bc

Istri Kedua

book_age16+
909
FOLLOW
6.1K
READ
possessive
family
love after marriage
friends to lovers
badgirl
drama
sweet
no-couple
first love
friendship
like
intro-logo
Blurb

"Menikahlah dengan suamiku."

_Luthfiyana Shiny Nabilah_

Dia adalah wanita yang rela menyerahkan suaminya pada wanita lain. Dia bukanlah wanita sempurna yang banyak orang katakan. Dia hanyalah wanita lemah yang tidak akan pernah bisa memberikan keturunan pada suaminya.

Bagaimana awalnya Ibu mertua yang sangat menyanyangi dirinya harus berubah total saat mendengar kata sedih itu.

LANGSUNG MASUK AJA KE CERITANYA❕

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN AUTHOR❕

SEBELUM BACA JANGAN LUPA KLIK VOTE❕

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK SESUDAH MEMBACA❕

JANGAN LUPA SHARE KE TEMAN-TEMAN KALIAN❕

DILARANG MENCOPY PASTE ❕❕❕

MAAF KALAU ADA YANG SALAH SAMA KATA-KATANYA❕

HAPPY READING❕

16+

#SLOWAPDET❕

#KATA BAKU❕

#29102020

chap-preview
Free preview
?1
JANGAN LUPA FOLLOW AKUN AUTHOR❕ SEBELUM BACA JANGAN LUPA KLIK VOTE❕ JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK SESUDAH MEMBACA❕ JANGAN LUPA SHARE KE TEMAN-TEMAN KALIAN❕ DILARANG MENCOPY PASTE ❕❕❕ MAAF KALAU ADA YANG SALAH SAMA KATA-KATANYA❕ HAPPY READING ❕ Sudah 3 Tahun lebih berumah tangga. Namun, belum juga mendapatkan keturunan. Wanita itu menengadahkan wajahnya ke atas dengan mata tertutup. Ia menghirup pelan semilir angin yang berkoar air laut. Beberapa detik, ia dikejutkan sebuah tangan. Ia menoleh ke belakang dan mendapatkan sang suami yang sedang tersenyum manis padanya. "Untuk apa ke sini? Bukankah kamu tidak mau aku ajak keluar?" sindir wanita itu pada suaminya. Pria itu adalah Hadriansyah Varun Irsyad atau kerap dipanggil Varun. Varun membalikkan tubuh istrinya, Luthfiyana Shiny Nabilah Irsyad, "Tidak mungkin aku membiarkan istriku keluar seorang diri." Shiny mendengus, ia melipat kedua tangan nya dan membiarkan tangan Varun melingkar di lehernya, "Kamu marah?" "Tidak!" "Bohong." "Tidak!" "Terus?" "Tidak tahu!" jawab Shiny masih cuek sambil mengedikkan bahunya. Varun menggenggam tangan Shiny dan mengajaknya makan siang. "Aku tahu kamu lagi lapar," kekeh Varun saat Shiny berjalan dampingan bersamanya. "Kamu sih sibuknya ke laptop terus. Kita ke Bali kan untuk liburan, bukan mengerjakan pekerjaan kantor," cibir Shiny. Varun terkekeh, lalu mengecup singkat genggaman tangan keduanya, "Iya, sayang. Aku tahu. Maaf kalau sudah membuat kamu kesal di siang hari." "Awas aja diulangin lagi. Aku tidak akan memaafkan kamu," ucap Shiny dengan nada yang masih kesal. "Siap Ibu negara!" Varun tersenyum sambil menghormat pada Shiny. Shiny terkekeh, lalu mencubit gemas pipi Varun, "Manis banget, sih!" Varun menghentikan langkahnya begitupun dengan Shiny, "Jangan menyebutku manis. Aku tidak suka." "Tapi kamu memang manis seperti permen kapas," tawa Shiny menggelegar saat melihat wajah kesal Varun. Varun menarik pinggang Shiny agar semakin dekat padanya, "Oh, begitu, ya? Berarti aku manis seperti permen kapas?" Shiny mengangguk, "Ya." "Berarti aku tidak tampan, hem?" "Tidak, kamu manis seperti permen kapas," Shiny menahan ketawanya. "Baiklah, aku akan buktikan padamu bagaimana rasa manis permen kapas yang sebenarnya." Varun menatap jahil Shiny, lalu mulai mendekatkan wajahnya. Shiny mulai berontak, ia menatap sekelilingnya, "Va-run lepaskan aku. Banyak yang melihat kita." Varun mengalungkan satu tangan nya di leher Shiny, sedangkan tangan yang lain masih setia berada di pinggang Shiny. "Kenapa kalau mereka melihat kita?" tanya Varun tepat di hadapan wajah Shiny. "A-ku malu. Ayolah, lepaskan aku. Bukankah kamu mengajakku makan siang, hem? Aku mau makan sekarang," ucap Shiny yang masih berontak. "Katakan dulu kalau aku tidak manis seperti permen kapas. Baru kita akan makan siang," ucap Varun dengan alis yang terangkat. "Baiklah. Kamu tidak manis seperti permen kapas, tapi kamu manis seperti gula," ucap Shiny membuat Varun berdecak sebal. "Sayang-," protes Varun dengan Shiny yang terkekeh. "Iya, kamu adalah pria yang paling tertampan. Sudah, sekarang lepaskan aku," ucap Shiny membuat Varun melepaskannya. Kini, mereka mulai berjalan menuju penjualan makanan. Setelah keluar dari penjualan makanan, Varun mendapatkan telepon dari Mama. "Assalamu'alaikum, sayang," Mama dan Papa mengucapkan salam. "Waalaikumsalam, Ma, Pa," balas keduanya bersamaan. Wajah Mama dan Papa terpampang di ponsel Varun karena mereka sedang melakukan telepon video. "Kalian sudah sampai di Bali?" tanya Mama Soni. "Iya, Ma. Jam sepuluh tadi kami sampai di Bali," ucap Shiny. "Jam sepuluh? Berarti sudah dua jam lebih dong kalian di sana?" tanya Mama setelah melihat jam di atas layar ponsel. "Iya, memangnya kenapa, Ma?" tanya Varun dengan tenang, lalu Shiny mengambil alih ponsel Varun. "Astaghfirullah, Varun. Kalian sudah sampai di sana, tapi tidak langsung memberikan kabar pada kami. Kami di sini khawatir menunggu kabar kalian," Mama mendecak melihat sikap tenang putranya itu. "Tidak, Mama mu saja yang lebay. Papa sama sekali tidak menunggu kabar dari kalian," elak Papa ketika namanya dibawa oleh Mama. Papa fokus kembali pada laptopnya. Shiny tersenyum, sedangkan Varun tetap dengan wajah tenangnya. Ia sudah menduga dengan perkataan Papa. Mamanya memang lebay. Lagian ia sudah besar. Ia sudah bisa menjaga diri sendiri. Mamanya itu selalu saja menganggap dirinya adalah putra kecil yang baru saja ia lahirkan. "Mas, kamu ini kok tidak bisa diajak kompromi," Mama berdecak membuat ketawa Shiny terdengar. Mama mertuanya memang beda dengan Mama mertua yang lainnya. "Tenang saja, Ma. Kami sampai dengan selamat. Saat sampai, kami langsung tertidur karena kelelahan dan baru bangun saat jam dua belas tadi. Ini kami baru saja selesai makan siang," ucap Shiny menjelaskan. Bohong! Sebenarnya Shiny doang yang tidur, sedangkan Varun langsung bergulat dengan laptopnya. Shiny heran dengan Varun. Dari mana suaminya itu mendapatkan laptop? Padahal ia sama sekali tidak memasukkan benda itu ke koper pakaian. Di sana, Mama menghela napas berat. Ia bisa memaklumi sepasang suami-istri itu. Tapi tidak bolehkah ia mengkhawatirkan keduanya? "Baiklah, Mama tutup dulu teleponnya. Kalian pasti lelah. Maaf kalau Mama mengganggu liburan kalian," lirih Mama. Shiny menggeleng, "Sama sekali tidak, Ma. Kami beruntung memiliki Mama yang perhatian seperti Mama." "Papa tidak?" ucap Papa sedikit cemburu dengan menampilkan wajahnya kembali. "Papa bilang tadi sama sekali tidak menunggu kabar dari kami," sindir Varun yang langsung mendapatkan sikutan dari Shiny. Papa mengambil alih ponsel Mama. "Oh, jadi begitu, hem? Sejak kapan kamu menginginkan perhatian dari Papa? Biasanya kamu mengatakan cukup Mama saja yang memberikan perhatian pada kamu," ucap Papa masih ingat jelas dengan perkataan Varun. "Ya, Papa tahu lah bagaimana Mama. Mama itu terlalu lebay dan selalu saja membuat Varun pusing dengan perhatian lebihnya itu," ucap Varun dengan tenang. Mama membolakan mulutnya dan merampas ponselnya kembali, "Oh, jadi menurut kamu Mama terlalu lebay, hem?" "Tidak, bukan begitu-," perkataan Varun langsung dipotong Mama. "Baiklah, Mama tidak akan perhatian lagi sama kamu. Mulai sekarang, Mama akan perhatian pada Shiny. Bolehkan Shiny?" izin Mama membuat Shiny tersenyum lebar. "Tentu boleh, Ma. Dengan senang hati Shiny menerima semua perhatian Mama. Suami Shiny memang sedikit keselin," ucap Shiny di iringi kekehan ia bersama Mama Soni. "Bilang sama suami keselin kamu itu, Mamanya tidak akan perhatian lagi padanya," ucap Mama yang langsung dibalas Varun dengan cepat. "Iya, Ma, iya. Varun dengar sendiri kok," balas Varun sambil membuka pintu Villa. Tidak terasa keduanya sudah sampai di Villa. "Kalian sudah sampai di Villa?" ucap Mama bertanya. "Iya, Ma. Ini baru aja sampai di Villa," balas Shiny sambil mendudukkan dirinya di ranjang, sedangkan Varun sudah pergi ke kamar mandi. "Baiklah, kalian istirahat aja lagi. Mama tutup dulu teleponnya. Assalamu'alaikum," ucap Mama. "Wa'alaikumsalam, Ma, Pa," balas Shiny. "Wa'alaikumsalam juga, sayang," ucap Papa saat Mama mengarahkan ponselnya pada Papa yang masih sibuk dengan laptop. Tuttt! Panggilan tersebut Shiny matikan secara sepihak. Ia melihat Varun yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan pakaian baru dan tak lupa rambutnya yang masih basah. Ternyata suaminya itu baru saja selesai mandi. Ia menerima handuk kecil yang diberikan suaminya. Varun mendudukkan dirinya di lantai agar Shiny leluasa mengeringkan rambutnya. "Tidak baik mandi siang," Shiny mengingatkan Varun. "Iya, tahu. Tadi merasa gerah saja," balas Varun dengan memeluk pinggang Shiny. "Sudah, sekarang bangun. Jemur lagi handuknya di tempat tadi," ucap Shiny saat selesai mengeringkan rambut Varun. "Kecupan nya belum," ucap Varun sambil menunjuk dahinya. Shiny tersenyum dan mulai mengecup singkat dahi Varun. Varun mengecup balik tepat di tangan Shiny. Ia bangkit dan berjalan untuk menjemur handuk kecilnya. Varun menghampiri Shiny yang sudah sibuk dengan ponselnya. "Kamu lihat apa?" tanya Varun dengan meletakkan kepalanya di pangkuan Shiny. "Lihat deh Varun," Shiny mengarahkan ponselnya pada Varun. Varun mengernyit saat melihat foto keluarga kecil itu di layar ponsel Shiny. "Mereka siapa?" Varun menatap Shiny. "Dia sahabatku, Jennifer. Satu tahun yang lalu, ia baru saja menikah dengan seorang CEO," jelas Shiny. "Terus?" "Lihatlah, mereka yang baru saja menikah sudah dikaruniai seorang anak. Lucu lagi bayinya," gemas Shiny pada bayinya Jennifer. Varun paham dengan perkataan Shiny. Ia mengambil ponsel Shiny, lalu mematikan layarnya. Varun bangkit dari tidurnya dan duduk berhadapan dengan Shiny. Varun menggenggam lembut kedua tangan Shiny, "Sayang, kita hanya perlu berdo'a pada Tuhan agar kita segera diberikan kepercayaan padanya." Shiny menatap Varun dengan mata yang berkaca, "Aku pengin seperti wanita yang lainnya Varun. Memiliki anak secepatnya. Aku pengen di panggil dengan sebutan Ibu." Varun mengusap pipi Shiny yang sudah basah, "Ada waktunya kamu merasakan itu. Cepat atau lambat, semuanya akan berubah." "Sudah, tidak perlu ditangisi," ucap Varun menenangkan Shiny. "Jangan pernah tinggalkan aku," pinta Shiny yang berakhir tertidur dipelukan Varun. Varun menangkup pipi Shiny dengan tangan yang lain menahan tubuh istrinya, "Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu. Sampai kapanpun." To Be Continued... 1360 kata Hai guys! Kembali lagi dengan author abalan! Author kembali dengan membawa sejuta kebahagian asek. Nih, gimana part 1 nya? Seru gak? Enggak tau kenapa, author pengen banget buat cerita tentang Shiny. Tenang, Helly nya ada kok. Tapi nanti y, di pertengahan cerita. Pantengin terus nih cerita! Jangan lupa setelah baca tinggalkan jejak! Hadriansyah Varun Irsyad (VARUN KAPOOR) Luthfiyana Shiny Nabilah (SHINY DOSHI) Soni Trisnawati Irsyad (SONICA HANDA) Amar Zulfatin Irsyad (AMAR SHARMA) Kamis, 29 Oktober 2020 Salam dari istri kedua Varun. linar_jha2

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

MANTAN TERINDAH

read
6.9K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
53.2K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
114.0K
bc

Perfect Honeymoon (Indonesia)

read
29.6M
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.2K
bc

Om Tampan Mencari Cinta

read
399.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook