bc

Beauty and The Berantakan

book_age18+
2.4K
FOLLOW
34.8K
READ
love after marriage
arranged marriage
dominant
sensitive
CEO
drama
sweet
EXO
like
intro-logo
Blurb

Inggrid mau tidak mau harus menikah dengan Dante, demi melunasi hutang-hutang ayahnya terhadap ayahnya Dante. Tingkah Dante yang semaunya dan tidak karuan membuat Inggrid harus banyak-banyak bersabar dalam memahami karakter Dante yang terkenal berantakan tersebut. Mampukah Inggrid membenahi segala ketidak karuan Dante? Atau semuanya justru semakin runyam dan berantakan?

chap-preview
Free preview
RAHASIA PAPA
Semenjak kematian ibunya, Inggrid menjadi tulang punggung keluarganya, ia, adiknya dan ayahnya yang sudah sudah mulai sakit-sakitan dan tidak mampu bekerja lagi. Meski pun harus hidup pas-pasan dan harus banyak-banyak beririt, namun Inggrid tidak pernah mengeluh dengan keadaan yang ia hadapi saat ini. Karena ia yakin, kerja kerasnya selama ini pasti akan membuahkan hasil yang manis suatu hari nanti. Demi mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya, Inggrid pun bekerja sebagai seorang penyiar radio paruh waktu. Hasilnya cukup memuaskan, ia bahkan bisa membelikan sepasang sepatu sekolah baru untuk adiknya, Tiara. Namun sebenarnya ada pertanyaan besar yang selama ini Inggrid coba pecahkan, yaitu dari manakah uang yang ayahnya dapatkan untuk membayar uang kuliahnya tersebut? "Ayah, hari ini Inggrid pulang cepat kok. Hanya satu mata kuliah hari ini. Dek, kamu nanti sepulang sekolah langsung pulang ya, jangan main keluyuran" Inggrid mengikat tali sepatunya setelah membenahi sisa sarapan paginya tersebut. Rumah sederhana yang masih utuh meskipun ada sedikit kebocoran menjadi satu-satunya tempat Inggrid dan keluarganya berteduh. Bahkan Inggrid tidak ragu-ragu untuk naik ke atas genteng rumahnya dan membetulkan kebocoran yang ada. "Iya kak, oh iya kak aku butuh buku latihan untuk ujian nasional" ujar Tiara sambil mengikat rambutnya. Adiknya yang duduk di bangku kelas enam sekolah dasar dan sebentar lagi akan menghadapi ujian nasional tentunya membutuhkan buku-buku tambahan untuk menunjang aktifitas belajarnya tersebut. Dan pastinya banyak sekali persiapan yang harus di persiapkan untuk masuk SMP nantinya. "Iya, kakak sudah ada uangnya. Nanti kita cari bukunya sambil jalan-jalan ya" Inggrid mengelus lembut pipi adiknya tersebut. "Sambil jalan-jalan kak? Horee" sorak Tiara bahagia. Inggrid mengangguk. Senyuman tulus nan manis tersebut menjadi pecutan tersendiri bagi Inggrid untuk bekerja keras dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. "Ayah kalau ada apa-apa, langsung telfon Inggrid ya" Inggrid pamit kepada papanya. "Iya nak, kalian berdua hati-hati ya, belajar yang betul" Hendra mengantar dua harta paling berharganya tersebut sampai ke pagar rumah. Di perjalanan, seorang teman satu sekolah Tiara mengajaknya untuk ikut pergi bersama ke sekolah di antar oleh ayahnya yang mengendarai sepeda motor. Awalnya Inggrid tidak mau, namun dengan sedikit paksaan, akhirnya Inggrid mengizinkan adiknya tersebut untuk pergi bersama temannya dan berterima kasih kepada orang tua teman adiknya tersebut karena bersedia memberikan tumpangan pada adiknya.                                                                                      *** Perasaan Hendra hari ini sangatlah tidak tenang, tidak henti-hentinya ia melirik kalender yang menggantung di ruang keluarganya. Sedari tadi ia mondar-mandir seperti setrikaan. Hatinya gusar bukan main. Sebuah ketukan pintu yang cukup keras mengagetkan dirinya, dengan langkah penuh kegusaran ia pun menuju pintu utama rumahnya dan membukakan pintu tanpa mengintip terlebih dahulu dari jendela rumahnya.  "Aku rasa kau ingat hari ini tanggal berapa?" suara tersebut membuat jantung Hendra seketika berhenti. Tamu yang datang tersebut datang mengucapkan 'salam' yang tidak biasa. Agus Tirtadjaja sudah berdiri di depan pintu rumahnya dengan wajah yang tidak bisa di artikan oleh Hendra. "Ehm silahkan masuk Agus" Hendra memberi izin Agus untuk masuk ke dalam rumahnya, Agus pun masuk dengan wajah dingin. Keduanya duduk berseberangan dengan dingin dan tegang di antara keduanya. "Ini sudah jatuh tempo Hen, itu artinya kamu harus membayar hutang-hutang mu hari ini, jangan berikan alasan lain" Agus membuka pembicaraan di antara mereka. Dengan wajah gusar Hendra pun menjawab. "Aku tidak bermaksud untuk memberikan alasan lagi kepadamu, aku paham kamu pasti sudah lelah mondar-mandir mendatangi ku untuk menagih seluruh hutang-hutang ku, tetapi saat ini aku memang benar-benar tidak memiliki uang untuk membayar semua hutang-hutang itu". Agus pun geram. "Aku sudah tidak bisa lagi memberikan mu keringanan dalam bentuk apapun, kamu sudah terlalu banyak aku beri keringanan" sahutnya dengan nada kesal. Hendra lupa kalau pagarnya tadi tidak tertutup dan di biarkan terbuka. "Hutang mu tidak sedikit, lima puluh juta! Kamu pikir aku memiliki uang sebanyak itu bukan dengan kerja keras hah?" tegas Agus yang lebih terdengar membentak.  "Ayah..." tanpa di sadari, Inggrid sudah berdiri di ambang pintu. "Inggrid kenapa kamu bisa ada di sini? Bukannya kamu tadi sudah berangkat bareng Tiara?" tanya Hendra bingung. "Aku baru ingat ada buku yang tertinggal jadi aku kembali ke sini" jawab Inggrid maish kaget. "Ada apa ini yah? Uang lima puluh juta, hutang-hutang. Ini ada apa pa?" tanya Inggrid heran. "Dan siapa dia ?" tanya Inggrid menunjuk Agus. Tanpa Inggrid sadari, Agus memperhatikan Inggrid dari atas sampai ke bawah. "Ayahmu memiliki hutang pada om sebesar lima puluh juta" jawab Agus. Inggrid terkejut mendengar jawaban Agus. "Ayah?" Inggrid terkejut mendengar jawaban Agus.  Ia tidak percaya selama ini ayahnya meminjam uang kepada pria yang usianya kurang lebih ayahnya itu. "Uang itu ayah pinjam untuk biaya kuliah mu dan keperluan lainnya" Hendra bersuara di tengah rasa terkejut Inggrid. Inggrid rasanya ingin ambruk seketika. Ia tidak percaya papanya meminjam uang pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka. "Lalu untuk apa Inggrid bekerja selama ini?" tanya Inggrid menahan air mata. "Nak, bukannya ayah tidak menghargai kerja kerasmu selama ini, ayah sangat menghargai bahkan ayah sangat beruntung memiliki putri seperti kamu yang tidak mengeluh dengan keadaan ini, tetapi kamu harus tahu nak, biaya kuliah kamu tidak sedikit dan ayah tidak ingin kamu harus drop out dari kampus hanya karena masalah biaya, ayah tidak mau" jawab Hendra. Agus membiarkan kedua ayah dan anak tersebut saling jujur satu sama lain sambil memikirkan hal lainnya. "Aku baru tahu kamu punya anak perempuan" Agus akhirnya membuka suaranya. "Begini saja, aku memberikan penawaran untukmu. Aku beri waktu sampai besok untuk memutuskan keputusan ini" Agus bersiap untuk keluar dari rumah Hendra. "Jika kamu bersedia menikahkan putrimu ini dengan putraku, aku akan menganggap semua hutang-hutangmu lunas, sedangkan jika tidak maka kau harus meninggalkan rumah ini sebagai lunasnya hutang-hutang-mu terhadap-ku. Ini nomor telefonku, kamu bisa hubungi baik rumah atau pun kantorku" Agus melangkah pergi meninggalkan pasangan ayah dan anak tersebut. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

LARA CINTAKU

read
1.5M
bc

Bad Prince

read
508.8K
bc

Marriage Not Dating

read
549.8K
bc

Perfect Marriage Partner

read
809.9K
bc

Rujuk

read
909.1K
bc

Sweet Sinner 21+

read
879.7K
bc

Bridesmaid on Duty

read
162.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook