bc

Your Chaser (Indonesia)

book_age0+
776
FOLLOW
6.7K
READ
doctor
drama
comedy
sweet
bxg
EXO
like
intro-logo
Blurb

While having his duty off, Billy meets this doctor-to-be girl in a hotel, playing piano. Later on, they meet each other and set up a date together.

Juwita didn't like her brother brother-in-law because he is a soldier. She oftenly went somewhere else if her in-law is off duty. She met a charming handsome man during her runaway.

However, things can't just be easy right? These two person then involve in a complicated love story.

---

"I'll chase you, Juwita. No matter how far, and how long will it take, I will chase you."

Ini bukanlah cerita favoritmu mungkin. Hanya cerita klise tentang bagaimana sebuah perasaan tentang benci, kecewa, terluka dan cinta di gabungkan dan membentuk sebuah kisah antara Billy dan Juwita.

Ketika cinta itu mulai dibuka oleh Juwita kembali untuk mulai percaya, maka saat itulah cintanya, perasaannya kembali di uji.

xoxo,

a.p.

chap-preview
Free preview
Prologue
Di kawasan militer Angkatan Darat, sebuah mobil datang. Berita mengenai kepulangan lima pasukan Kopassus, dalam misi penyelamatan Pengurus PBB di Afganistan selesai. Tiga di antara mereka mendapatkan luka tembak di bagian bahunya, dua di orang mengalami fraktur di telapak tangannya, satu orang mengalami keduanya dan di tambah tembakan di perut, serta tulang rusuk patah. "Lapor! Kapten Mahesa Billy Aryapradana kembali dari misi penyelamatan Pengurus PBB di Afganistan bersama dengan empat tentara lain dengan selamat." Letjen Hardi mengangguk di belakang mejanya. Dia mengamati lima personel tentara angkatan daratnya yang sudah terdaftar sebagai Kopassus, dan tentara helm biru itu. "Apa ada yang terluka?" "Tidak ada!" Balas Billy cepat dan lantang. Letjen pun mengambil kertas laporan yang berisi laporan kesehatan dari ketiga tentaranya. "Letnan II Rendy, tembakan bahu dan fraktur telapak tangan. Sersan Mayor Nikolas, tembakan bahu. Pembantu Letnan I Galuh dan Sersan Mayor Ivan, tidak tertulis, tapi menurut laporan medis di klinik, tercatat kehilangan darah yang banyak saat misi. Dan kau, Kapten Billy!" "Ya!" "Kau terkena tembakan di bahu dan perut, juga fraktur telapak tangan dan patah tulang rusuk. Apa ini yang kau bilang tidak terluka?!" "Ya!" Letjen Hardi memutuskan hal ini setelah berpikir matang-matang. "Kalian mendapat cuti enam bulan. Kalian di bebas tugaskan. Pulihkan kesehatan kalian, dan temui pacar-pacar kalian. Ini perintah!" Kelima personel itu pun membalas. "Siap laksanakan!" Di luar ruangan Letjen, mereka berlima bergegas menuju kamar asrama mereka. Iya, kamar asrama mereka, karena mereka berlima satu kamar. "Billy!" "Kalian duluan saja," kata Billy pada empat bawahannya. Billy mendengar namanya di panggil oleh seseorang maka dia melihat kepada arah sumber suaranya. "Pagi Letkol Ferdi!" Sambil memberikan hormat terbaiknya yang membentuk sudut 45° sikunya. "Pagi!" Balas Ferdi. "Senang sekali melihatmu pulang dengan keadaan hidup." Billy tertawa renyah, "Aku pulang sebagai pahlawan akan jauh lebih di sanjung oleh seluruh anggota TNI bukan?" "Orangtuamu khawatir dengan keadaanmu selama di Afganistan. Katanya mereka tidak bisa tidur, apalagi saat mendengar semua anggotamu terkena setidaknya satu luka." "Jangan terlalu di heboh-hebohkan. Aku baik-baik saja. Hanya ada luka di bahu, perut, telapak tangan dan," menunjuk pada bagian rusuknya, "Patah dua tulang." Ferdi mendengus. "Prajurit sejati, dan kapten sejati. Apa kau tidak takut mati?" "Apa tentara dididik untuk membiarkan penduduk sipil mati duluan dalam keadaan bahaya apapun?" "Bahkan aku lupa kalau kau pernah kuliah hukum satu tahun sebelum masuk Akmil. Baiklah, aku pergi dulu," kata Ferdi. Billy memberi hormatnya lalu pergi. Sebelum menuju kamar asramanya, Billy sengaja mampir ke klinik terlebih dulu. Dia tahu kalau Mira yang ada di dalam klinik itu akan memeriksanya. "Mir, tolong buka jahitan di bahuku, dan ganti perban di perutku. Oh ya, juga cek sekalian fraktur di tanganku." "Hei! Kau pikir aku ini babumu, Kapten?!" "Tidak, kau sahabatku. Tapi karena barusan kau memanggilku 'Kapten,' jadi aku adalah atasanmu di sini." Mira mendengus. "Aku hanya akan membuka jahitan di bahu dan mengganti perbanmu. Kau bisa ke rumah sakit untuk melihat fraktur di tanganmu, biar aku tulis rujukannya." Mira melakukan tugasnya dengan cekatan. Tangan-tangan terampilnya itu memang sudah sering dikatakan sebagai tangan dewa. Dia pun sering di panggil sebagai tim medis militer ke Afrika dan Timur Tengah. Prestasi lainnya? Dia berhasil menembak dua orang mafia saat berada di Maroko. "Aku akui kau memang hebat. Pantas saja kakakku terpesona olehmu." "Kau gila. Jangan bahas masalah itu di sini." "Hei, pelan-pelan sedikit!" Seru Billy, "Kakakku tampan bukan? Dia juga anggota Angkatan Laut yang hebat. Apa kau pernah melihatnya saat berenang?" "Sekali lagi kau mengatakan hal-hal tentang kakakmu aku akan menusukmu dengan jarum donor disana." Billy tertawa lepas. "Astaga, kau ini. Mainannya jarum-jarum. Kenapa kakakku bisa begitu menyukaimu, ya?" Mira langsung menekan bekas luka Billy yang masih merah. Dia tahu jika ditekan maka Billy akan kesakitan. "ADAAAAUW!" "Aku sudah bilang diam." "Iya, iya. Astaga, kau galak sekali, Mir!" ----- Di kompleks perumahan yang ada di pinggiran kota Jakarta, Billy kembali pulang dengan sahabatnya, Galuh. Orangtuanya berada di kampung, dan dia berhasil menjadi tentara berkat kemampuan yang dia miliki. Billy dan Galuh bisa di katakan sebagai pasangan tentara yang kompak. Mereka berdua selalu satu pikiran, dan saling melengkapi satu dengan lainnya. "Adikku lulus kuliah, dan di terima untuk bekerja sebagai jurnalis di sekmen hukum. Kau pasti ingin tahu bukan?" Galuh tetap fokus menyetir. "Cindy pasti senang melihat tentara favoritnya sudah pulang ke Tanah Air. Astaga kapan kau akan melamarnya? Aku yakin orangtuamu di kampung akan senang dengan kabar pernikahanmu." "Kapten." "Tidak, panggil aku Billy. Kita di bebas tugaskan, jadi jangan panggil aku Kapten." Billy memang senang menggoda orang-orang konyol disini yang menyukai anggota keluarganya. "Jadi sampai kapan kau mau hanya bertamu saja huh? Kau pikir dengan menjalani hubungan dengan adikku tanpa menikahinya hal itu bukan suatu pelanggaran? Aku ini masih atasanmu." "Iya, iya," balas Galuh sambil terkekeh. "Dan kau juga tidak akan tega untuk membiarkanku di hukum bukan?" "Sialnya memang begitu." Billy bersandar pada tempat duduknya, lalu tertawa. Sampai di halaman rumahnya, Billy turun dari mobil, dan diikuti oleh Galuh kemudian. Rumah tak terlihat sepi harusnya, karena mobil-mobil milik anggota keluarganya ada di rumah semua. Saat dia mengetok pintu, keluarlah seorang gadis dengan kemeja putih yang lengannya di gelung, memakai jins biru. Rambutnya tergerai sempurna sampai pundak. "Billy!" Billy membalas pelukan adiknya yang langsung memeluknya saat melihat Billy berdiri di depan pintu. "Aku kira Mama dan Papa akan menerima jenazahmu di rumah sakit nanti." "Astaga! Bahkan adikku sendiri menginginkan aku mati? Cukup dua orang yang mengatakan hal itu padaku hari ini." Galuh tetap berdiri di tempatnya tak bergerak sedikit pun. "Cindy, coba kau peluk patung di sebelahku ini agar dia dapat bergerak. Mama dan Papa dimana?" "Di belakang. Dika dan Timmy juga di sana." Billy mengangguk, "Aku ke belakang dulu. Gal, bawakan tasku juga sekalian nanti ke kamar, oke?" Tanpa banyak omong lagi, dia ke belakang dan menemui kedua orangtua dan saudaranya. Billy melakukan laporan--seperti biasanya. "Lapor! Kapten Mahesa Billy Aryapradana kembali pulang dan dibebas tugaskan selama enam bulan! Laporan selesai!" "Billy!!!!" Mala, ibunda Billy langsung berhambur memeluknya seperti Cindy tadi. "Bill, jangan mau kalau kau harus pergi ke Afganistan dan tetangga-tetangganya lagi! Mama nggak mau kamu mati konyol karena ini, Bill!" "Orang ketiga yang mengatakan mati kepadaku hari ini ternyata ibuku sendiri," kata Billy bergurau, "Mama, apanya yang mati konyol sih kalau kita mati demi bela negara?" Mala menatap sinis Billy, Dika dan Timmy. Ketiga putranya memang menjadi tentara di tiga angkatan berbeda. Dika di Angkatan Laut, Billy di Angkatan Darat, dan Timmy di Angkatan Udara. Mala juga menatap suaminya, Herry, yang tertawa senang karena ketiga putranya memang tentara yang pemberani. "Kalian bertiga ini! Tiap malam Mama selalu uring-uringan mikirin kalian semua kalau sudah di panggil tugas tahu?!" "Bukannya ibu-ibu biasanya uring-uringan kalau punya anak perawan ya?" Singgug Timmy, "Mama kita memang beda. Cindy aja nggak dia khawatirin." "Oh, jadi karena itu Mama nggak izinin Cindy kuliah ke Bali waktu itu?" Tambah Dika, "Cin, denger tuh!" Cindy tertawa, "Seenggaknya, aku berusaha menjadi anak yang baik dengan tidak menjadi tentara! Kalian bertiga tega sekali membiarkan kita, dua orang perempuan sendirian di rumah kalau sedang di panggil tugas!" "Hei, ada Papa kali," sanggah Billy. "Papa saja baru sekarang-sekarang ini ada di rumah. Tapi dulu? Jahat sekali!" Billy mengangguk meledek, "Hmm... begitu ya? Kurasa rumah ini cukup aman. Bukannya Papa sudah melatihmu untuk menembak sejak sepuluh tahun? Bahkan kita bertiga baru boleh pegang senjata setelah lulus Admil." "Itu buat pertahanan diri!" Balas Cindy. Selanjutnya, Billy membenahi barang-barangnya di kamar. Kamar orangtuanya ada di bawah bersama dengan kamar Cindy dan Timmy. Kamar kakaknya, Dika, ada di sebelah kamar Billy. Sementara Galuh, sekarang punya kamar sendiri. Kamar mandi umum lantai dua itu disulap menjadi kamar untuk Galuh. Kamar mandi pun di pindahkan ke kamar Billy dan Dika masing-masing. Galuh biasanya mandi di dalam kamar Billy. "Sudah bertemu dengannya?" Tanya Galuh, saat Billy melihat foto di dalam bingkainya. "Kudengar dia akan menikah." Billy tersenyum. "Kau veteran dalam hal ini. Bagaimana rasanya saat tahu mantanmu mau menikah? Ah, waktu itu kau datang dengan Cindy. Ck, aku tidak habis pikir apa yang adikku pikirkan sebenarnya." "Dia menyukaiku," kata Galuh singkat. "Ya, kau memang tampan. Dan sayangnya aku laki-laki. Mungkin aku bisa menikahimu jika kau perempuan." "Aku tidak akan setampan ini jika perempuan." "Ya, kau akan cantik pastinya," balas Billy. "Tunggu dulu, kenapa kau malah balik meledekku?!" "Maaf." Galuh memberi hormat lalu keluar dari kamarnya Billy. Mantan menikah bukan hal yang tabu bukan? Hidup tetap berjalan, "Dan aku harus ke rumah sakit untuk melihat fraktur ini besok," katanya pada dirinya sendiri. "Baiklah, saatnya tidur!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

FORCED LOVE (INDONESIA)

read
598.7K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.2K
bc

Sexy game with the boss

read
1.1M
bc

SEXY LITTLE SISTER (Bahasa Indonesia)

read
308.0K
bc

Hubungan Terlarang

read
501.1K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook