bc

Dia siapa?

book_age12+
1.2K
FOLLOW
5.9K
READ
others
friends to lovers
goodgirl
drama
Writing Challenge
campus
feminism
first love
friendship
lies
like
intro-logo
Blurb

Pertemuan hari itu sudah membuat dua insan merasakan gejolak yang berbeda, tidak ada pilihan selain diam dan menunggu waktu membukakan jalan yang ingin mereka tempuh. Clarissa harus berusaha bersikap bijak atas Cinta yang datang pada nya melalui dokter muda bernama Jefran. Semua ini dimulai saat ulahnya yang menarik perhatian Jefran untuk mengenal seorang Clarissa.

Semua berjalan beriringan bersama rasa yang diam-diam juga tumbuh menjadi nyata pada diri Yura, sahabat Clarissa. Mencintai orang yang sama dalam waktu yang beriringan membuat mereka kesulitan untuk memilih. Namun, waktu berpihak pada Jefran dan Clarissa membuat Yura diam-diam menantikan kehancuran yang nyata bagi mereka.

Hari itu, peristiwa di jalanan yang membuat semua berubah. Kenangan yang membuat mereka ada pada hari ini hilang tak teringat satu pun oleh Clarissa. Jefran yang berusaha keras untuk Clarissa memilih mundur dan mengusaikan semua nya. Setelah kemunduran Jefran, akankah Clarissa mengingat Jefran? Kemana pergi nya Jefran setelah meninggalkan semuanya?

chap-preview
Free preview
Awalnya
Baru saja turun dari mobil, matanya sudah melihat mobil berwarna merah di parkiran kampus. Hal ini membuat Clarissa menghela napasnya, raut wajah-nya berubah seketika. Clarissa melirik jam tangan nya. "Baru jam tujuh pagi." Clarissa menggelengkan kepala nya. Parkiran masih sangat sepi, mahasiswa baru saja beberapa orang yang sudah datang. Tapi, dosen satu ini sudah lebih dulu daripada murid nya yang lain. Clarissa sudah biasa datang lebih pagi dari mahasiswa yang lain, ia datang bersama Yura. Maklum, Clarisa dan Yura tinggal satu rumah, karena itulah kemana-mana mereka pasti pergi bersama. "Kenapa?" Tegur Yura, saat melihat wajah raut Clarissa berubah. “Itu lho, liat deh ke parkiran! Udah ngejogrog aja itu mobil di parkiran. " Jawab Clarissa, ia sangat kesal. Terdengar dari nada ia berbicara pada Yura. Yura menengok ke arah parkiran, lalu jatuh di bahu kiri Clarissa. Yura mendekat, mendapat membisikan sesuatu. "Kabar burungnya sih, itu dosen anak dokternya juga, Sa." Bisik nya. Rissa mendegus, "Terus hubungan nya apa?" Balas Rissa ogah-ogahan. “Anaknya ganteng, bisa aja diajak kesini. Terus dikenalin, terus deket sama gue, Ah lo! Kok pikiran lo ga kaya gue? ” Kata Yura setelah ia mencoba membukakan pikiran Rissa, namun tidak ada hasil nya. "Yura! Dibanding muka kita yang udah mumet sama matkul Dokter Refran, yang udah mumet revisi laporan praktik, ya lebih seger  ade-ade gemes lah. ” Rissa merangkul bahu Yura. “Nih lo liat, wanita berlist merah itu. Masih polos-polos gimana gitu kan, incaran pasti nya. " "Jangan bilang lo suka ade tingkat, Sa?" Curiga Yura. "Ra, lo tau engga sih kalau daritadi kita tuh diem di depan gerbang dan engga jalan-jalan juga ke kelas." Rissa mengalihkan perhatian Yura. "Ini semua gara-gara lo!" Balas Yura tak mau kalah. "Gue duluan ah, belum nyelesain laporan yang harus gue revisi ke Dokter Refran." Ucap nya lalu berjalan dengan cepat meninggalkan Yura. “Rissa! Lo keterlaluan banget sih. ” Teriak Yura lalu berlari mengejar Clarissa. Clarissa dan Yura memang saudara. Tante Alisa yang merupakan Ibu dari Yura, adalah adik dari Almarhumah Ibu dari Clarissa. Namun, karena kedua orang tua Clarissa sudah pergi saat ia masih SMA. Ia dititipkan pada Alisa. * Rissa dan Yura sedang mencatat untuk tugas Dokter Refran, karena jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Itu artinya Dokter Refran akan segera masuk. "Sa! Plis deh, barengan nyonteknya! ” Suara Yura terdengar nyaring dan jelas, itu karena tiba-tiba kelas menjadi sepi dan tak ada suara selain suara Yura. Dan langkah kaki seseorang yang baru saja masuk ke kelasnya. Yura menutup mulutnya seketika, ia menjatuhkan pandangannya pada sosok bertubuh tinggi, kulit putih, intinya sosok itu tampan. Berbeda dengan Rissa yang bertolak belakangnya biasa. "Halo! Selamat Pagi. " Sapa nya saat ini suah berdiri di depan kelas. “Pagi ..” Jawab seluruh kelas bersamaan. "Oke, mungkin ada yang aneh karena saya masuk ke kelas ini." Setelah itu ia tersenyum. “Perkenalkan saya Jefran elvaro, anak dari Dokter Refran. Saya di sini akan pengajar kalian, karena beliau berhalangan hadir. ” "Dokter juga?" Tanya salah satu mahasiswi di kelas. "Betul, ada yang harus saya jelaskan lagi sebelum memulai materi hari ini?" Tanya nya dengan ramah. "Gila, jauh banget sama Dokter Refran yang galaknya nauzubilah." Celetuk Yura. "Bisa dimulai, Dokter." Ucap sebagian Mahasiswa. Jefran mengangguk, lalu mulai membuka laptopnya. ia mulai mengajar, penyampaiannya yang sangat jelas, runtun, dan ramah. Membuat Mahasiswa selalu berdecak kagum pada Dokter muda yang hadir. 2 jam berlalu yang biasa penuh decakan sebal karena terlalu lama, hari ini sebaliknya dirasa sangat senang. karena jamnya sudah selesai, Jefran sudah menyelesaikan materi yang ia sampaikan. “Baik, waktu nya sudah habis. Kalau ada kesempatan lagi bisa kita bahas, dan boleh jawab mungkin yang ada pertanyaan saat sampai rumah boleh nanti tanyakan kepada saya.” Kata nya setelah memasukkan laptopnya ke dalam tas. "Ada pertanyaan sebelum saya keluar?" "Dokter dinas di mana?" Tanya Abdi, salah satu Mahasiswa laki-laki. Yang pasti sudah Rissa perkirakan ia memiliki banyak pertanyaan pada Dokter Jefran. "Di Rumah Sakit Harapan Kasih." Jawab tanpa menghilangkan pesona sedikitpun. Abdi mengangguk, pertanyaan itu mewakili para Mahasiwa yang ingin tahu tempat kerja Dokter Refran. "Baik, saya tutup. Selamat siang, terimakasih. ” Setelah itu ia tersenyum, lalu melambaikan tangan pada Mahasiswa sambil berjalan keluar. Hal ini malah membuat para mahasiswa berteriak kegirangan. “Sumpah, pucuk dicinta ulam pun tiba. Ganteng kan, Sa? " Tanya Yura dengan nada setuju. Rissa mengerutkan dahi nya, alis nya bertaut. “Apaan sih, lebay banget deh. Yura dia tuh sama manusia kaya kita. ” “Gue heran deh sama lo, cowo yang kaya gimana sih yang bikin lo tertarik? Udah jadi kaka tingkat juga dari awal masuk kampus ini lo sama sekali engga ada pacar. ”Cecar Yura, ia menerima kesal sendiri dengan sikap Rissa. “Ra, gue pengen kuliah dulu yang bener. Ayah sama Ibu gue kan udah engga ada, gue ga mau banyak nyusahin Tante. ” Jelas nya dengan nada pelan. Yura menelan ludahnya, bisa-bisa wanita secantik Rissa punya hati yang engga kalah cantik. "Tapi, awas aja sampe lo suka sama Dokter Jefran." Rissa menggelengkan kepala nya, mengambil berpikir jika ia harus berdebat hanya karea masalah Dokter muda tadi. Ia tahu saja tidak, malah diributkan. * Jefran membuka ponselnya setelah meluncurkan segelas Kopi ala-ala yang ia pesan tadi. Sambil menunggu datang seseorang, ia membuka artikel kesehatan yang sering ia jadikan referensi bagaimana membahas masyarakat umum. "Gila, udah jadi Dokter masih baca-baca begituan." Gunakan seseorang yang diam-diam mengintip apa yang sedang Jefran lihat. “Gio? Ah, lihat! Gue kira siapa. ” Balas Jefran, lalu membuka ponselnya di atas meja setelah ia matikan. Gio menyengir, tujukan sederetan gigi nya. Senyum ini lah yang membuat wanita-wanita terpikat apad Gio. "Abis dari mana lo?" Tanya Gio. “Abis ngisi jam di Kampus.” "Wah? Anak kesehatan, Jef? Wah gila lo, pantesan seger banget. ” Goda Gio pada Jefran. “Ya gitu. Biasa aja lah, sama aja manusia. ” Jawabnya jangan terpancing sedikitpun. "Lo jadi dosen sekarang, Jef?" “Engga, gue gantiin bokap aja. Udah dua hari ini kan dia di Malang, belum bisa balik kata nya. ” "Tapi, lo serius engga ada yang bikin lo terpikat?" Tanya Gio lagi. Jefran memukul meja nya pelan, “Gila lo ya! Gue ngajar bukan nyari cewe. " “Jef, mau sampe kapan sih lo fokus sama karir? Karir lo tuh udah bagus, yang engga bagus itu kisah cinta lo. ” Setelah mengatakan itu, Gio tertawa meledek Jefran. Gio Zergio adalah sahabat Jefran satu-satu nya. Usia mereka hanya berbeda satu tahun, profesi mereka sama-sama dalam bidang kesehatan. Hanya beda penempatannya saja. "Gio-gio, bawa kaca engga?" Tanya nya dengan wajah serius, buat Gio terdiam. Gio berpikir “Jef, gue bercanda kali. Engga serius, santai dong. " Ucap Gio mulai panik. "Ngaca dong lo, sama kan lo juga jomblo." Kini giliran Jefran yang tertawa. "Ah s**l, gue kira lo marah." Setelah meneguk minumannya, Jefran kembali siap berbicara. "Umur kita tuh udah di atas 25 tahun, ya soal soal ginian ngambek." “Justru itu, Jef. Jadi lo kapan nikah? Lo nyari yang kaya gimana sih? ” Tanya Gio serius. “Engga neko-neko sih gue, gue nyari yang mau diajak langsung aja sesuai rencana gue. Males kalau banyak mau nya, Gi. ” Jawab Jefran jujur. Sebenarnya ia sudah siap untuk menikah, belum ia perlu satu atau dua tahun lagi. Ia juga tidak mau langsung menikah sebelum menerima lebih lama. Hanya saja, Jefran ingin pasangan yang mau ikut andil dalam rencana nya, tidak banyak neko-neko. "Lo bakal jadi dosen lagi di kampus itu?" “Engga tau gue juga, liat bokap gue aja nanti. Oh iya, rencana nya kalau gue ngisi materi di sana lagi, gue akan ajak lo sesekali. ” Gio menatap bingung, "Buat apa?" “Lebih ke memperjelas, di materi yang gue sampaikan perawat tuh peran nya apa. Gue rasa sih banyak yang belum paham, karena kan bokap gue Dokter. ” "Cewe nya cantik-cantik tapi?" Gio memasang wajah menyebalkan, ia juga memegang tawa nya. "Gue rasa sih lo pasti ngegebet, Gi." Jawab Jefran sambil memutar bola mata nya. "Bisa aja lo!" Jefran melirik jam tangan nya, sudah hampir satu jamnya di sini. Ia segera menghabiskan minumannya, sebelum pamit pada Gio. “Gi, satu jam lagi ada janji sama pasien. Gue duluan ya, perjalanan dari sini ke Rumah sakit kan lumayan. ” Ucap nya pada Gio, jelaskan yang sebenarnya. “Oh iya, Engga apa-apa lah gila! Gue juga mau balik abis shift malem. ” "Libur dong lo hari ini?" "Yoi lah." “Yaudah, gue duluan. Nanti gue yang membayar. " Jefran berdiri, dan mengambil tasnya. ia menepuk bahu Gio sebelum pergi. "Siap Pak Dokter." Jawab dengan semangat. * Jauh di lubuk hati Yura, ia benar-benar terpikat pada Jefran. Ia akan berusaha mendekati sosok Jefran. Mungkin, Rissa mempertimbangkan jika Yura hanya kagum pada sosok Jefran si Dokter muda. Tapi, nyata itu ia yakin kalau perasaannya bukan main-main. Lagi pula ini sudah waktunya untuk mencari yang benar-benar serius, tepat nya yang bisa diajak ke pelaminan. Ia yakin, Bunda-nya tidak akan menolak calon menantu semapan dan setampan Jefran. Dengan hati berbunga-bunga, dan senyum yang tak juga hilang dari wajahnya. Yura menghampiri Bunda nya. "Bunda?" Tanya dengan nada lembut. "Kenapa, Ra?" Jawab Alisa tanpa mengalihkan pandangannya pada sayuran yang sedang ia potong-potong. "Tadi ada Dokter Muda yang ngisi kelas aku, keren kan?" Kata Yura, berharap lebih banyak. "Kenapa? Kamu suka, Ra? ” Tebakan Bunda nya tepat sekali. Yura mengangguk, "Iya, Bun." “Kagum aja atau gimana? Rissa tahu soal ini? " Tanya Alisa sambil menyiapkan masakannya. “Kan kita sekelas, Bunda. Rissa sih kaya kaya engga suka, Bun. Kata dia dia mau fokus kuliah aja, engga enak sama Bunda udah banyak ngeluarin biaya. ” Jelas sedang disiapkan, sedang disiapkan oleh Bunda. Alisa terkekeh, “Kaya Rissa dong, kamu tuh mikirin nya laki-laki terus. Engga masalah sih, Bunda. Cuma gini, Ra. Kamu sukses dan berhasil siapa sih yang engga mau? ” Tanya nya sambil menatap Yura penuh arti. “Bunda tuh ya, Rissa dikit-dikit. Apa- apa Rissa. " Jawab nya tak terima. Yura jadi minta kesal, padahal niatnya adalah meminta dukungan. Bukan malah dijatuhkan oleh Bunda nya sendiri pula. “Rissa di sini? Ada apa ni? ” Tanya dia sedikit berteriak sambil melupakan Yura dan Alisa di dapur. "Ada Dokter muda ya, Ris." Jawab Alisa sambil meledek. “Iya, Tante. Itu tuh ada yang terpesona sama Dokter muda. ” Rissa membalas Alisa tak kalah menyebalkan. “Oh begitu, pantesan tumben nih ke dapur. Tau nya lagi klepek-klepek ya, Sa? Kan biasa nya Yura anti banget tuh ke dapur. ” Alisa sebaliknya malah menyindir yura terang-terangan. "Ini anak kandung yang mana sih?" Yura menggerutu sambil melipat kedua tangannya di atas d**a. Rissa tak henti tertawa saat melihat wajah Yura yang berubah menjadi kesal. Niat Rissa mengambil lebih dari senang, tidak benar-benar serius. Lagi pula ia sadar, Alisa adalah orang tua kandung Yura. Wajar saja kalau menyindir anak nya sendiri. Padahal, dalam hati Yura ia sungguh-sungguh kesal pada Rissa. Karena lagi-lagi selalu mendapat perhatian lebih dari Bunda nya. "Rissa lagi, dia lagi, semua nya aja dia." Gerutu nya sambil berjalan meninggalkan dapur.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Penjara Hati Sang CEO

read
7.1M
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K
bc

My Husband My Step Brother

read
54.8K
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.9K
bc

Call Girl Contract

read
323.1K
bc

When The Bastard CEO Falls in Love

read
370.0K
bc

LIKE A VIRGIN

read
840.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook