bc

(Not) A Perfect Wedding

book_age16+
6.9K
FOLLOW
84.6K
READ
billionaire
dark
possessive
contract marriage
love after marriage
arrogant
CEO
sweet
bxg
husband
like
intro-logo
Blurb

Setiap orang pasti mengharapkan sebuah pernikahan yang dapat membuat hidup semakin bahagia dan berwarna. Sebenarnya itu juga yang diinginkan oleh seorang Olivia Alina. Ia mendambakan akan dinikahi oleh seseorang yang sangat ia cintai. Namun kadang takdir tak selalu menuruti keinginan kita, disaat kita memilih seseorang, takdir malah memilihkan orang lain untuk membuat cerita baru dalam hidup kita. Seperti kisah Olivia yang harus menikah dengan pengusaha kaya raya nan tampan namun sangat dingin bernama Sabian Cavano demi menyelamatkan kekasihnya Reyhan.

Memutuskan untuk membaca cerita ini berarti kalian setuju untuk menemani Olivia menjalani kehidupannya yang kelam sejak berstatus sebagai Mrs. Cavano.

chap-preview
Free preview
Part 1
Kau akan menjadi istri seorang Sabian Cavano Kau akan menjadi istri seorang Sabian Cavano Kau akan menjadi istri seorang Sabian Cavano Kalimat yang terlontar dari pria paruh baya yang ia temui beberapa saat lalu membuat kepala Olivia serasa akan pecah. Ia tidak menyangka bahwa wawancara kerjanya akan berakhir seperti ini, padahal ia sudah berlatih selama semalaman untuk menjawab pertanyaan yang sekiranya akan pemilik perusahaan itu lontarkan untuk mengetes kualitas dirinya. Olivia memegang ganggang pintu kosnya kemudian masuk ke dalam dengan langkah masih gontai. Selain karena lelah berjalan cukup jauh untuk menghemat ongkos, ia juga masih sangat terkejut dengan apa yang baru terjadi. Olivia melemparkan asal berkas-berkas yang ia bawa kemudian menghempaskan tubuhnya diatas ranjang usang yang selalu berbunyi tiap kali ia naiki. Pandangan Olivia menerawang melihat langit-langit kamarnya. Ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa sekarang, disatu sisi penawaran yang diberikan oleh Adrian Cavano si pengusaha nomor satu negri ini benar-benar membuatnya tergiur, bagaimana tidak, jika Olivia mengatakan 'Setuju' uang senilai 3 miliar itu akan langsung masuk kedalam rekeningnya dalam hitungan detik. Di zaman serba susah ini, dimana lagi akan mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat. Olivia bahkan sadar, seumur hidupnya untuk berkerja banting tulang saja tidak akan bisa menghasilkan uang sebanyak itu. Namun disatu sisi, cara mendapatkan uang itu bukan cara yang Olivia harapkan. Ia tidak mungkin menikah, apalagi dengan seorang Sabian Cavano. Ia sadar betul siapa dirinya dan siapa Sabian yang wajahnya selalu ada dalam majalah-majalah bisnis itu. Lagi pula kalaupun ia akan menikah, bukan dengan Sabian. Ia sudah memiliki mimpi sejak lama, dan itu bukan bersama Sabian. Olivia menutup matanya sejenak merasakan kepalanya yang terasa nyeri memikirkan masalah yang tengah ia hadapi. Mengapa orang miskin sangat dekat dengan masalah, pikirnya. Olivia fikir menjadi lulusan terbaik dikampusnya akan mengubah hidupnya, tetapi ternyata sama saja. Persaingan di dunia kerja apalagi di ibu kota seperti ini sangat sulit. Dada Olivia terasa nyeri memikirkan nasibnya, ia benar-benar sangat membutuhkan uang yang banyak. Sudah hampir 3 bulan ia kesana kemari mencari pekerjaan yang lebih baik, apapun itu. Hanya menjual diri saja yang belum dicoba oleh Olivia karena meskipun miskin ia tidak mungkin melakukan hal itu. Olivia masih ingat betapa senangnya ia saat mendapat panggilan dari Cavano Corp. Ia bahkan sampai menangis saat mendapat panggilan wawancara saat itu. Tapi ternyata saat ia sampai di ruangan kebesaran sang pemilik perusahaan, yang ia dapati bukan wawancara kerja seperti seharusnya, melainkan tawaran seperti itu, seolah-olah dari wajah Olivia ia tahu bahwa Olivia sangat membutuhkan uang. Awalnya Olivia langsung menolak karena merasa rendahkan dengan tawaran itu, namun Adrian tetap memberinya waktu untuk kembali berpikir selama 1 kali 24 jam. Tring.... Suara ponsel Olivia membuat gadis itu tersadar dari lamunannya. Diangkatnya telfon itu dengan nada malas tanpa tahu siapa yang menghubungi. Jujur, Olivia sedang sangat tidak ingin diganggu siapapun saat ini. Namun sesaat suara orang diseberang telfon membuat Olivia langsung bangkit dari posisinya. "Saya akan segera kesana." Melupakan segala kelelahannya, Olivia langsung bergegas pergi. *** "Kita sudah tidak punya banyak waktu lagi Olivia, Reyhan benar-benar harus dioperasi. Kerusakan yang terjadi dibagian otak Reyhan bisa kapan saja membuat ia kehilangan nyawanya bila terus dibiarkan." Olivia menunduk dengan air mata yang entah sejak kapan mengalir melewati mata Hazel miliknya. Dadanya kini benar-benar terasa sangat sesak. "Tapi saya belum punya uang dok." Ya, Olivia sadar bahwa operasi pasti membutuhkan uang yang banyak, tabungannya pun belum tentu cukup. Olivia hanyalah seorang pelayan restoran dan penjaga kasir paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. "Baiklah, yang terpenting saya sudah mengingatkan. Maaf jika saya tidak bisa membantu banyak Olivia, tapi saya tetap akan melakukan semampu saya untuk membantu Reyhan." Dokter itu tampak menatap Olivia iba. Ia sangat paham betul perasaan gadis cantik dihadapannya ini. Olivia adalah gadis yang selalu berpenampilan sederhana sejak ia temui dihari pertama dimana Reyhan dirawat. Namun penampilan sederhananya sama sekali tidak bisa menutupi kecantikan dirinya. Rambut panjang sepinggang yang agak ikal dibagian bawah berwarna agak coklat gelap alami, kulit kuning langsat, mata hazel indah dengan hidung mancung dan bibir merah muda alami yang terbilang tipis. "Reyhan harus diopersi besok dok. Besok saya akan melunasi semua pembayarannya," ucap Olivia tegas. Sang dokter sempat mengerinyitkan dahinya. Baru beberapa saat yang lalu Olivia mengatakan bahwa ia tidak memiliki uang. Namun saat melihat kesungguhan dari matanya, sang dokter yakin kalau Olivia sudah memikirkan hal ini dengan sangat matang. "Baiklah Olivia, semoga operasi bisa berjalan lancar." "Apa saya boleh bertemu Reyhan sebentar?" "Ya, tentu saja." *** Olivia menggengam tangan Reyhan erat, sangat erat seolah takut Reyhan pergi. Ia terus menyeka air matanya setiap kali jatuh dan berusaha tersenyum. Ia tidak ingin terlihat lemah dihadapan Reyhan, namun sialnya air matanya selalu jatuh melihat mata Reyhan tertutup rapat.  "Besok dokter akan mengoperasimu, Reyhan. Aku benar-benar tidak sabar bisa bercerita denganmu lagi. Berjanjilah untuk segera membuka mata. Aku sangat merindukanmu," ucapan Olivia terdengar sangat lirih. Ia mencium punggung tangan Reyhan berkali kali. "Maafkan aku, aku tidak punya pilihan lain. Kau pasti akan sangat kecewa." Lagi-lagi air mata Olivia menetes. Ia merasa sangat jahat sekarang. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika Reyhan tahu apa yang harus ia lakukan demi mendapatkan uang itu. Namun Olivia tidak punya pilihah lain, ia ingin hidup bersama Reyhan selamanya, namun Reyhan tidak akan bisa hidup jika Olivia mempertahankan keinginannya itu. Bagi Olivia biarlah semua berjalan sesuai takdir yang sudah ditentukan, Olivia percaya Tuhan sudah menuliskan dengan sangat rapi kisah hidupnya. Reyhan Permana, adalah teman sejak kecilnya saat masih tinggal dipanti asuhan Bumi Kasih. Mereka sempat tidak bertemu beberapa lama karena Reyhan yang saat itu harus berkuliah di luar kota, mereka kembali bertemu 3 tahun yang lalu. Reyhan lebih tua 2 tahun dari Olivia. Saat kuliah, seperti anak-anak panti lainnya yang mendapatkan beasiswa, Reyhan memutuskan untuk keluar dari panti asuhan dan hidup sendiri untuk bekerja sembari kuliah. Setelah lulus kuliah, Reyhan mendapat pekerjaan yang cukup bagus, ia bekerja disebuah perusahaan dengan jabatan sebagai seorang audit. Dimata Olivia, Reyhan adalah seorang pria pekerja keras, sangat menyenangkan, baik hati, ah benar-benar pria yang diidamkan oleh Olivia selama ini, lagi pula Olivia sudah menyukai Reyhan sejak mereka sama-sama masih tinggal di panti asuhan. 3 tahun yang lalu saat Olivia masih kuliah, ia bertemu kembali secara tidak sengaja dengan Reyhan di sebuah kafe. Sejak saat itu mereka kembali berkomunikasi secara rutin hingga keduanya saling tahu perasaan satu sama lain. Ternyata bukan hanya Olivia yang selama ini memendam rasa, Reyhanpun secara diam-diam menyimpan rasa pada Olivia. Selama ini Reyhan sangat banyak membantu Olivia, meskipun Olivia mendapat beasiswa, namun masih banyak dana tak terduga yang dibutuhkan Olivia meskipun saat itu ia sudah memiliki pekerjaan pekerjaan sampingan sebagai pelayan kafe. Reyhan bahkan rela berbagi gajinya untuk membantu Olivia memperbaiki laptopnya saat gadis itu sedang sibuk membuat tugas akhirnya. Reyhanpun ikut andil membantu dan memberi semangat Olivia agar secepat mungkin lulus. Reyhan benar-benar berjasa bagi hidup Olivia. Sebelum kecelakaan yang membuat Reyhan terbaring koma sudah hampir 3 bulan ini pun Reyhan sering menunggu Olivia saat harus bekerja lembur serta menghibur Olivia dikala lelahnya bekerja. Reyhan benar-benar membuat Olivia jatuh cinta setiap harinya dengan kesederhanaan yang ia suguhkan. Namun kini pria itu harus terbaring lemah, membuat Olivia rindu akan semua perlakuannya. Olivia menyeka kembali air matanya setelah melepaskan genggaman tangannya pada Reyhan. Ia menatap pria itu dalam yang terlihat sangat damai ditidur panjangnya. Tangan Olivia terulur mengelus rambut Reyhan yang kian hari semakin panjang dan lebat. Olivia bangkit kemudian memberi kecupan di dahi Reyhan sebelum ia keluar dari ruangan itu. "Aku sangat mencintaimu," bisik Olivia sebelum akhirnya benar-benar keluar dari ruangan dimana Reyhan dirawat. *** "Aaahhh faster baby..." "Ya, memohonlah jalang!" "Aahhhh Bian, lebih kuat. Perlakukan aku dengan kasar." Bian menyeringai mendengar jeritan wanita dibawahnya yang tampak sudah sangat frustasi. Ia menghentakan miliknya dengan kasar memasukkan kedalam kenikmatan membuat sang wanita makin menggila dibawahnya. Wanita itu mati-matian membuka matanya agar bisa melihat wajah tampan Sabian Cavano saat sedang mencari kepuasan dirinya. Ah entah apa kebaikan yang ia lakukan kemarin hingga ia bisa menjadi yang sangat beruntung untuk bermain di ranjang panas ini bersama Bian. "Bian, bisakah kau matikan telfon sialanmu itu?" Wanita itu tampak kesal sembari terus menikmati irama yang diberikan Bian. Tak kalah kesalnya, sambil terus mencapai puncak kenikmatan, Bian menggapai ponselnya dinakas. Matanya yang hampir tertutup kabut gairah itu sedikit menyipit melihat siapa yang menelfonnya. Tanpa berfikir panjang Bian langsung menjauhkan dirinya dari wanita itu dan langsung mengangkat telfonnya membuat wanita itu makin frustasi. Bagaimana bisa Bian menghentikan permainan panas mereka saat ia hampir sampai dipuncaknya. "20 menit lagi aku akan sampai." Hanya itu jawaban Bian kemudian ia mematikan telfonnya. "Aku harus pergi." Bian bergegas mengambil pakaiannya yang tadi ia buang sembarangan tanpa melihat wanita yang sedang menatapnya tidak percaya diatas ranjang. "Ayolah Bian, kau sudah membayarku mahal, kau masih bisa menikmati tubuhku," ucap gadis itu berusaha menggoda Bian. Ia yang tanpa busana sehelaipun berusaha mendekati Bian. Ia masih ingin berlama-lama dengan pria tampan itu. "Mahal? Bahkan uang yang aku keluarkan tidak ada artinya bagiku. Hanya segitulah hargamu," Bian tampak tersenyum miring menanggapi ucapan wanita penghibur kelas atas itu. Ya karena memang bagi Bian ia tidak terlalu berharga. Wanita itu tampak kesal mendengar ucapan Bian yang menusuk, ia benar-benar iblis tampan. Tanpa berkata apapun lagi Bian langsung keluar dari kamar itu, ada hal lebih penting yang harus ia lakukan. Jika bukan karena masalah yang tengah banyak Bian pikirkan, ia tidak akan menyewa wanita seperti ini. Ya, Bian hanya akan menyewa wanita saat ia sedang banyak pikiran, untuk sedikit menghiburnya. Bian sebenarnya tidak suka saat wanita yang ia tahu memuja-muja dirinya merasa senang mendesah dibawahnya. Ia tidak akan membiarkan seorangpun merasakan bahagia karena dirinya. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Perfect Marriage Partner

read
809.9K
bc

Bastard My Ex Husband

read
383.0K
bc

Because Alana ( 21+)

read
360.4K
bc

Aksara untuk Elea (21+)

read
836.2K
bc

LOVE ME

read
771.1K
bc

Rujuk

read
909.3K
bc

Bad Prince

read
508.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook