bc

TALAK DI MALAM PENGANTIN

book_age18+
134
FOLLOW
1.1K
READ
love-triangle
HE
dominant
stepfather
tragedy
bxg
campus
highschool
selfish
like
intro-logo
Blurb

Rania harus menerima pil pahit dari buah masalalunya."Jangan ceraikan aku,Mas. Bagaimana aku memberitahukan pada Ibuku kalau aku di ceraikan di hari pertama menikah." Hamka memalingkan wajahnya melihat wanita yang dia cintai bersimpuh sambil menangis, namun hatinya sudah kepalang kecewa mengetahui wanita yang dia nikahi ternyata sudah tak perawan."Aku beri waktu 6 bulan, setelah itu silahkan kamu pergi dari rumah ini." ucap Hamka sambil membanting pintu.Rania hanya bisa menangis sesenggukan sambil memegang erat selimut yang menutupi tubuh. Dia tak mengira kalau kesenangan di masalalu malah menghancurkannya di masa depan.

chap-preview
Free preview
Talak
Rania tersenyum ceria saat di gendong ala bridal oleh laki-laki yang kini menjadi suaminya. "Kamu duduk dulu di sini ya, aku mandi dulu." ucap Hamka setelah menurunkan Rania di atas ranjang, dengan malu-malu Rania pun mengangguk. Hamka pun langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya, dia begitu semangat setelah menyelesaikan serangkaian acara yang begitu melelahkan. Rania melihat sekeliling dimana kamar hotel yang sudah di pesannya di dekor dengan sangat romantis, bahkan angsa yang membentuk hati di tengah-tengah kasur. "Sambil nunggu mas Hamka lebih baik aku melepaskan aksesoris ini dulu biar nanti langsung mandi." ucap Rania, dia mulai membuka mahkota kecil di kepalanya menarik jepitan-jepitan kecil yang merapihkan rambutnya. Dia juga mengambil cairan untuk menghapus make-upnya hingga kini wajah yang awalnya penuh make up menjadi bersih meskipun tanpa make up Rania masih begitu cantik, tentu saja hal itu yang membuat Hamka jatuh cinta padanya dan memutuskan untuk menikahinya. Tiba-tiba Rania menjadi gugup, dia bingung harus melakukan apa setelah suaminya keluar dari kamar mandi. Apa dia harus langsung masuk ke kamar mandi atau.. Beberapa kali Rania menarik nafasnya, dia begitu gugup apalagi suara gemericik air sudah berhenti yang menandakan kalau suaminya sudah selesai mandi. ",Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan." gumam Rania sambil melirik ke arah pintu. Jantungnya berdetak semakin kencang saat knop pintu berputar. Dengan reflek aku bangun dari dudukku, menghampiri suamiku yang sudah keluar dari kamar mandi. "Kamu mandi dulu sana." titah Hamka, Rania pun hanya mengangguk sambil tersenyum malu-malu membuat Hamka menjadi gemas pada istrinya. Meskipun mendapatkan pertentangan dari keluarganya, tapi akhirnya Hamka bisa juga meminang Rania. Wanita yang baru dia temui dua bulan lalu sebelum memutuskan untuk menikah. Siapa yang tak jatuh hati, Rania begitu baik, tulus dan lembut. Semua orang pasti akan jatuh cinta saat melihat itu begitu pun dengan Hamka. Dia tak memakai bajunya, buat apa toh sebentar lagi juga akan di buka. Di dalam kamar mandi, Rania sedang membasuh tubuhnya yang lengket . Beberapa kali dia menghela nafas untuk meredakan rasa gugupnya, Rania teringat dengan Ibu mertuanya yang tak pernah tersenyum padanya membuat rasa gugupnya meluap menjadi kesal. Hanya karena anaknya menikahi dirinya, mertuanya itu sampai bersikap seperti itu. Rania sadar kalau dirinya hanya seorang guru TK yang gajihnya tak seberapa, tentu saja status mereka sangat berbeda karena Hamka anak seorang pengusaha batubara. Sudah jelas bukan statusnya, mungkin itu yang membuat ibu mertuanya tak menyukai dirinya. Tidak masalah, asal anaknya mencintai dirinya. Rania pun segera menyelesaikan mandinya, dia memakai wewangian yang sudah di belinya bahkan dia juga sudah memakai baju yang sangat seksi untuk menggoda Suaminya. "Aku yakin Mas Hamka pasti suka." ucapnya sambil tersenyum, namun senyuman itu seketika luntur di bibir merahnya. Entahlah Rania bingung dengan jantungnya yang berdetak dengan sangat kencang, bukan karena gugup tapi dia takut bagaimana kalau suaminya tak bisa menerima dirinya. Apa Rania salah karena tak mengatakan dari awal tentang dirinya, dia menatap pantulan tubuhnya di cermin wastafel. Tubuhnya begitu sintal dan seksi tapi semua itu berkat mantannya. "Kenapa gak keluar-keluar." bisik Hamka, membuat lamunan Rania buyar. "Mas," lirih Rania. Hamka menyapu bahu mulus Rania yang begitu sangat indah, apalagi baju yang Rania pakai begitu sangat seksi membuat gairah Hamka langsung menggelora. "Kamu seksi sekali sayang." bisiknya, rona merah di kedua pipi Rania pun langsung muncul. Hamka pun membalikan tubuh Rania agar bisa menghadap ke arahnya, dia mendudukkan Rania di atas wastafel lalu dia memandang istrinya yang sangat berbeda malam ini. "Kamu sudah siap?" tanya Hamka, tak lupa dia juga menyunggingkan senyuman yang sangat manis. "Mana mungkin aku berdandan seperti ini jika belum siap." jawab Rania sambil bergelayut manja pada suaminya. Hamka langsung melahap bibir merah Rania, bahkan tangannya pun tak dia. Hamka langsung menarik baju Rania, dia langsung melahap dua bukit indah itu bergantian. "Emmmm." Rania meremas rambut Hamka, di sela aktivitasnya. Rania mulai gelisah, tentu saja permainan ini tak sampai di sini saja. Apa Hamka akan menerimanya, Apa Hamka tidak akan mempermasalahkan. Rania yang tanpa sadar pun kini kakinya sudah di angkat di atas wastafel hingga istrinya itu bersandar ke cermin, tangannya sudah menyelinap ke arah sensitif Rania. Hamka yang mengira Rania akan kesakitan pun memasukan satu jarinya, namun tak ada respon apapun dari Rania. Tentu saja Hamka heran karena Rania hanya diam saja saat dia memasukan satu jarinya ke sana. Rania begitu gugup melihat keterdiaman Suaminya, Hamka langsung menatap ke arah istrinya yang sudah tak mengenakan apapun di tubuhnya. Rania begitu takut melihat sorot mata Hamka yang memancarkan kekecewaan di sana, bahkan tanpa sadar air mataku menetes. Rania langsung menarik wajah Hamka, melumat bibir laki-laki yang sudah menjadi suaminya. Sungguh dia sangat takut sekali sekarang, bagaimana kalau Hamka menceraikan dirinya namun Hamka langsung mendorong Rania dengan sangat keras hingga lumatan itu terlepas. "Kamu sudah tak perawan, Rania?" Rania tak berani menjawab, dia hanya menangis membuat Hamka langsung memalingkan wajahnya. "Apa kamu kecelakaan? Atau memang kamu sering melakukan ini sebelum menikah?" tanya Hamka penuh penekanan, Rania hanya bisa menunduk sambil menangis. "JAWAB RANIA." bukannya menjawab, Rania malah menunduk sambil terisak. Hamka mengelengkan kepalanya, dia kembali menatap tajam wanita yang sudah menjadi istrinya itu. "JAWAB RANIA." sentak Hamka. "Maafkan aku Mas." lirihnya. Hamka menghela nafas, dia sungguh kecewa pada Rania. Apa ini karma karena dirinya tak nurut pada orang tuanya. Dan lihat ternyata penilaian orang tua tidak salah. "Rania Afsari binti Muhtar Saya talak kamu sekarang juga, kamu bukan lagi istri Saya." Tangis Rania semakin pecah, dia turun dari wastafel itu. Melihat suaminya yang akan meninggal kamar mandi Rania pun langsung mengejarnya. dia mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya, lalu bersimpuh di kaki Suaminya yang sudah rapih dengan bajunya. "Jangan ceraikan aku Mas, bagaimana aku menjelaskan pada Ibu kalau aku di ceraikan di hari pertama pernikahan kita." Hamka memalingkan wajahnya melihat wanita yang dia cintai bersimpuh sambil menangis, namun hatinya sudah kepalang kecewa mengetahui wanita yang dia nikahi ternyata sudah tak perawan. "Aku beri waktu 6 bulan, setelah itu silahkan kamu pergi dari rumah ini." ucap Hamka sambil membanting pintu. "Mas, Mas jangan tinggalkan aku." tapi teriakan Rania tak di dengarnya karena Hamka sudah keluar dari kamar. Tubuh Rania luruh,dia hanya bisa menangis sesenggukan sambil memegang erat selimut yang menutupi tubuh. Dia tak mengira kalau kesenangan di masalalu malah menghancurkannya di masa depan. Rania benar-benar menyesal pergaulan bebas yang sering dia lakukan bersama dengan teman-temannya semasa putih abu, kini kesenangan itu menghancurkan hidupnya, menghancurkan pernikahannya. Rania mengambil baju untuk menutupi tubuh polosnya , dia meringkuk di atas ranjang. Air matanya tak berhenti menetes. Ini semua salahnya, dia terlalu percaya diri kalau Hamka akan menerima dirinya apa adanya. Hamka tidak akan menceraikannya, laki-laki itu akan mencintainya namun semua itu pupus. Hamka, laki-laki itu pergi setelah tau kalau dirinya sudah tak perawan lagi. Di kamar yang berbeda Hamka sedang melamun, sungguh dia tak percaya. Wanita yang terlihat alim, baik dan santun itu bisa melakukan hal yang sangat di luar batas. drrttt drtttt Hamka pun melirik ke arah hpnya, ternyata sang Ibu yang menghubunginya. Hamka yang malas pun mengangkat telepon itu. "Ada apa Bu." jawab Hamka malas. "Ibu sudah nurut ya, untuk menikahkan kamu dengan Rania. Besok kamu harus ikut Ibu untuk menghadiri acara ulang tahun anak teman Ibu." ucap Siska. "Iya Bu, sudah dulu ya. Hamka cape." Hamka pun kembali menatap langit-langit kamar, dia mengingat kembali awal pertemuan dirinya dengan Rania. Dia yang seorang donatur di salah satu sekolah kanak-kanak pun tak sengaja menabrak Rania hingga buku yang Rania bawa berceceran. "Maaf." "Emm iya tidak apa-apa Mas." jawabnya. Hamka yang saat itu langsung terpesona pada Rania, selain cantik Rania juga sangat baik bahkan ke ibu-ibuan sangat cocok untuk jadi Ibu dari anak-anak. Hamka tersenyum membayangkan dia berumah tangga dengan Rania karena pasti anak-anak akan cantik dan tampan. "Permisi." Hamka mengerjap saat Rania pergi dari hadapan, dia langsung memegang dadanya. Saat itu Hamka langsung mencari tau tentang Rania, hingga dua bulan kemudian dia memutuskan untuk menikahi perempuan itu. Siapa sangka kalau niatnya di tolak mentah oleh sang Ibu, tapi Hamka menyakinkan Ibunya hingga akhirnya siska pun setuju. Tapi sekarang Hamka menyesal karena tak nurut pada Ibunya, dia tersenyum getir dengan nasib yang menimpanya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

After That Night

read
8.5K
bc

BELENGGU

read
64.6K
bc

The CEO's Little Wife

read
627.4K
bc

Revenge

read
15.8K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
7.7K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
53.6K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook