Ganis dan Daniel

“Ah, sial! siapa yang taruh permen karet di kursi gue?” Ganis marah, teriakkannya menggema di ruang kelas. Matanya langsung tertuju pada Daniel dan teman-temannya yang sedang tertawa. “Pasti elo!” Tunjuk Ganis pada Daniel. “Kok gue sih?” tanya Daniel memelas. “Siapa lagi di kelas ini yang suka jahil selain elo?” Ganis semakin menaikan suaranya. “Si Bayu tuh yang taruh!” adu Daniel pada Ganis. “Apaan? Gue cuma taruh satu, yang sembilannya itu elo!” kata Bayu tidak terima dituduh. “APA???” suara Ganis menggelegar, sehingga beberapa murid di kelas menutup kuping mereka. “Lo taruh sepuluh permen karet bekas di kursi gue? Elo pikir dong! Permen karet itu susah diilanginnya kalau udah nempel. Setelah ini rok gue jadi apa? Gak bakal bisa dipake lagi! Ah, sial!” Daniel, Bayu, Rayhan, dan Hendrik, para pelaku kejahilan ini hanya tertawa, merasa puas korbannya meledak. “Man, bawa minyak kayu putih?” tanya Ganis pada Amanda yang memang selalu bawa minyak kayu putih ke sekolah. “Bawa, buat apa?” tanya Amanda. “Pinjem, buat bersihin rok.” Ganis pun mengambil minyak kayu putih itu dari tangan Amanda. Ganis menutupi bagian belakang roknya dengan jaket lalu pergi ke toilet. “Hahahahahaha, puas deh gue!” Bayu tertawa setelah Ganis pergi. “Hahaha, mantap!” timpal Daniel. ※※※ Ganis kembali ke kelas setelah bersusah payah membersihkan sepuluh permen karet yang menempel di roknya itu. Untunglah belum terlalu kering, sehingga masih mudah dibersihkan walaupun masih terlihat nodanya. “Nama Ganis Arthalita kelas XII IPA-2, alasan mencalonkan diri ....” Daniel sedang membacakan tulisan yang ada di selembar kertas yang dia temukan di laci meja Ganis. “Heh! Itu kertas gue!” potong Ganis saat Daniel sedang membacakannya. “Oh, ini punya lo? Terus kalau punya lo, lo mau apa?” tanya Daniel jahil. “Ya balikin lah! Sini!” perintah Ganis. “Oh, gak segampang itu. Sini ambil!” kata Daniel sambil berdiri di atas meja. Daniel melompat dari satu meja ke meja lainnya untuk menghindari tangkapan Ganis. Kemudian Ganis berhasil menangkap kakinya. Tetapi Daniel malah meremas kertas itu menjadi bulatan, lalu membuangnya keluar melalui fentilasi kelas yang mengarah ke luar gedung sekolah dan jatuh tepat di sebuah pemakaman yang memang berada di belakang kelas. “Eh, jatuh ke kuburan. Sana gih, ambil! Ih, atut!” seru Daniel manja. Mata Ganis terbelalak, “b*****t!!!” Ganis sudah sangat marah, dia kembali ke kursinya yang sudah dibersihkan Amanda, lalu ia rebahkan kepalanya di atas lengan yang ia lipat di atas meja agar emosinya tertahan. “Huu …. sok-sokan sih nyalonin ketua OSIS,” kata Daniel mengejek. ※※※ Pagi ini cuaca masih terlihat agak mendung dikarenakan semalam hujan turun cukup deras, sehingga menyebabkan beberapa jalan terlihat becek. Ganis berjalan sendirian menuju sekolah. Ganis sebelumnya naik angkot, tetapi angkot yang dinaikinya mogok. Akhirnya Ganis memutuskan berjalan kaki, untunglah mogoknya tidak terlalu jauh dari sekolah. Lalu tiba-tiba. Crat. Percikan air tersiram ke rok sekolah Ganis. Air itu berasal dari becek yang sengaja dicipratkan oleh seorang pengendara motor pada Ganis. “Daniel!!!” teriak Ganis pada pengendara motor itu. Meski tertutup helm, Ganis tahu bahwa seseorang yang mengendarai motor Kawasaki Ninja 250R berwarna merah itu adalah Daniel. Daniel membuka kaca helmnya lalu tertawa. “Apa?” tanyanya. “Pagi-pagi lo udah iseng sama gue? Otak lo di mana? Rok gue kotor bodoh!” Ganis marah dan memaki Daniel. Daniel menaikkan bahunya dan mengangkat alisnya sebelah, “Ya bukan urusan gue!” lalu pergi meninggalkan Ganis. “Daniel!!! Gue benci sama lo!” Ganis teriak sambil menghentak-hentakan kakinya. ※※※