bc

Ti Amo, Vedovo (Bahasa Indonesia)

book_age18+
10.6K
FOLLOW
210.9K
READ
dark
fated
arrogant
goodgirl
CEO
boss
drama
twisted
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Warning 21+

Dipecat dari kantor atas kesalahan yang tidak ia lakukan membuat Ana frustrasi dan mencari pekerjaan lain, yaitu 'menemani' pria-pria kesepian. Siapa sangka, pelanggan pertamanya adalah Randy, mantan bosnya.

Menemani Randy selama dua minggu tidak serta merta membuat Ana berdamai dengan masalah yang pernah terjadi. Sikap profesional Ana selama mereka bersama lantas membuat Randy merasa bersalah. Ia meminta Ana kembali bekerja di kantor. Namun, sayangnya wanita itu pergi dari kehidupannya, bahkan saat ia benar-benar jatuh cinta pada Ana.

chap-preview
Free preview
Bab 1
Ana terkesiap saat membaca sebuah surat yang baru saja diserahkan padanya. Ia dipecat. Air mata Ana langsung menetes. Ia tahu, belakangan ini ia sedang melakukan sebuah kesalahan. Namun, ini bukanlah tanggung jawab Ana seutuhnya. Semua orang di kantor ini, sepatutnya juga turut bertanggung jawab. "Ana?"panggil Mia,rekan kerja sekaligus sahabatnya di kantor ini. Ana terisak, tangannya meremas surat itu dengan pilu. Sementara, Mia yang memang sudah tahu mengenai kabar pemecatan Ana tidak bisa berkata banyak. Ia mengusap pundak Ana dengan lembut. "Aku...di...dipecat,Mia,"ucap Ana dengan suara bergetar. Mia mengangguk sedih. Beberapa hari ini, sahabatnya itu sedang memiliki konflik dengan sang direktur. Ia bahkan sempat mendengar desas-desus kalau Ana akan diberhentikan. Namun, ia baru percaya setelah surat pemecatan Ana keluar."Sabar, Ana..." Ana menggeleng, ia terduduk sambil memegangi keningnya."Memangnya aku yang salah? Kalau mereka bercinta terus hamil...aku yang harus tanggung jawab? Memangnya aku harus jagain anak orang dua puluh empat jam,Mia?" "Coba kamu bicarakan lagi dengan Pak Randy. Memangnya tidak ada solusi lain selain pemecatan?" "Katanya dia malu,Mi,sama temennya. Bukankah seharusnya Pak Randy yang bertanggung jawab? Dia kan Bos di sini." "Makanya...kamu tanya langsung aja sama Pak Randy,Ana. Biar semuanya jelas." Ana menarik napas panjang, menghapus air matanya berkali-kali."Aku harus menemuinya." Mia mengangguk."Ya udah...tapi, jangan emosi, Ana, semua ada jalan keluarnya." Ana berdiri, ia masih berusaha menghapus air matanya yang terus keluar. Ia berjalan ke ruangan Randy. Dengan tangan yang gemetaran ia mengetuk pintu ruangan Bosnya. "Masuk!" Terdengar suara Randi dari dalam. Ana membuka pintu, lalu menutupnya kembali."Selamat siang,Pak." "Siang." "Ada yang ingin saya bicarakan, Pak." Randy mengangguk."Silahkan duduk." Ana duduk, lalu ia menatap Randy yang terlihat sok sibuk. Pria itu bahkan tidak melihat ke arahnya. "Pak!" "Iya?" Gerakan Randy terhenti. Ditatapnya gadis itu."Kamu kenapa nangis, Ana? Ada masalah?" "Demi apa? Iya,Pak saya ada masalah. Saya baru saja kehilangan pekerjaan saya,"jawab Ana dengan nada tinggi. Ia sudah terlanjur emosi, tidak bisa berkata dengan nada lembut pada orang yang sudah memecatnya tanpa alasan yang logika. "Oh...kenapa? uang pesangon kamu belum dikasih? atau masih kurang?" "Bukan itu,Pak. Saya masih tidak terima dengan pemecatan ini. Saya tidak melakukan kesalahan fatal yang tercantum di dalam aturan tertulis kantor ini. Bahkan kesalahan saya juga tidak tertulis di sana. Artinya, Bapak tidak punya hak memberhentikan saya." Ana tidak peduli lagi air matanya jatuh di depan Pak Direktur. Ia sudah tidak sanggup lagi. Ia tidak ingin dipecat karena harus membiayai Ibu dan adiknya. "Wow, berani sekali kamu bicara seperti itu. Saya sudah memutuskan untuk menghentikan kamu. Kamu tahu,kan...akibat keteledoran kamu mengawasi anak-anak itu, mereka jadi salah pergaulan dan salah satunya sekarang hamil. Harus putus sekolah. Masa depan hancur! Kamu tahu...anak itu adalah salah satu anak dari pejabat di kota ini. Saya malu memiliki karyawan yang lalai dari tugasnya." Nada suara Randy membuat hati Ana teriris. Lelaki itu benar-benar menyatakan dirinya melakukan kesalahan besar. "Pak, saya mohon...." Ana mengatupkan kedua telapak tangannya."Maafkan saya, jangan pecat saya, Pak." Randy menatap Ana dengan tajam."Maaf, Ana...semua sudah diputuskan. Pemberhentian kamu juga sudah dirapatkan oleh petinggi-petinggi di kantor ini." "Pak, saya mohon...beri saya kesempatan,"isak Ana. "Maaf, Ana...kalau kamu tidak saya berhentikan, maka saya yang akan berhenti. Saya akan tutup kantor ini. Karena reputasi saya sudah tercoreng,"balas Randy dengan nada dingin. Lelaki itu seakan tidak punya hati. "Pak...." Ana terisak, matanya mulai sakit karena terus-terusan menangis. "Maafkan saya, Ana. Kamu diberhentikan. Kamu akan menerima gaji dan pesangon. Minta ke Hrd. Kemasi barang-barang kamu." Dada Ana terasa sesak, tapi ia berusaha tetap kuat."Te...terima kasih, Pak. Saya permisi." Ana berjalan keluar. Sementara itu, Mia sudah menunggu tak jauh dari ruang Direktur. Wanita itu langsung memeluk Ana. "Mi...Mia...aku dipecat,Mia. Dia jahat,"isak Ana. "Iya, Ana...kamu yang kuat ya."Mia ikut menangis. "Pak Randy jahat, Mia..." "Iya, An...ya udah kita pergi dari sini. Enggak enak dilihat sama yang lain." Mia membawa Ana ke dapur kantor. Di sana tidak ada siapa pun, para cleaning service juga sedang sibuk mencari makan siang untuk karyawan di sini. Ana duduk sambil memegangi kepalanya yang mulai sakit. Dengan cepat, Mia mengambilkan segelas air. "Minum, An...." Ana meraih gelas tersebut, meneguk sampai habis setengahnya."Thanks." Mia mengusap-usap lengan Ana."Aku enggak tahu harus gimana, Ana. Aku tahu ini berat. Kalau kamu butuh apa-apa nanti, kamu hubungi aja aku ya." "Iya,Mi." "Kamu tenangkan diri dulu, Ana...setelah ini kita pikirkan ke depannya bagaimana. Kamu pasti bisa melewati ini semua." Ana mengangguk, lantas ia menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Sesekali ia menarik napas panjang, mengeluarkannya perlahan. Sesekali ia bicara pada dirinya sendiri. "All is well, Ana...All is Well!" Itu adalah kalimat yang selalu ia ucapkan saat masalah menimpanya. Ia belajar dari sebuah film yang dibintangi oleh Amir Khan berjudul Three Idiots. Kalimat itu memang tidak membuat masalah selesai, hanya saja perasaannya sedikit membaik sehingga ia bisa mencari solusinya. Gadis itu menundukkan wajahnya saat keluar dari kantor. Ia malu, statusnya yang dipecat tentu menandakan ia adalah karyawan tidak berkompeten di sini. Bagaimana rasanya? Tentu tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Sekarang Ana sudah berada di kost, lalu menangis sepuas-puasnya. Matanya membengkak, wajahnya sembab, dan selera makannya hilang. Hal itu ia lakukan selama seharian penuh. Thea, teman satu kost Ana jadi kasihan. Sebab, mereka berasal dari daerah yang sama. Berada di kota ini sama-sama berjuang mencari kehidupan yang lebih baik. Bedanya, Ana bekerja di kantor, dengan kehidupan yang lurus-lurus saja. Sementara Thea, wanita itu bekerja sebagai waiters di sebuah club malam. Thea berdiri di ambang pintu kamar Ana, menatap gadis itu merenung di tepi jendela."Ana!" Ana menoleh, lalu kembali membuang pandangannya. Thea melangkah masuk, lalu duduk di hadapan Ana. "Mau sampai kapan begini, Ana? Kamu juga belum makan dari kemarin." "Hatiku masih sakit, Thea. Aku harus gimana coba? Mana adik aku mau masuk sekolah." Air mata Ana mengalir. "Ya udah, sedih boleh. Tapi, jangan berkepanjangan. Daripada bersedih, lebih baik kita cari solusinya." Thea mengusap pundak Ana. Ana tersenyum tipis."Iya, The. Sorry." "Kamu dapat pesangon dan juga gaji kan?" Ana mengangguk."Iya." "Itu kamu simpan aja buat dikirim ke orangtua kamu. Nah, kamu pegang sedikit buat bertahan hidup di sini, sambil cari pekerjaan baru. Kamu pasti bisa kok, An,"kata Thea. "Iya, Thea...makasih. kamu enggak kerja?" "Dua jam lagi aku baru berangkat, An."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.1K
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.9K
bc

SEXY LITTLE SISTER (Bahasa Indonesia)

read
308.0K
bc

T E A R S

read
312.7K
bc

Because Alana ( 21+)

read
360.3K
bc

YUNA

read
3.0M
bc

THE DISTANCE ( Indonesia )

read
579.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook