bc

SIDNEY (Bahasa Indonesia)

book_age0+
2.6K
FOLLOW
21.8K
READ
goodgirl
drama
comedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Sidney Maheswari punya satu rencana hebat, membuat manajer tampan dambaan perempuan menikahi dirinya.

Masalahnya cuma satu, ketika seharusnya Kalvin yang terkena modus panah cinta yang menggelora, mengapa Arga si rekan kerja yang irit bicara mendadak jadi menggemaskan?

*

Apa modus gue salah sasaran?

?Sidney?

chap-preview
Free preview
Bab 01
"Bang," tukas seorang gadis yang berdiri di dalam sebuah kubikel berukuran 1,5 kali 1,5 meter. Kakinya bergerak gelisah sembari bola matanya melirik kanan dan kiri. Berharap bahwa teman-teman sejawat dan senasib sebagai cungpret tidak akan mengindahkan tindak tanduknya yang mendadak menyambangi kubikel Bang Nara sang kepala divisi di kantornya. Tetapi sial bagi Sidney karena pada dasarnya, Bang Nara sepertinya nggak ada peka-pekanya. Apalagi kepekaan akan kegelisahan satu-satunya gadis yang menjabat sebagai anak buahnya. Dia sama sekali nggak menolehkan kepalanya satu senti pun. Masih fokus kepada grafik-grafik yang memunculkan bahasa pemrograman yang membuat orang awam mulas layaknya ibu-ibu hamil di masa trisemester pertamanya. "Bang!" sentak gadis itu lagi yang membuat pria tambun yang dipanggil-panggil sebagai Bang Nara itu akhirnya menyerah. Bang Nara memutar kursinya. Mendongakkan kepalanya sembari melepas kaca mata yang sudah hampir melorot di hidung peseknya. Keningnya mengernyit-ngernyit sembari wajahnya memasang muka masam karena intrupsi dari anak buahnya. "Apa?" tanyanya nggak menutupi kekesalannya. Menyadari bahwa Sidney memang menganggu Bang nara, membuat tubuhnya semakin bergerak gelisah. Tetapi dia sudah membulatkan tekad sehingga ia akhirnya mengambil kursi yang sedang kosong di sebelah kubikel Bang Nara. Menyeretnya mendekat sehingga dia bisa mengutarakan kegelisahannya. Eww, andai saja dia punya teman perempuan di divisi IT. Nggak bakalan Sidney main curhat-curhatan ke Bang Nara yang umurnya hampir mendekati kepala empat. Namun di antara semua teman satu divisinya, Sidney memang lebih nyaman curhat ke Bang Nara. Pembawaannya yang supel dan statusnya yang sudah menikah serta memiliki dua orang buntut jiplakan Bang Nara, membuat Sidney merasa aman. Semua orang nggak akan berpikiran kalau Sidney bakalan main gila dengan Bang Nara yang usianya sudah pantas dipanggil om oleh Sidney. Tambahan lagi, tampang Bang Nara juga aman dari para pelakor. Nggak jelek sih. Tapi nggak bisa dibilang ganteng juga. Dan karena emang pembawaan Bang Nara memang mengayomi, Sidney makin nyaman untuk menyampaikan keluh kesah serta pikiran-pikiran yang terkadang absurd kepadanya. "Lo kok judes banget sih Bang. Gue ganggu banget ya?" tanyanya sembari memanyunkan bibirnya setelah melihat bahwa wajah Bang Nara masih terlihat terganggu. "Udah tau ganggu. Masih lanjut aja," dengkus Bang Nara mulai tidak sabar. Dia lalu melirik jam pada layar komputernya. Menunjukkan waktu bahwa istirahat siang akan berlangsung kurang dari sepuluh menit lagi. Bang Nara lalu melirik kotak bekal yang dibawakan oleh istrinya. Merasakan tatapan Sidney juga mengarah ke situ. Firasatnya bahwa Sidney berniat ikut bergabung untuk menghabiskan bekal makannya sembari bercerita nggak mungkin salah. "Bang. Gue butuh bantuan lo, Bang." Bang Nara mengangkat sebelah alisnya penasaran. Gadis di depannya jarang sekali membutuhkan bantuan. Kalau sekedar bercerita sih sering. Tetapi nggak pernah tuh Sidney dengan blak-blakan mengutaran niatnya yang membutuhkan bantuannya. Otak Sidney sudah setara dengan Processor Intel Core I9. Anak-anak IT lainnya bahkan menjuluki Sidney si baby kompi. Anak yang terlahir dari mesin printer dan dikandung oleh komputer. "Lo, butuh bantuan?" tanyanya heran. Sidney mengangguk semangat. "Tolongin gue, Bang." Bang Nara langsung mencondongkan tubuhnya ke depan. Berminat dengan permintaan tolong si bocah ajaib. Dia akan minta imbalan sesuai dengan daya dan upaya yang dia keluarkan. Walau statusnya head team IT, business is business. "Ya?" tanyanya lagi dengan wajah yang sangat kentara penasaran. Satu detik berlalu dan Sidney tampak bingung. Dua detik berlalu dan gadis itu tampak ragu. Di detik ketiga, netra hitam Sidney lalu menatap Bang Nara dengan mantap. Dan sebuah kalimat ajaib keluar dari bibir tipisnya. "Gue butuh kawin, Bang!" Wajah Bang Nara langsung terpengangah. Mulutnya bahkan membuka teramat lebar sebelum terkatup rapat. Sekali, dua kali, tiga kali hingga otak Bang Nara memberitahu bahwa indra pendengarannya tidaklah salah. Kemudian, yang dilakukan Ban Nara adalah terpingkal di tempatnya. Tertawa dengan keras hingga membuat usaha Sidney yang ingin menjadi invisible akhirnya sia-sia. Kepala Sidney berputar dengan cepat. Ia lalu mencubit perut berlebihan lemak Bang Nara sembari menyeret lengan gemuknya untuk menjauh. Kebetulan waktu istirahat sudah di depan mata. Nggak ada salahnya kan kalo dia curi-curi waktu lima menit yang tersisa. Toh pekerjaannya sudah selesai sejak satu jam yang lalu. Yang ada, sisa hari ini akan Sidney manfaatkan untuk bermain Defense of The Ancient (DOTA) 2. Lumayan. Levelnya sudah tinggi. "Bang! ketawanya udahan deh!" Gumam Sidney sewot begitu mereka sampai di pantry. Wajahnya sudah memerah menahan malu. Belum lagi ketika dia menyeret Nara keluar, tatapan cungpret senasib sepenanggungan dengannya tampak ingin tahu. Sidney kan gengsi kalau mereka tahu bahwa dirinya sedang kepepet kawin. Huh! "Lo seriusan, Sid?" tanya Bang Nara yang akhirnya berhenti tertawa. Sidney berhasil menyambar bekal Bang Nara buatan istrinya yang terkenal enak dan membukanya tanpa izin dengan pemilik aslinya. Dia butuh sokongan tenaga. Minimal, dia bisa membayangkan lezatnya bekal itu sementara ia sudah harus puas dengan mie cup instan untuk tanggal-tanggal rawan seperti pertengahan bulan ini. "Gue nggak bakalan ngomong begitu kalo nggak serius," dumelnya kesal. Bau bumbu mie instan yang terkena seduhan air panas membuat perut Sidney berbunyi nyaring. Untung pantry belum terlalu ramai. Saksi untuk bukti kemelaratan Sidney untuk sementara masih aman. Bang Nara malah berdecak. Mendorong bekalnya dan menyodorkannya di tengah. Mempersilakan Sidney ikut menikmati makanannya yang memang selalu memiliki porsi jumbo sesuai dengan tubuh Bang Nara yang jumbo. "Lo butuh dukungan finansial banget ya Sid?" tanya Bang Nara bersimpati. Kalau alasan Sidney kepengen kawin karena dia butuh sokongan biaya hidup, kok terdengar sangat menggenaskan, ya? Sementara Sidney yang ditanya malah tampak kelaparan. Tidak sabar menunggu mienya matang sempurna dan mulai melahap makanan Bang Nara seolah ia memang sudah tidak makan satu minggu. "Gue punya tabungan kok, Bang,” jawabnya serampangan. Pembicaraan mereka memang random. Sebelumnya membahas Sidney yang kepengen kawin, dan setelahnya membahas mengenai Sidney yang membutuhkan dukungan finansial. "Terus apa kabar cacing di perut lo yang hobi demo?" "Nggak ada hubungannya sama gue yang selalu laper dan keinginan gue kawin, Bang. Intinya, gue butuh bantuan lo." Jawabnya berusaha kembali ke topik awal. "Lo butuh kawin. Kenapa minta bantuannya sama gue? Gini-gini gue nggak mau merawanin anak orang sembarangan. Dosa itu Sid!" Sidney berdecak. "Gue juga nggak mau diperawanin sama lo, Bang! Gue tuh butuh bantuan lo biar bisa modusin Pak Manajer kita yang masih single itu! Lo tahu kan kalau Pak Kalvin itu masih single?" Bang Nara terbatuk di antara suapannya. Membicarakan hal ini di lingkungan kantor dengan kemungkinan orang lain bisa mendengar adalah hal yang sangat bisa terjadi. Lagi pula, kok mulut Sidney bisa lemas banget sampai membicarakan hal itu dengan mudah, ya? Sementara itu, Sidney merasa ada yang aneh dengan suara batuk Bang Nara. Suara itu saling sahut menyahut dan menggema. Seperti ada dua orang yang batuk bersamaan.  Atau jangan-jangan... Tubuh Sidney langsung kaku. Matanya merem melek dengan cepat. Jampi-jampi sudah keluar dari bibirnya. Berharap bahwa dugaannya salah. Namun ketika dia sedikit memutar kepalanya ke belakang, sepertinya nasib sial sedang berlabuh kepadanya. Manajer single dan beberapa teman di divisi IT sedang berdiri di bibir pintu pantry. Dan tahulah Sidney suara batuk yang menggema itu berasal dari salah satu cungpret satu timnya. Arga. Pria itu terbatuk dengan s**u kemasan rasa pisang di tangannya. Tapi itu nggak penting. Yang paling penting kan bahwa si manajer yang mau dia prospek bisa-bisanya berada di pantry ini. Kok, bisa? Kepala Sidney tampak berdentum dan berputar. Seandainya dia punya bakat untuk pingsan, mungkin dirinya akan memilih pingsan dan berpura-pura amnesia setelah sadar. Tetapi itu nggak bisa dia lakukan karena tahu bahwa kemampuan aktingnya sangat parah. Dia juga nggak pandai berbohong untuk berpura-pura amnesia. Darah yang berada di kepala Sidney seolah surut begitu saja. Dia panik bercampur malu. Apalagi kini dirinya dihujami oleh tatapan ingin tahu rekan-rekannya. Bisa disidang habis-habisan setelah ini. Astaga! Mau modusin orang kok susah banget sih!   ❤❤❤

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Aksara untuk Elea (21+)

read
836.2K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

Pinky Dearest (COMPLETED) 21++

read
291.1K
bc

Bridesmaid on Duty

read
162.1K
bc

Naughty December 21+

read
509.0K
bc

T E A R S

read
312.7K
bc

Hate You But Miss You

read
1.5M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook