkan tanpa melakukan tapa brata seperti mereka-mereka. Maka dengan cara diam-diam mereka mencoba atau menguji kehebatan Karisma dengan jalan di luar logika, yaitu lewat angin, membunuh tanpa menyentuh. Entahlah ilmu apa yang dimiliki Karisma, sehingga serangan yang dikirimkan itu menjadi bumerang bagi sang pengirim. Energi negatif itu kembali pada diri seseorang yang melempar kolo kepada Karisma. Seorang perempuan yang tidak pernah membuat salah padanya telah dijadikan kelinci percobaan.

Bagaimana cara Karisma menundukkan ego dan menjinakkan musuh yang ada didalam dirinya.

Apa yang akan dilakukan Karisma untuk menajamkan senjata batinnya. Bisakah dia menghadapi berbagai ujian yang sudah menjadi kehendak-Nya.

Simak kisah seru yang membuat bulu kuduk merinding.

Terimakasih sudah meninggalkan jejak love, follow dan komentar.

chap-preview
Free preview
Pasrah Sepenuhnya
Karisma Pramudita adalah seorang wanita dewasa yang berprofesi sebagai Chef. Ia juga memiliki kemampuan spiritualis terpendam. Karakternya yang pendiam, tenang, namun marahnya menakutkan bagaikan macan putih. Sorot matanya yang tajam ketika marah, membuat siapapun yang jahat kepadanya akan lemah. Jika ia sudah berteriak maka akan menggetarkan musuh-musuhnya. Ia memiliki kebijaksanaan dan wibawa yang membuat seseorang yang memandangnya memiliki rasa sungkan. Bagi yang di perbudak rasio maka akan tumpul hati nuraninya dan susah untuk menembus batin seseorang yang memiliki keistimewaan. Akan tetapi bagi sebagian orang yang terlihat biasa namun, sebenarnya memiliki kematangan batin akan tahu ada sesuatu yang unik di dalam diri Karisma Pramudita. Wanita ini tak perlu diragukan kecantikannya. Ia juga anggun dan bijaksana. Tenang dan memiliki wibawa serta kharisma. Baik hati unik dan memiliki kemampuan spiritual yang tersembunyi dari titisan garis keturunan leluhur. Kelemahan dari Karisma adalah masih terikat dengan kesakitan di masa lalu yang masih membekas dan membawa traumatik yang mendalam. Trauma itu masih sering menyiksa jiwa raga Risma. Ia bisa jadi pendiam namun juga bisa energik dan memiliki semangat luar biasa dalam ikhtiar dan doa. Risma memiliki tingkat kepasrahan yang luar biasa kuatnya. Karisma hanya mempercayai sang Tunggal sebagai pelindung dirinya. Inilah kekuatan yang satu-satunya ia andalkan. Sadar diri tak bisa apa-apa apabila Tuhan tak menggerakkan dirinya. Karisma sadar. “Wong urip iku mung mampir ngombe." Ibaratnya orang hidup itu hanyalah istirahat sejenak untuk minum. Kehidupan setelah manusia dilahirkan di dunia. Kadang tanpa ia sadari, wanita ini telah melakukan perjalanan spiritual batin. Karisma mendapatkan banyak pembelajaran bahwasanya dunia hanyalah tempat persinggahan. Dunia hanya sebagai transit dan bukan untuk menetap. Karisma sebagai manusia sadar jika dirinya seorang pengembara. Setiap nafas yang ia hembuskan seperti langkah-langkah kaki yang terus bergerak mendekati persinggahan terakhirnya. Suatu saat nanti bisa dipastikan ia pun akan pulang dan kembali ke asal muasal penciptaan dirinya sebagai manusia. Kembali pada kehidupan yang tanpa batas. Cerita dimulai malam ini. Malam yang sangat hening dan larut. Waktu telah menunjukkan pukul dua belas lebih tiga belas menit. Hembusan angin terasa lebih dingin menyentuh raga Karisma Pramudita. Wanita ini sendirian berada dapur. Tidak mungkin selepas beraktivitas padat tidak lelah, ia juga lelah. Akan tetapi masih harus melakukan aktivitas seperti biasa, membereskan semua jualannya. "Engkau menyusup ke dalam yang ada dan tidak ada. Besar dan kecil. Serta baik dan buruk. Engkau penyebab adanya kelahiran. Kehidupan dan kematian. Engkau menjadi asal dan tujuan segalanya. Dunia nyata dan tidak nyata akan bersatu dengan Mu. Inilah persinggahan ku dan aku harus bisa MELAKONINYA sampai finis," kata wanita ini dengan suara lirih dan lembut. Begitu banyak pekerjaan yang di limpahkan kepada Karisma, namun tak membuatnya mengeluh. Ia tetap mengerjakan banyak pekerjaan dengan ikhlas. Inilah yang biasa ia lakukan ketika matanya belum mau untuk diajak terpejam. Seperti hari ini di kedai sangat ramai dan itu membuat keluarga yang membantu juga sangat merasakan lelah. Jika sudah seperti ini Karisma mengizinkan pembantu dan keluarganya untuk pulang lebih dulu, agar bisa beristirahat. Sungguh pengertian sekali wanita ini. Masih muda tapi memiliki kedewasaan dan empati yang luar biasa. "Harus punya ilmu supaya tidak tersesat dalam pengembaraan. Punya bekal. Ikhtiar dan tawakal." "Kamu ...." Karisma menoleh dan tersenyum sambil berkata dengan lirih dan lembut. "Iya. Aku." "Mengawasi?'' Karisma berkedip dengan lembut tanpa mengalihkan pandangan sedikit pun. "Tentu selalu mengawasi mu ...." "Kamu tahu apa yang terlihat dan tersembunyi dari ku?" Wanita ini tetap tenang ditemani hening malam. "Sudah pasti tahu." "Kalau sudah tahu, apa yang akan dilakukan?" "Melindungi yang ingin dilindungi." "Terus apalagi?" "Mengingatkan!" "Tentang?" tanya Risma. "Mengingatkan tentang semua hal. Mengingatkan ketika akan berbuat tidak baik. Mengingatkan ketika sudah berada di luar jalur. Membiarkan apabila berulang kali diberi nasehat namun tak sudi menghiraukan." "Bukankah akan celaka jika berulang kali mengabaikan nasihat?" "Iya. Apalagi nasihat yang diucapkan dari lisan yang memiliki kedekatan dengan yang Maha Kuasa, jangan di abaikan. Sudah bisa di pastikan, akan datang saatnya untuk mendapatkan pembelajaran." "Tidakkah bisa di tawar, agar itu tak terjadi?" "Tidak! Jika sudah finis. Jika sudah sangat tidak menghiraukan. Artinya itu berulang kali mengabaikan. Lantas kemana larinya? Pasti pada ujian yang akan membuat jera." "Tapi jika tidak jera-jera?" "Akan selalu ada episode baru untuk membuatnya sampai jera." "Bagaimana jika tidak jera lagi?" Risma masih terus bertanya. "Pulang." "Kemana?" tanya Risma. "Ke tempat asalnya." "Apakah kontrak di dunia sudah habis?" "Iya. Karisma." "Tidak kah bisa di perpanjang?" "Semua tergantung amal dan perbuatan. Jika kebajikan yang diutamakan, bisa jadi penolong. Jika mau melindungi diri, percaya diri, menjaga diri dan menjaga kebaikan untuk sesama, maka sehat jiwa raganya. Ia bisa bertahan lebih lama." "Iya. Karena itu masuk dalam syukur. Bersyukur atas ada dirinya dan bersyukur siapa yang membuat dirinya ada," lanjut Karisma. "Tapi, jangan tanya jika sudah tahu jawaban dari pertanyaan. Apa yang akan terjadi jika tidak menyayangi diri, tidak melindungi diri, tidak percaya diri?" "Rusak ...." Karisma berkata dengan tenang dan singkat. "Jiwa raga." "Jiwa akan gelisah apabila tidak diberikan makanan?" tanya Risma. "Tentu." "Makanannya dengan konsisten melakukan kebaikan. Apakah seperti itu?" "Iya. Maka jiwa akan sehat." "Bagaimana dengan raga?" Risma terus mengajukan pertanyaan. "Di sayangi, dilindungi, di jaga dan diperlakukan dengan baik. Apa yang tidak baik jangan di biasakan masuk ke raga. Jangan di konsumsi. Awalnya mungkin enak dan belum berasa efeknya. Akan tetapi lama-lama raga bisa rusak, bisa sakit." "Nyawa tidak akan betah pada raga yang rusak. Bukankah seperti itu?" "Iya. Karisma." "Baiklah terima kasih untuk semuanya. Aku lanjutkan aktivitas," pungkas Karisma. Karisma berdiri menuju ke jendela. Ia memegang handle dan menarik dengan pelan. Memasukkan selot dan mengunci jendela itu. Ia kembali ke dapur untuk meneruskan pekerjaannya. "Semuanya sudah pada pulang, tapi aku belum ngantuk," ucap Karisma. Ia meraih beberapa piring kotor di tempat cucian. Mengumpulkan beberapa gelas yang bercecer di meja dan menaruhnya pada ember berisi air. "Ehmmm ... sebaiknya aku merapikan pekerjaan biar besok bisa sedikit santai," ucap Karisma dengan lirih. Ia mencuci piring, gelas dan beberapa perabotan yang berada di tempat cucian barang pecah belah. "Kalau sudah bersih seperti ini, sedap dipandang mata." Memegang perabotan yang sudah dibersihkan, lalu menata rapi di rak. "Aku suka jika tempat ini bersih dan rapi. Apalagi wangi ... hummm aku suka sekali." Karisma tersenyum mencium aroma kembang jenar yang terkena hembusan angin dan berjatuhan di halaman. Wanita ini penyuka warna putih dan penyuka bunga-bunga berwarna putih juga. Ia juga menyukai aroma dari bunga-bunga jenis apapun, asalkan memiliki bau yang harum. Energi dari wewangian bunga-bunga segar, bisa di tarik Risma untuk membuat tubuhnya memiliki kekuatan. Selain bunga-bunga ada juga pemandangan alam yang asri. Itu juga bisa menghasilkan energi yang luar biasa bagi seseorang yang bisa menyerapnya. Karisma sekilas memang terlihat seperti manusia sederhana. Ia juga tukang masak yang handal di kedainya. Tangannya sangat terampil meracik bumbu. Masakan yang ia masak pasti memiliki rasa yang lezat. Karisma memang wanita tangguh, ia bisa bekerja di dua tempat sekaligus. Di kedai dan di rumah makan keluarga. Wanita ini memang cerdas. Tidak sekedar pintar, cantik tapi suka sekali memasak. Tak heran kenapa Risma terlihat sebagai seorang wanita yang mandiri dan pekerja keras. Usaha di bidang kuliner adalah keahliannya. Selain hobi dan dilakukan dengan senang. Melakukan pekerjaan yang di sukai, maka tak akan menjadi beban berat bagi Karisma. Ia bisa bahagia dan tentu saja juga bisa mendapatkan penghasilan tambahan. "Karisma ... banyak sekali pekerjaan kamu. Apa kamu tidak ingin beristirahat?" Ada suara yang bertanya kepada Karisma. "Masih ada yang harus aku bereskan," jawab wanita cantik bernama Karisma. "Ini sudah malam! Sebaiknya kamu istirahat," ucapnya lagi." "Iya. Tapu setelah semua beres baru istirahat." "Tidakkah kamu merasakan sesuatu?" "Apa ya?" tanya Karisma. "Aku mencium bau-bau aneh yang menuju ke tempat ini." Suara dari sosok wanita cantik yang ternyata dia adalah teman Karisma dari negeri astral. Sosok wanita yang berada di sebelah kiri Karisma. Bagi sebagian spiritualis bisa menyaksikan sosok pendamping Risma seorang wanita tua. Tapi ada juga yang bisa melihat jiwa wanita itu berwajah cantik dan muda. Ini memang benar adanya. Sejatinya tua itu dari ilmu yang dimilikinya. Sejatinya muda dan cantik karena putih dari energi yang ia pancarkan. Sosok inilah yang menjaga Risma. Wanita ini memang memiliki khodam dari leluhur yang turun temurun. Selain itu ia juga memiliki penjaga bidadari-bidadari serta kakek tua yang tak lain adalah eyang-eyangnya. "Ehmmm," jawab singkat dari Karisma. "Kamu tidak takut?" "Aku tidak memikirkan hal itu," jawab Risma. Risma mendengar temannya menyapa di sela- sela kesibukan Risma tetap mau menjawab. Wanita ini terlihat tenang dan melanjutkan pekerjaannya. Karisma tidak khawatir dan tidak terlalu mengambil pusing apa yang disampaikan teman gaibnya. Ia sudah terbiasa mendengar suara dari mereka yang tak berwujud. Risma memiliki banyak teman dan mereka bukan manusia tentu saja tidak memiliki raga dan tentunya tidak jahat kepada wanita cantik ini. Mereka yang tidak memiliki raga dan yang memiliki energi positif atau ilmu putih yang bisa mendekat dan betah berkomunikasi dengan Risma. Memang ada beberapa yang bentrok energi dengan Risma. Itu karena mereka memiliki ilmu hitam. Tapi tak jarang beberapa bisa dinetralkan oleh Risma dan akhirnya mereka berubah menjadi baik dan berilmu putih. Karisma tidak pernah kasar sekali pun sosok itu jahat atau berilmu hitam. Selama mau berubah menjadi putih, pasti bisa berkawan dengan Karisma. "Pantas saja kamu banyak orang iri dan mereka diam-diam mencelakai." "Biarkan saja jika mereka mau seperti itu. Mencelakai orang lain itu akan membawa efek buruk untuk dirinya sendiri," kata Risma. "Itu benar sekali." "Makanya tidak usah terlalu khawatir jika ada yang berniat atau sudah melakukan kejahatan. Pasti kembali kepada dirinya," lanjut Risma. "Tapi, kamu tidak mendoakan tentang keburukan?" "Doa keburukan bisa kembali kepada yang mendoakan. Cukup doa yang baik untuk sesama manusia. Cukup pasrahkan sama Tuhan, bagi mereka yang menyakiti dan jahat kepada kita," kata Karisma. "Kamu itu tidak hanya baik cantik di raga tapi jiwa juga." "Aku hanya manusia biasa," sahut Risma. "Kamu unik dan pintar. Kamu pandai menjaga kecantikan." "Wanita pasti menginginkan kecantikan yang sejati. Kecantikan jiwa raga dan itu harus dibentuk dengan sempurna. Melalui kekompakan jiwa raga," lanjut Risma. "Tapi, sulit jika tidak memiliki kemantapan hati." "Lawan kesulitan itu dengan yakin. Yakin atas kebaikan jika dilakukan secara konsisten pasti akan menghasilkan pagar perlindungan untuk diri," kata Risma. "Kamu juga ahli meracik bumbu dan menghasilkan masakan dengan rasa yang tiada duanya. Punya ciri khas sendiri. Jelas saja kedai mu ramai." Kembali sosok itu bercakap-cakap dengan Karisma. "Kamu ini seperti master chef, bisa mengoreksi masakan ku. Memangnya kamu mencicipi makanan yang ku masak?" Tersenyum manis sambil membersihkan sendok dengan tisu. Menaruh di tempat yang bersih dan aman dari jangkauan serangga. "Tidak! Mana mungkin aku makan seperti manusia tetapi mencium aromanya sudah bisa merasakan itu yang kau masak sangat enak." Berdiri di samping meja dan menemani Karisma. "Aku kira kamu ikut makan atau beli makanan ku ini. Jadi bisa tahu jika masakan ku enak," canda Risma. "Aku tidak makan ... makanan manusia," sahut Lestari. "Oh iya juga. Lalu apa makanan mu?'' "Makanan ku wewangian dan doa. Itu yang selalu kamu berikan. Wewangian dari kebaikan mendoakan serta pertolongan yang kamu lakukan ... itu yang membuat ku betah dan kenyang di samping mu." "Doa baik bisa melembutkan, bisa mengenyangkan dan membuat yang baik betah di sekitar kita," sahut Risma. "Begitu juga sebaliknya, yang jahat tidak akan betah berada di sekitar mu." "Tidak apa-apa." "Itulah sebabnya kenapa aku suka berada di sekitar mu. Kamu memang wanita yang baiknya langka," kata Lestari. "Kenapa?" "Karena kamu wangi dan suka doa. Doa mu bisa jadi nyata, apabila kau ucapkan dengan ikhlas dan tulus. Rasanya anclessss ... cleeessss di dekat mu," lanjut Lestari. "Anclessss! Memangnya kamu kira aku ini sumber mata air, kok di bilang anclessss?" Menahan tawa, karena hari sudah sangat malam. Tertawa di tengah malam akan membuat tetangga terusik. "Iya, seperti itu rasanya. Energi mu bagus. Kamu mewakili sifat tanah dan juga air." "Aku ini manusia biasa. Tentu ada negatifnya juga," sahut Risma. "Pasti. Aku tahu, kalau kamu bisa juga marah." "Tergantung ... kalau sudah ada yang keterlaluan. Sudah menyakiti dan merugikan sangat fatal. Menginjak harga diri. Itulah saatnya aku harus tegas," kata Risma. "Kamu kalau marah itu terpaksa! Sebenarnya tidak suka marah, kan? Kamu mengerikan kalau sampai ada yang sudah menginjak harga diri," lanjut Lestari. "Hehehe. Kamu ini." Karisma tersenyum. Memang apa yang dikatakan Lestari itu benar adanya. "Iya. Marah mu yang membahayakan itu marah diam! Kamu seperti macan yang bisa membuat musuh lemah. Marahnya macan itu bisa menjadikan musuh bergelimpangan dengan satu raungan," ungkap Lestari. "Kamu ini ada-ada saja," kata Risma. "Kenyataan itu. Tapi masih juga pada tidak kapok, masih suka menyakiti kamu. Mengirimkan sesuatu yang tidak baik. Malah mencoba kamu dengan ilmunya. Malah ingin mencoba membunuh tanpa menyentuh," lanjut Lestari. Memang benar Karisma memiliki tangan yang terampil dalam meracik bumbu membuat cita rasa yang tak ada duanya dan tidak akan di jumpai di tempat makan yang lainnya. Namun sayangnya kelebihan yang dimiliki itu juga menjadi ancaman bagi dirinya di mata pesaingnya. Segala macam cara di lakukan para pesaingnya untuk membuat usaha Karisma hancur. Tidak berhenti di situ saja. Keinginan musuhnya semakin menjadi ketika melihat Karisma memiliki usaha yang lancar dan keluarga yang harmonis. Niat buruk dari pesaingnya muncul dan ingin menghancurkan rumah tangga Karisma. Hantaman dari berbagai sudut terus saja menyerang Karisma. Banyak orang cemburu karena melihat kecantikan, kesuksesan serta keharmonisan rumah tangga Karisma. Selain itu kelebihan yang ia miliki membuat para dukun tidak menyukai Risma. Ada kecemburuan dan rasa tidak terima ketika Risma memiliki kemampuan spiritual dari titisan eyang-eyangnya. "Biarkan saja, jika mereka mau seperti itu. Gusti Allah mboten sare. Tuhan tidak tidur, jadi setiap perbuatan jahatnya akan kembali kepada dirinya. Aku doa, ikhtiar yang terbaik dan selebihnya aku pasrah kepada Tuhan yang Maha Kuasa." Karisma menjawab dengan tenang. Ia tersenyum dan tak ingin menanamkan sakit hati jika ada yang mencelakakan dirinya. Karisma selalu yakin, siapapun yang berbuat jahat kepada dirinya, akan tumbang. Bumerang yang dilemparkan ke Risma ajan berbalik ke pengirimnya. Ini akan terlihat menakutkan ketika teluh kembali ke tempat asalnya. Tuhan tidak akan membiarkan kejahatan memporak-porandakan dunia. "Iya, kamu memang orang yang suka berdoa, berusaha dan titik akhir adalah berserah, pasrah sak jeroning polah. Pasrah atas segala yang sudah di ikhtiar, kan. Pasti Gusti melindungi." "Itu pasti," sahut Risma. "Ya, sudah Karisma aku pamit," suara dari teman gaibnya. Beberapa saat suara itu menghilang dan Karisma tetap sibuk dengan pekerjaan. "Ehmmm," sahut Karisma. Permainan busuk yang di lakukan beberapa orang memang bisa mengenai Karisma, namun tidak bisa menjadikan diri Karisma binasa. Hanya sekedar kesakitan biasa yang memang berani di terima Karisma sebagai proses penguatan jiwa dan raganya. Sebagai manusia biasa, Risma juga merasakan sakit ketika di lemparkan sesuatu. Risma juga merasakan banyak rasa dari apa yang dilakukan orang jahat kepada dirinya. Jika serangan yang di tujukan untuk Karisma tidak mendapatkan hasil yang maksimal atau tidak sesuai keinginan lawannya, maka yang menjadi lawannya itu akan memutar otak untuk mencari kelemahan orang yang berada di sekitar Karisma. Memiliki lemah iman maka siap menjadi sasaran empuknya. Sebenarnya mereka melupakan satu hal, bahwa Karisma tidak akan membiarkan orang yang ia sayangi menjadi kelinci percobaan seperti dirinya. Terdengar suara yang membuat telinga malas untuk mendengar. Suara yang membuat pori-pori kulit terbuka dan bulu-bulu halus berdiri tegap. "Shuttttt ... shuttttt ... shuttttt ...." Terdengar suara halus dari balik pintu kamar mandinya. Suara-suara lembut dan pelan seolah mengode dan ingin memancing perhatian Karisma. Karisma mendongak, menoleh ke kanan dan kiri. Akhirnya pandangan Risma terhenti. Ia menatap ke arah sumber suara, namun sepertinya tidak ada apa-apa. Karisma melanjutkan lagi pekerjaannya. Ia tidak terlalu menghiraukan sesuatu yang dapat mengacaukan pikiran. Ia terlihat tenang dan melakukan apa yang seharusnya di lakukan. "Aku masih banyak pekerjaan loh, jangan berisik," ucap Karisma dengan pelan. Telinga Karisma memang sudah terbiasa mendengar semacam ini, jadi dirinya memilih untuk tidak menggubrisnya. Tapi suara itu tetap saja mengusik. "Shutttt ... eghhh ... errgghhhh ...." Lagi-lagi suara itu kembali menggoda Risma. Ia terdiam sejenak menghentikan aktivitasnya, melirik ke samping kiri lalu mendongak ke atap dan melihat ke sebelah kanan. Tetap sama saja seperti tadi, masih juga tidak ada apa-apa. Karisma justru melihat ada sepasang tikus yang berlarian, berkejar-kejaran di depan pintu kamar mandi. Risma berpikir positif saja dengan berpikir bahwa suara yang ia dengar bisa saja suara induk tikus yang mencari jantan. "Hussss ... syahhhh ... hus ... sssyahhhh," suara Karisma coba mengagetkan binatang pengerat itu agar pergi. Ternyata bukan tikus, melainkan sepasang tupai yang sedang minum. Sepasang suami istri dari bangsa tupai, keluar dari kamar mandi dan berlari menuju ke pintu keluar. "Oalah ternyata tupai ...." Risma tersenyum melihat tupai melompat dan berlari menuju pintu. Saatnya Karisma kembali ke pekerjaannya. "Hustttt ... hustttt ... hustttt ...." Lagi-lagi terdengar suara. Ternyata masih terus menggoda Karisma. Suara itu tidak berhenti-henti, meskipun Karisma sudah terusik. Malah sengaja mengganggu, semakin lama semakin terdengar dan mengusik ketenangan Karisma. "Kamu bukan tikus. Soalnya jarang ada tikus di tempat yang bersih ini. Kalau tupai, ya ada karena di belakang memang ada pohon besar yang merupakan sarang tupai. Jadi kamu tidak usah seperti tikus. Masak, tikus bisa ngmo 'shuttttt ... shutttt' bisa juga mendesah, ini lucu gak sih?" Risma berbicara dengan lirih. Karisma yang tengah sibuk menata beberapa perabot dapur yang telah dicucinya itupun akhirnya juga merasa risih. Malam ini dirinya sengaja menyibukkan diri untuk mengalihkan pikirannya yang sedang penuh dengan berbagai macam kekhawatiran. Risma tengah berada di dalam kedai tanpa ada satu orangpun yang menemaninya. Semua keluarga dan pembantunya telah pulang untuk beristirahat di rumah. Pengalihan pikiran dengan melakukan pekerjaannya, justru malah di kacau kan dengan suara-suara yang membuat buyar konsentrasi. Prangggggg ... jedakkk ... duerrrr... Terdengar suara yang sangat keras menghantam atap kedai. "Astaghfirullah hal azim, ya Allah, ya Rohman, ya Rahim ...." Ia tersentak dan dengan spontanitasnya mengucapkan kalimat istighfar dan menyebut asma Allah. Karisma mengakui keagungan dari asma Allah sebagai kekuatan paling kuat di antara kekuatan yang lainnya. Sebagai manusia biasa tentunya Karisma juga manusia yang tidak sempurna, memiliki banyak kekurangan dan tak luput dari salah dan khilaf. "Ada apa lagi ini, kenapa gak ada jera sama sekali. Ya, Tuhan, kuatkan hamba dalam menghadapi semua ini," ucap Karisma, pelan. "Uhhgghh ... ehhghhh ...." Suara terdengar berat dari sosok makhluk astral yang mengerikan. Risma beranjak dari dapur dan keluar menuju halaman kedainya. Karisma menengak-nengok dan memperhatikan di sekitarnya, namun tidak ada siapa-siapa. Hanya ada dedaunan dari pohon bambu yang bergerak hebat seolah-olah diterpa angin yang sangat kencang. Namun aneh sekali ketika dahan pohon itu bergerak-gerak tapi tubuh Karisma tidak merasakan ada angin besar. Beda halnya saat Risma berada di kamar mandi tadi bisa merasakan sentuhan angin yang menerpa raganya. "Astaghfirullah hal azim, Masa Allah, ya Tuhan!" Karisma tersentak dan tubuhnya nyaris terjungkal. Risma terkaget dengan apa yang dilihatnya itu, benar-benar sosok pendatang baru yang masih sangat liar. Wajahnya beringas dan energinya negatif. Karisma segera masuk ke dalam kedainya setelah dikagetkan dengan pemandangan yang sangat membelalakkan matanya. Ia melihat sosok yang bergelantungan di atas pohon bambu, sosok hitam dan berperawakan tinggi dan besar dengan rambut api yang menjuntai ke bawah. Karisma sudah merasakan ada keganjilan yang sengaja di lemparkan seseorang yang bukan orang biasa. Orang itu memiliki kekuatan yang hebat yang sengaja di tunjukkan untuk membuat Karisma terheran-heran. Tapi Ternyata itu tidak membuat Karisma terlalu menggubris, dia justru malah masuk ke kedainya dan kembali beres-beres.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook