bc

TUK TUK, I'M IN LOVE

book_age16+
890
FOLLOW
23.0K
READ
love-triangle
friends to lovers
goodgirl
prince
princess
heir/heiress
drama
sweet
bxg
royal
like
intro-logo
Blurb

PLEASE FOLLOW FOR UPDATED STORY

Diawali dengan pertemuan yang tidak disengaja, menghasilkan kisah cinta yang tak biasa dan bukan kisah cinta Cinderella.

Mencintai seorang pewaris tahta kekaisaran yang menyamar sebagai pengendara tuk tuk, tidak lantas membuat roda kehidupanku yang saat ini dalam keadaan terpuruk langsung berada di atas. Bahkan aku harus melewati kerikil tajam yang menyakitkan hingga bisa menjadi seorang Permaisuri yang di cintai rakyatnya. Meski nasibku sangat baik karena menikah dengan seorang Kaisar, tapi bukan berarti hidupku sempurna.

"Bagaimana? Apakah kamu ingin mendengarkan kisahku dengan Prince Baldwin?"

- Rhea Zeline -

chap-preview
Free preview
TUK TUK I’M IN LOVE – 01
TTIIL.01 - ATURAN KEKAISARAN (1)       “Turunkan dagu anda sedikit, Yang Mulia. Jangan sampai kepala Yang Mulia seakan-akan digantung oleh seutas tali. Jangan tersenyum, dan tutup mulut  Yang Mulia dalam posisi alami. Fokuskan mata pada sesuatu yang ada di depan, tapi hati-hati jangan sampai tersandung ketika berjalan.” Countess Rebecca memperakan apa yang ia katakana di hadapan ku.       “Berdiri tegak, bayangkan ada tali tak terlihat menahan tbuh Yang Mulia dari tulang belakang hingga ke kepala. Tarik bahu sedikit kebelakang dan berdirilah setegak yang Yang Mulia bisa.” Countess Rebecca memegang perut dan punggungku, kemudian meluruskan leherku.       Countess Rebecca memperagakan beberapa langkah di hadapanku sembari berkata, “Tempatkan satu kaki di depan kaki lainnya, dan berjalanlah dalam langkah-langkah panjang. Penempatan satu kaki di depak kaki sebelahnya akan membuat pinggul Yang Mulia berayun dari satu sisi ke sisi lainnya seperti jalan klasik. Ketika berjalan maju, cobalah menampilkan kepercayaan diri dalam langkah Yang Mulia. Tapi harus ingat, jangan berlebihan mengayunkan pinggul.”       Aku mengikuti cara melangkah yang telah diajarkan oleh Countess Rebecca di sampingnya, sesuai dengan yang beliau ajarkan. Kemudian beliau kembali berbicara dengan memperagakan gerakan lainnya. “Biarkan kedua lengan menggantung di sisi tubuh, dan posisikan tangan lebih santai. Biarkan lengan terayun sedikit, itu akan membuat Yang Mulia terlihat dingin dan tenang ketika berjalan. Jangan luruskan tangan hingga terlihat kaku, biarkan lengan membentuk lekukan alaminya dan sedikit berayun mengikuti gerakan tubuh. Usahakan tidak menggerakkan atau mengepalkan tangan karena itu akan membuat Yang Mulia terlihat gugup.”       “Ya, begitu Yang Mulia.”  Countess Rebecca mengomentariku yang telah berulang kali mempraktekkan apa yang telah beliau ajarkan sebelumnya.     “Yang Mulia, jangan sampai buku yang di atas kepala Yang Mulia terjatuh. Yang Mulia harus berjalan dengan tenang.” Countess Rebecca berbicara memberiku peringatan saat melihatku berlatih berjalan dengan baik di tengah ruangan yang sangat luas ini. Dan saat ini aku merasa sedang berlatih menjadi seorang peragawati.       Ini adalah hari ke-28 ku menjadi penghuni istana. Dan ini lah yang aku lakukan setiap harinya setelah bagun tidur, berberes diri dan sarapan. Dari hari kedua menjadi penghuni istana ini, banyak kesibukan yang harus aku jalani sebagai rutinitas. Berbeda dengan diriku dulu yang hanya seorang nona muda yang sering bermalas-malasan di sebuah rumah mewah dan besar, sebelum kebangkrutan menghampiri keluargaku.       Selama tinggal di istana ini aku berlatih bagaimana cara berjalan seorang wanita bangsawan yang tenang dan anggun. Tidak seperti diriku yang dulunya suka berjalan terlalu santai atau terburu-buru. Aku berlatih bagaimana cara bersikap pada orang-orang yang akan aku hadapi nantinya. Seperti berhadapan dengan para petinggi kekaisaran, para bangsawan, para pelayan dan juga dengan para rakyat biasa, semuanya telah diatur sedemikian rupa. Dan sebagai penghuni istana aku harus mengikuti aturannya.       Aku juga harus belajar tata krama sebagai seorang bangsawan. Bagaimana berbicara yang baik, bagaimana cara bersikap sesuai dengan keadaan dan tempat. Semua yang di ucapkan dan yang dilakukan sudah ada yang mengaturnya. Dan semua benar-benar membuat kepalaku seperti dipenuhi oleh benang kusut.       Tidak lama kemudian beliau kembali berkata, “Oke, cukup sampai disini pelajaran ini. Perkembangan anda cukup pesat Yang Mulia.”       “Terima kasih, Countess Rebecca.” Aku menganggukkan kepala pada Countess Rebecca.       “Kalau begitu saya permisi dulu, Yang Mulia. Kita akan bertemu dua jam kedepan setelah makan siang.” Countess Rebecca membungkukkan badannya dan melangkah mundur meninggalkan aula tempatku belajar.       Countess Rebecca adalah seorang wanita paruh baya yang bertugas sebagai pendidik para bangsawan wanita yang ada di lingkungan kekaisarann. Sifat keibuannya membuat beliau selalu bersikap lembut namun tetap tegas saat mengajar. Meski beliau terlihat kurang menyukaiku, tapi beliau tetap mengajarkanku dengan baik dan professional. Aku tidak tahu apa yang membuat beliau tidak menyukaiku. Aku merasa ia kurang menyukaiku karena aku dari kalangan orang biasa dan bukan dari negaranya. Tapi saat melihatnya aku merasa seperti sedang melihat sosok ibuku. Wajah dan perawakannya hampir sama dengan ibuku yang telah tiada.       Aku masih berdiri terpaku mengingat masa laluku bersama ibu. Seseorang yang sangat aku rindukan yang telah lama meninggalkanku. Yah, setelah kebakaran maut satu tahun lalu yang menimpa ibu dan adikku, satu persatu keluargaku pergi meninggalkanku secara bergantian. Dan itu membuatku menjadi seorang gadis yang selalu merasa kesepian.       “Sayang, apa kamu tidak merindukanku?” tiba-tiba seseorang berbisik di telingaku.       Aku yang merasa kaget menoleh ke samping hingga pipiku menyentuh bibir merah yang dimiliki pria yang sedang berdiri di sampingku. “Baldwin….apa yang kamu lakukan disini?”       “Aku hanya ingin menemuimu.” Baldwin tersenyum hangat padaku sambil mengulurkan tangannya menggenggam kedua tanganku. Kini kami berdiri saling berhadapan di tengah aula yang sangat besar.       Aku tersenyum malu menatap Baldwin yang menatapku hangat. “Bukankah kita tidak diizinkan bertemu hingga beberapa hari ke depan?”       “Tapi aku tidak bisa menunggumu lebih lama lagi. Aku sangat merindukanmu.” Baldwin memelukku erat dan mencium keningku dengan lembut.       Saat kami saling berpelukkan cukup lama di tengah aula, seseorang yang datang tanpa sepengetahuan kami dan merusak momen sepasang kekasih yang sedang melepas rindu. “He’emmm….”       “Andrew…” Baldwin melepaskan pelukannya dan menatap Marquis Andrew yang tengah berdiri di ambang pintu aula. “Apa yang sedang kamu lakukan disini?”       Marquis Andrew membungkukkan sedikit tubuhnya dan berkata, “Maaf Yang Mulia, sepertinya saya yang bertanya pada Yang Mulia. Kenapa Yang Mulia ada disini?”       “Aku….” Baldwin menjawab dengan gugup.       “Maaf Yang Mulia, anda tidak diizinkan bertemu dengan Lady Rhea hingga beberapa hari kedepan. Lagi pula Yang Mulia memiliki banyak pekerjaan yang harus Yang Mulia lakukan.”       “Aku hanya ingin bertemu dengan Rhea.”       “Tapi sudah aturannya Yang Mulia. Jadi saya harap Yang Mulia dapat kembali ke ruangan Yang Mulia, sebelum yang lain melihatnya.”       Baldwin menghirup nafas panjang dan membuangnya dengan kasar sambil berkacak pinggang. Terlihat rasa kecewa dan tidak senang di wajahnya saat Marquis Andrew mengingatkannya. “Baiklah. Aku akan kembali bekerja.”       Ia melangkahkan kakinya keluar aula dengan langkah yang berat. Saat ia telah berada di ambang pintu, ia membalikkan tubuhnya menatapku yang masih berdiri di tengah aula, “Sayang, sampai bertemu lagi di hari yang special.”       Aku tidak menjawab dan hanya tersenyum mengangguk menanggapi ucapan Baldwin. Baldwin pun membalas senyumanku dan berlalu pergi. Sedangkan Marquis Andrew membungkukkan badannya berpamitan padaku sebelum mengikuti Baldwin yang telah lebih dulu pergi.       Marquis Andrew adalah salah satu pejabat kekaisaran yang selalu bersama Baldwin sekaligus sahabatnya. Ia juga teman baikku saat kami masih menjadi rakyat biasa dan aku belum mengetahui identitasnya yang sebenarnya. Ia benar-benar seorang pria yang baik dan penuh perhatian. Namun setelah berada di istana ini, kami tidak bisa sedekat dulu lagi. Diantara kami seperti ada pemisah yang sulit untuk di runtuhkan.       Tidak lama kemudian, beberapa orang pelayan memasuki aula tempatku belajar dengan nampan di tangan mereka masing-masing. Di nampan itu terdapat berbagai menu makan siang yang di sediakan untukku. Mereka berjalan ke sudut ruangan dan menghidangkan makanan itu di atas meja, “Yang Mulia, silahkan menikmati makan siangnya.”       “Terima kasih.” Aku menjawab sambil berjalan dan duduk di meja makan yang ada di sudut ruangan.       Aku duduk dengan tenang sembari menikmati makan siangku sendirian. Para pelayan lainnya telah pergi keluar ruangan dan akan kembali lagi setelah aku selesai makan. Hidup seperti ini membuatku sedikit tertekan. Karena semua yang aku ucapkan harus di jaga, dan semua yang aku lakukan juga harus sesuai dengan aturan yang berlaku di istana ini.       Satu jam kemudian satelah aku menyelesaikan makan siang, Countess Rebecca kembali memasuki aula. Dangan wajah datar ia duduk di kursi yang ada di hadapanku dan berkata, “Yang Mulia, menjadi anggota keluarga kekaisaran berarti Yang Mulia harus mengikuti segenap aturan yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Aturan ini berlaku bagi setiap orang, mulai dari Permaisuri, anggota kekaisaran yang tua maupun yang muda, hingga staff khusus kekaisaran. Apapun Yang Mulia lakukan dan kemanapun Yang Mulia pergi, ada sederet aturan tertulis dan tak tertulis  yang harus diikuti. Dan Yang Mulia perlu benar-benar memeperhatikan setiap detail kecil yang Yang Mulia lakukan. Mulai dari bagaimana anggota kekaisaran makan, cara berpakaian, hingga bagaimana Yang Mulia harus berdiri.”       Countess Rebecca menghela nafas panjang lalu melanjutkan ucapannya, “Dan siang ini saya akan memberi tahu sederet aturan diet yang harus diikuti, permain boardgame yang dilarang, dan berbagai aturan random serta tradisi yang harus Yang Mulia ikuti dan patuhi.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sweet Sinner 21+

read
885.3K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
221.3K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.1K
bc

Mrs. Rivera

read
45.3K
bc

Married With My Childhood Friend

read
43.7K
bc

Crazy Maid ( INDONESIA )

read
206.3K
bc

HOT AND DANGEROUS BILLIONAIRE

read
570.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook