bc

And Then I Met You

book_age16+
873
FOLLOW
7.9K
READ
opposites attract
friends to lovers
powerful
CEO
drama
sweet
bxb
gxg
like
intro-logo
Blurb

Alexa perempuan ceria dan ceriwis, tanpa sengaja dipertemukan dengan Adilla lelaki friendly dan baik hati. Keduanya mulai berteman sejak perkenalan yang tak terduga. Bukan rahasia umum lagi kalau keduanya memiliki pasangan sesama jenis.

Namun sepanjang pertemanan itu, Adilla merasakan keanehan. Apa dia mulai tertarik dengan Alexa? Ataukah dia mulai merasa tak nyaman berada di dekat Alexa?

Semua menjadi rumit sejak mereka bertemu. Cerita demi cerita Adilla lewati, demi mencari jawaban yang selama ini mengganjal dihatinya.

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Alexa Syasabella atau lebih akrab disapa Alex, sedang duduk di restoran sekitaran Kemang. Dia menikmati kesendirian sambil membaca manga favoritnya. Untuk ukuran perempuan yang sudah menginjak umur dua puluh tujuh tahun, dia masih menyukai manga sebagai bacaan di kala bosan. “Sya?” Panggilan itu memaksa Alex menghentikan kegiatannya sehingga dia menoleh kepalanya ke belakang untuk mengetahui si pemilik suara. “Maaf ya Sya, lo jadi kelamaan nunggu.” Ronald adalah sahabat Alex. Lelaki yang memiliki segudang pesona. Begitu yang Alex pikir setiap melihat sahabatnya. Wajah blasteran Indonesia–Amerika dengan mata biru terang, hidung mancung, serta tubuh tingi nan atletis. Pokoknya tipe-tipe idaman perempuan. Belum lagi sikap baik dan ramahnya. Alex melompat dari tempat duduknya hanya untuk memeluk Ronald, yang kemudian dibalas oleh lelaki itu. Pemandangan semacam ini tak ayal menjadikan mereka bahan gosip sana-sini, berspekulasi kalau mereka sepasang kekasih walau nyatanya tidak lebih dari sebatas sahabat. Berhubung Alex sudah tidak sabar, dia memesan banyak makanan dan menyebutkan kepada sang pelayan yang sudah Ronald panggil sejak tadi. Si pelayan mengulang kembali pesanannya. Pada akhir pengulangan pesanan ada kalimat yang membuat Alex dan Ronald tertawa bersamaan. “Mbak sama Mas-nya serasi banget!” Serasi. Kata itu sudah tidak asing di telinga mereka. Kalau boleh jujur, Ronald sempat menyukai Alex namun perempuan itu mengatakan kalau dia membatasi sebuah hubungan yang lebih antara sahabat. Alex penganut ‘sahabat ya sahabat’ tidak lebih dari itu. Selain itu Alex tidak mau merusak persahabatan yang telah terjalin selama bertahun-tahun lamanya kalau hubungan mereka kandas. “Sya, Nana sama Danu agak telat datangnya. Mereka masih ngurus kerjaan.” Ronald memberitahu. “Ngurus kerjaan apalagi sih?” “Nana sibuk ngurus jadwal bosnya, sebagai sekretaris dia serepot itu. Kalo Danu sendiri lo tau, dia tuh kerjanya ngebuat website perusahaan jadi ya ribet,” jelas Ronald berusaha memberi pengertian. Ini alasannya kenapa Alex memilih menjadi seorang freelance model. Dia paling malas terikat akan sesuatu yang memusingkan kepala. Meskipun Alex lulusan fakultas ekonomi Universitas ternama, dia memilih bekerja sesuai apa yang diinginkan. Selain itu, ibunya yang menjalin kasih dengan pengusaha sukses masih memberikan uang jajan untuknya. Bukan atas permintaan Alex ibunya memberikan uang, tetapi ibunya bilang sebagai rasa tanggung jawabnya. “Terserah deh mereka mau telat atau nggak. Gue nggak peduli.” Alex mengambil sepotong garlic bread yang baru datang lalu melahapnya. Ronald terkekeh melihat Alex sibuk mengunyah makanannya. “Dasar tukang makan!” Walaupun Alex suka makan, ujung-ujungnya dia akan protes sama Ronald kalau berat badannya naik. Soalnya Ronald hobi banget membelikan dia makanan dan membiarkan dia makan sepuasnya tanpa mengingatkan lemak-lemak yang akan timbul nantinya. Kalau sudah protes soal berat badan, Alex pasti akan diet habis-habisan setelah itu. Memang dasar perempuan, pasti impiannya ingin selalu kurus padahal hobinya makan melulu! Tepat setelah semua makanan datang, ada suara teriakan yang begitu nyaring mendengung di telinga Alex dan Ronald. “WAIT!!! JANGAN DIABISIN DULU!!” Teman berburu makanan bareng Alex. Adalah Nana. Perempuan berpipi chubby itu hobinya makan. Makanya mereka dijuluki food fighter oleh Danu dan Ronald. Urusan berat badannya naik, Nana akan menyalahkan Ronald dan Danu yang selalu menyuguhi banyak makanan untuknya. Danu menggelengkan kepala. Lagi-lagi dia akan kena omel Nana kalau berat badan tunangannya itu naik. Walaupun sudah meyakinkan Nana kalau dia tidak masalah dengan fisik yang gemuk atau kurus, tetap saja Nana ingin selalu terlihat kurus di mata Danu. Kalau sudah begini, Danu hanya bisa menghela napas. Dasar perempuan! Mereka mulai makan bersama. Keempat sejoli ini sudah bersahabat sedari kecil karena mereka tinggal dalam satu komplek perumahan yang sama. Mulai dari TK sampai SMA berada di tempat yang sama. Terkecuali kuliah, mereka memilih kampus yang berbeda. Secara kebetulan semasa kuliah Alex pindah rumah jadinya dia berpisah dari ketiga sahabatnya. Kini dia tinggal di apartemen, sementara ketiganya masih berada dalam satu komplek perumahan yang sama. Soal hubungan Danu dan Nana, mereka mulai tertarik satu sama lain sejak SMA. Keduanya sudah berpacaran selama 12 tahun dan sudah bertunangan sejak satu bulan yang lalu. “Oh iya, temen kuliah gue mau ketemu jadi sekalian gue bilang nyusul ke sini. Kayaknya bentar lagi anaknya dateng,” ucap Danu setelah sembari mengecek ponselnya, memastikan kalau temannya itu memberi kabar. “Teman kuliah? Yang mana tuh, Beb?” tanya Nana ingin tahu. “Elo nggak kenal, Yang. Waktu gue kuliah sering main sama dia, tapi abis lulus ilang kontak. Baru kontakan lagi minggu lalu. Kebetulan karena ada urusan kerjaan jadi kita ketemuan. Laki kok laki,” jawab Danu sambil menekankan kalimat terakhirnya. Nana manggut-manggut mengiyakan. “Curiga amat sih, Na! Emangnya ada yang mau sama Danu selain elo?” canda Alex dengan nada meledek. “Nggak ada sih, cuma gue doang yang mau sama dia. Hahaha…” Mereka berdua paling suka meledek Danu. Makanya setiap mendengar ledekan itu, Ronald ikut-ikutan ketawa. Dari segi visual Danu tidak setampan Ronald. Juga, tidak se-boyish Ronald. Tapi setidaknya dia lebih pintar dari Ronald. Danu juga lebih humoris dibandingkan Ronald yang terkesan kaku. Danu menggelengkan kepala. “Gini-gini waktu kuliah primadona kampus naksir gue, loh!” “Masa sih? Kok gue nggak tau ada primadona kampus sebuta itu?” tanya Alex keheranan. “Ada tau, Lex. Dia cantik banget mirip barbie! Dia suka sama Danu sampe segitunya, ya sampe chat Danu hampir tiap detik kali!” jelas Nana heboh ala-ala perempuan yang sedang bergosip ria. Dia kembali mengingat sosok Veni, perempuan yang hampir membuat hubungannya dengan Danu kandas di tengah jalan. “Eh masaaaaaa?!” “Kayaknya lo tau deh, Lex. Gue pernah cerita ke elo! Masa lupa sih? Itu loh, perempuan yang pernah gue kasih liat username instagramnya sama lo! Veni loh, si Veni!” Alex yang pelupa itu mencoba mengingat-ingat lagi sosok perempuan yang dimaksud Nana. Semenit kemudian, wajah perempuan itu muncul ke permukaan. “Oh iya gue inget! Yang mukanya sempurna banget itu? Gue baru inget ternyata ada perempuan yang sebegitu cantiknya naksir Danu.” Ya amplop… coba bayangkan saja perempuan secantik Veni yang mukanya mirip aktris Hollywood Elisabeth Olsen bisa terpikat sama Danu yang bisa dibilang agak norak urusan ngegombal. But please… one in a million, ada saja satu perempuan cantik yang bakal terpikat sama Danu. Aneh tapi fakta, loh! “Liat kan? Gue emang nggak seganteng Ronald tapi seenggaknya yang naksir gue primadona seantero kampus!” Danu mulai membanggakan dirinya. Kalau sudah begini, baik Alex maupun Nana memilih mengiyakan ketimbang harus meladeni. Setiap mereka membahas perihal tidak ada yang mau sama Danu, ujung-ujungnya lelaki berambut kriting itu akan membahas soal Veni. “Danu?” Suara bariton menghentikan perdebatan mereka. Spontan mereka semua menoleh ke arah si pemilik suara. Danu bangkit dari duduknya dan menjabat tangan lelaki itu. “Adilla! Apa kabar, Bro?” “Baik, elo sendiri?” Lelaki yang biasa disapa Dilla ini tersenyum. “Gue juga baik kok.” Danu mengambilkan kursi kemudian menepuk tempat duduknya. “Duduk di sini, Dill.” Dilla? Kok namanya kayak nama perempuan? Eh, tapi nama gue juga kayak nama laki. batin Alex. Sesudah duduk Dilla tetap memasang senyum di wajahnya, memandangi satu-persatu ketiga orang yang sedang memerhatikannya. Secara visual, Dilla memiliki hidung mancung, bentuk bibir s*****l, dagu terbelah, kulit putih, ditambah tubuh tinggi nan atletis. Sosok yang dijamin akan membuat perempuan di luar sana terpesona. Kalau Nana tidak berkedip, lain halnya dengan Alex yang melihat Dilla dari ujung rambut sampai ujung kaki, mengamati penampilan lelaki itu yang sangat rapi. “Dill kenalin nih mereka berdua sahabat gue. Namanya Alexa dan Ronald. Sedangkan ini tunangan yang pernah gue ceritain, namanya Nana.” Danu menunjuk satu-persatu sesuai nama yang dia sebutkan sebelumnya. Dilla menyambut tangan mereka saat Danu memperkenalkan padanya. Tangannya lembut amat. Ya tuhan… ini makhluk kok sempurna banget sih?! komen Nana dalam hatinya. Selain itu aroma wangi parfum Dilla yang menguar kuat sampai membuat Nana menutup mata, menghirup wangi yang dapat tercium sepuluh langkah darinya. “Beb, kok nggak bilang sih punya temen ganteng banget?” bisik Nana pelan. Kalau sudah begini, Danu paham banget. Nana yang agak genit, pasti bisa berubah jadi manis atau jaim di depan laki-laki ganteng. Seperti sekarang contohnya. “Jangan genit! Inget mau nikah!” bales Danu berbisik. Nana nyengir. Danu sudah menangkap basah dirinya yang sedang mengagumi sosok Dilla. Daripada melihat Danu ngambek, lebih baik Nana mengatup mulutnya. Alex terkekeh geli. Kecemburuan Danu sudah terlampau sering menjadi tontonannya dan Ronald. Setelah banyak pertimbangan, Danu dan Dilla memilih duduk di tempat yang berbeda. Soalnya mereka mau membahas bisnis dengan serius. Takutnya kalau bergabung, Nana bisa merusak suasana. Lambat laun waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Mereka semua masih berkumpul di tempat yang sama, belum beranjak kemana-mana setelah satu jam berlalu. Alex yang mulai mengantuk mendadak semangat mendengar panggilan yang jelas. “Beb?” Suara itu milik pacar Alex yang bernama Deni. Sosok yang sudah menemaninya selama tiga tahun. “Sayangku!” Alex bangun dari duduknya lalu menggelayut manja di lengan kekasihnya. “Ayo kita pulang, Sayang.” Beberapa orang yang berada di restoran mulai berbisik-bisik. Bagaimana tidak? Pasalnya mereka menyadari Deni bukanlah laki-laki tulen. Walau berusaha menutupi dengan setelan boyish-nya, tetapi tubuh perempuannya tetap kelihatan. Bukan rahasia umum lagi kalau Alex menjalin hubungan dengan seorang perempuan. Ya, perempuan yang tengah dia gandeng sekarang. Walau begitu, Alex tidak pernah memperdulikan omongan orang lain. Toh, dia tidak pernah minta makan sama orang-orang yang menggunjingkannya. “Ayo, jangan lupa pakai jaket dulu.” Deni melepas jaketnya kemudian memakaikan pada Alex. Nana merasa iri melihat kemesraan kedua insan itu. Tidak lama karena tatapan sinis Danu membuyarkannya. Maklum baik Danu maupun Ronald tidak ada yang setuju akan keputusan Alex menjalin hubungan dengan perempuan. Jadinya mereka berdua selalu sinis setiap melihat Deni. “Kita duluan ya semuanya!” pamit Alex. Detik berikutnya setelah pamitan itu, Alex menghilang dari pandangan bersama sang pujaan hati. *****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Om Tampan Mencari Cinta

read
399.9K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.0K
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
15.7K
bc

The Unwanted Bride

read
111.0K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

Playboy Tanggung Dan Cewek Gesrek

read
462.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook