bc

Cold : Truth or Dare

book_age12+
337
FOLLOW
3.5K
READ
love-triangle
arrogant
badgirl
tomboy
student
drama
comedy
sweet
highschool
childhood crush
like
intro-logo
Blurb

Karena permainan bodoh itu seorang gadis tomboy harus menjalankan dare untuk menyatakan cinta kepada laki-laki the most wanted boy di sekolahnya, tepat di depan seluruh murid lainnya. Tentu saja ini hanya permainan baginya dan sudah pasti dia akan tertolak mentah-mentah. Apalagi dia dan laki-laki itu tidak pernah kenal dan tidak pernah akur. Tetapi siapa sangka laki-laki itu malah menerima pernyataan cintanya.

'Ini diluar rencana gue!'

.

.

.

Adelardo Arsenio Cold merupakan laki-laki blasteran berhati beku yang sangat sulit cair. Wajahnya yang tampan dan otak pintarnya menjadikannya The Most Wanted di SMA Negeri 08. Sifatnya yang terkesan cuek juga misterius membuat siswi-siswi di sekolahnya dengan mudah bertekuk lutut padanya. Namun tetap saja ia tidak memperdulikan itu.

Bellvanya Aeryllin Hanne, anak bungsu dari pasangan Abra dan Grazinia ini merupakan perempuan paling populer di SMA Negeri 08. Tidak seperti Arsen yang terkenal karena ketampanan dan kepintarannya, Bell terkenal karena kenakalannya. Dia memang bukan the most wanted girl tapi dia cukup cantik untuk gadis seusianya. Karakternya yang keras dan unik, menarik perhatian Arsen.

© 2015 by Venny Innayasari

chap-preview
Free preview
1.
Author POV Tett!! Tett!! Bel masuk sudah berbunyi, pintu gerbang SMA Negeri 08 sudah mulai ditutup. Murid-murid yang masih ada diluar pun berlarian masuk ke dalam. Tapi tidak dengan perempuan yang satu ini, dia malah asyik memakan lolipopnya dan berjalan dengan sangat santai. Tak peduli jika gerbang sekolahnya akan tertutup. Dia hanya terkekeh dan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat siswa lainnya berlarian. "Kenapa semua orang suka sekali membuang energinya. Bukankah itu melelahkan.." ujarnya. Pagar itu sudah tertutup sekarang, tetapi bukannya berjalan cepat ke sana, memohon-mohon pada penjaga sekolah untuk membukakannya, dia malah berlalu melewatinya. Dia terus berjalan sampai ke belakang sekolahnya. Tak ada kata mengemis dalam kamusnya. Lebih baik menggunakan cara kotor daripada harus menjatuhkan harga dirinya. Seperti yang akan dilakukannya sekarang. Melompati pagar untuk bisa masuk. Setelah memastikan situasi aman, dia melempar tasnya dan memanjat pagar yang cukup tinggi itu. Hup! "Pendaratan yang sempurna!" ucapnya penuh kemenangan. Dia mencium pagar pembatas sekolahnya itu lalu mengambil tasnya yang ia lempar tadi. Sebelum masuk ke kelas, ia ke toilet terlebih dahulu untuk mengganti celana trainingnya dengan rok seragam sekolahnya. Sesungguhnya ia tidak terlalu suka menggunakan rok, jika bisa memilih, dia akan memilih celana sebagai seragamnya. Dia merapikan ikatan rambutnya dan juga membersihkan debu yang ada di kemejanya. Setelah itu, ia kembali berjalan dengan santai pada koridor sekolah yang sudah sangat sepi, karena semua murid sedang belajar sekarang. Terlihat di ujung koridor tempatnya berjalan, seorang wanita paruh baya sedang berdiri sambil melihat arlojinya. "Terlambat lagi, Vanya?" tanya wanita itu yang merupakan guru bahasa inggrisnya. "Panggil gue Bell, Miss Tanti.." jawabnya dengan melipat kedua tangannya di d**a. Menatap penuh tantang pada salah satu guru terkiller di sekolahnya. "Bicaralah dengan sopan, Bellvanya Aeryllin Hanne! Sekarang masuk ke kelas sebelum miss berubah pikiran!" perempuan bernama Bellvanya itu pun mengedipkan sebelah matanya pada gurunya. "Memang Miss yang terbaik. Tapi lain kali, kagak usah pake marah-marah kali, Miss. Nanti bisa cepat tua loh.." jawabnya dengan nada sedikit mengejek dan berlalu masuk ke dalam kelas. "Dasar murid tidak sopan. Selalu saja membuat ulah!" gumam gurunya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Baru kali ini ia menemukan perempuan sekeras dan pembangkang seperti Bell. -50 menit- Tett! Tett! "Baiklah pelajaran hari imi Miss akhiri sampai disini. Sampai bertemu hari sabtu.." ucap Mrs. Tanti sebelum akhirnya meninggalkan kelas. Tanpa basa basi, teman - teman Bell segera menghampirinya yang sedang sibuk dengan gedget. Bell memiliki 3 sahabat terdekat di sekolah dan mereka semua laki-laki. "Lo manjat lagi hari ini?" tanyanya. "Iyalah, itukan rutinitas gue. Kayak kagak tau aja lu, Yo.." jawab Bell santai tetap fokus pada layar gedgetnya. Laki-laki bernama lengkap Romeo itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia adalah salah satu teman terdekat Bell. Mereka sudah berteman hampir 10 tahun lamanya. Romeo merupakan kapten tim futsal di sekolah. Dia sering kali dikira blasteran karena kulit putih dan perawakannya yang tinggi besar. Padahal, ia tidak memiliki darah luar sama sekali. Benar-benar asli Indonesia. Sedari SMP, Romeo hapal betul bagaimana tingkah sahabatnya itu. Bell memang sering memanjat pagar sekolah jika ia datang terlambat atau hampir terlambat. Di tasnya selalu ada celana training yang dipakainya untuk olahraga setiap pagi sebelum ia ke sekolah. Itulah sebabnya mengapa ia sering terlambat saat datang ke sekolah. Terlebih lagi, Bell tidak pernah mau diantar oleh orang tuanya. Bahkan, walau ia sudah diberi izin untuk mengendarai kendaraan ke sekolah, tetap saja Bell menolak. Romeo pun tak tau apa yang mendasari sahabatnya ini menolak fasilitas yang disediakan oleh orang tuanya. Yang jelas, Bell pernah berkata padanya, kalau ia ingin menikmati hidup dengan gayanya sendiri. "Kantin yuk! Laper nih. Gue yang traktir deh.." ajak temannya yang lain. Daffa. Laki-laki berbadan proporsional, berkulit sawo mateng, dan memiliki lesung pipi pada pipinya. Dia salah satu laki-laki idaman di sekolah yang terkenal manis. Selain manis, ia juga kaya. Sering sekali ia bersikap royal pada teman-temannya. Seperti saat ini. "Bener ye! Awas aja Lo ngibul lagi." sahut Jerry. Laki-laki ini adalah yang terpolos. Dia sangat mudah untuk ditipu. Bahkan sering kali menjadi bulan-bulanan Daffa ataupun Bell. Sebenarnya selain sebagai sahabat, Jerry juga merupakan sepupu Bell. Karena seumuran, Bell dan Jerry pun mudah akrab. Terlebih lagi sewaktu kecil Jerry dan Bell memiliki hobby yang sama, mencari cacing di dalam tanah, membuat mereka semakin tak terpisahkan. Walaupun terkadang sering berkelahi dan berdebat, tetapi tetap saja mereka akan menemukan cara untuk berbaikkan. "Iye! Kali ini serius! Ayo ah!" jawab Daffa lalu berjalan meninggalkan kelas duluan. "Ayo cabut. Gue juga udah laper.." sahut Bell mengiyakan ajakan Daffa. Bell lalu menyimpan gedgetnya pada saku dan bangkit dari duduknya. Mereka berjalan ke kantin dengan penuh candaan. Seakan-akan koridor yang mereka lalui hanya ada mereka. Bagaimana Jerry berjalan mundur sambil ngobrol, Romeo yang terkadang melompat-lompat dan berjalan seperti sedang menggiring bola, Daffa yang tetap kalem menjaga imagenya, dan Bell yang terkadang berjoget layaknya koplopers. Sangat ramai dan riuh, padahal mereka hanya berempat. Saat mereka sampai di kantin, seketika saja menjadi sepi. Eits, Tentu saja bukan karena kedatangan Daffa atau Remeo atau Jerry ataupun Bell. Melainkan kedatangan seorang laki-laki yang merupakan the most wanted boy di sekolah ini. "Ck! Gue kira kantin sepi gara-gara kita. Ternyata Dia lagi. Mau apa dia ke sini?" bisik Jerry pada Bell. "Tentu saja makan, Bodoh!" jawab Romeo lalu menjitak kepala Jerry. "k*****t lu! Gue ga bodoh ye, kurang pinter aja dikit.. " jawabnya yang membuat Bell tertawa tak tertahankan. Diakuinya kalau memang Jerry tidak terlalu pintar, mudah dibodohi. "Berisik!" ucap laki-laki itu dan berlalu duduk di salah satu meja yang kosong. "Lah? Ck, Sombong sekali. Apa siswi sekolah ini ga salah menilai? Laki-laki cuek dan tidak berperasaan sepertinya adalah yang teridaman?" omel Daffa, yang sebenarnya merasa kalau laki-laki itu tidak pantas mendapatkan julukan The most wanted di sekolah. Menurutnya, seharusnya dialah yang di posisi tersebut. "Sudahlah, jadi makan tidak?!" ucap Bell menengahi, lalu berjalan lebih dulu ke meja yang kosong. Mereka duduk di meja yang tak jauh dari meja laki-laki idaman sekolah tadi. Perlahan-lahan, suasana di kantin pun kembali seperti semula, sangat ribut. Kali ini, giliran Bell yang memesan makanan dan 3 orang lainnya menjaga meja agar tidak diambil oleh siswa lain. Setelah memastikan pesanan teman-temannya benar,Bell yang akan memesan makanan pun harus mengantri untuk mendapatkan makanannya. Tetapi, bukan Bell namanya kalau tidak dapat menyerobot antrian orang. Ketika salah seorang siswa lain yang mengantri lengah, dia mengambil kesempatan itu untuk berlalu begitu saja dan menggantikan orang tersebut pada antriannya. Murid-murid yang lain pun tidak terima dan protes. "Bell! Lo jangan nyerobot gitu dong! Gue kan duluan di sini! Lo itu harus ngantri!" teriak murid yang antriannya diserobot Bell tidak terima. Jelas saja dia marah, dia sudah mengantri lebih dulu dan dengan mudahnya Bell mengambil antriannya. "Telinga gue masih berfungsi dengan baik ya. Jadi ga teriak-teriak.. Ngerti ngga lo?! Ngomong baik-baik bisa kan?!" balas Bell berteriak. "Baik-baik? Lo tuh yang harus mikir. Lo buat orang emosi. Kalo mau pesan ya NGANTRI!!" teriaknya lagi lalu mendorong bahu Bell yang membuat pemilik bahu terhuyung ke belakang. Hampir saja Bell jatuh, kalau tidak ada meja di belakangnya yang ia jadikan pegangan. Bell diam sejenak dan mengeluarkan senyuman miring andalannya. Orang ini sudah menyulut emosinya, ia tidak terima. Bell adalah orang yang keras. Orang ini harus tau dia berurusan dengan siapa. Bell mulai menggulung lengan bajunya dan menatap tajam ke siswa yang sebenarnya tidak salah tersebut. Ralat, bagi Bell dia salah, karena menegurnya dengan cara yang tidak sopan. Harus diberi pelajaran. BUG! Satu bogem mentah mendarat dengan mulus dan sempurna di pipi kiri siswa itu. Siswa yang menjadi target dari tinjuan Bell itupun tersungkur ke lantai dengan pipi yang memerah. Merasa tak puas, Bell kembali mencengkram dan melayangkan kepalan tangannya ke pipi siswa itu sampai sudut bibirnya terluka dan sedikit mengeluarkan darah. Tak ada yang berani menghentikan Bell. Sekalipun sahabat-sahabatnya. Semua siswa yang berada dikantin hanya bisa terdiam dan menyaksikan perkelahian ini. Termasuk pedagang kantin yang hanya bisa berteriak berusaha menegur Bell untuk berhenti. "Jangan pernah coba-coba ngedorong gue lagi! Paham?!" ketus Bell. Ia tersenyum penuh kemenangan. Ia merapikan seragamnya lalu berjalan meninggalkan korbannya. Hilang sudah selera makannya. Ia pun sudah lupa apa saja pesanan teman-temannya. Baru beberapa langkah ia berjalan, kerah bajunya ditarik dari belakang. Membuatnya berhenti berjalan dan berbalik. "Apa lag..." BUG!BUG!BUG! Siswa itu tidak terima dan mengembalikan bogem mentah yang ia dapatkan. Tidak peduli jika Bell adalah seorang perempuan. Yang ia pedulikan adalah Bell harus mendapatkan luka yang sama. Dia tidak salah, bukan ia yang harusnya mendapatkan bogem mentah seperti ini. Harusnya dia yang marah. "LO!!!" emosi Bell semakin memuncak. BUG!BUG! Perkelahian itu terus berlanjut. Mereka terus saja saling balas meninju satu sama lain. Wajah mereka sudah lebam dengan sudut bibir yang sudah berdarah. Murid-murid yang lain masih tidak berani menghentikan perkelahian itu.  Mereka tau kalau melerai Bell sama dengan menjadi korban. "Bisa berhenti? Lo berdua kayak anak-anak!" ketus siswa the most wanted itu yang secara ajaib membuat perkelahian itu terhenti. "Kalo ngga karena dia, udah abis lo!" bisik Bell dan berlalu pergi. Bukan tanpa alasan Bell berhenti, ia tidak suka dibilang kekanak-kanakan.  Sedangkan siswa itu hanya terkekeh dan mengusap sudut bibirnya yang berdarah. "Ada apa ini?!" teriak Bu Dona, guru konseling di sekolah ini. Lirikan mata Bu Dona langsung tertuju pada Bell. Beliau sudah hapal betul bagaimana kerasnya siswinya yang satu ini. Diberi hukuman apapun hingga ancaman akan dikeluarkan dari sekolah tak membuat Bell berhenti membuat ulah. "Kalian berdua, ikut saya ke ruangan BK sekarang! Yang lain, bubar!" teriak Bu Dona sambil tetap menatap tajam ke arah Bell. Tetapi, orang yang ditatap terlihat tidak peduli. Dia hanya mengangguk tanpa melihat ke arah gurunya. "Cabut!" perintah Bell ke teman-temannya. Tidak peduli dengan tatapan guru konselingnya itu. Dia berlalu begitu saja melewati gurunya. Romeo, Daffa, dan Jerry hanya bisa mengerutkan bibirnya karena harus menahan lapar dan mengikuti Bell meninggalkan kantin. Sebenarnya Bell pun tak akan mempermasalahkan jika mereka tetap makan di kantin, hanya saja mood mereka juga sudah turun. Suasana kantin tidak enak karena keributan tadi. "Perlu kita kasi pelajaran ke si tampan itu?" bisik Romeo padanya. "Ngga usah. Yang penting urusin aja Bu Dona. Bilang nanti gue ke ruang BK sendiri, Gue pengen istirahat sebentar." jawab Bell singkat dan berlalu masuk ke unit kesehatan sekolah (UKS). Romeo memberi isyarat kepada Daffa dan Jerry untuk duluan ke kelas karena Romeo harus ke ruangan Bu Dona untuk menjadi juru bicara Bell. Satu-satunya cara untuk meredam amarah yang belum tuntas adalah tidur sejenak bagi Bell. Bukan tanpa alasan ia tidak mau ke ruang BK saat ini, ia hanya tak ingin semakin membesarkan masalah dengan memulai ronde ke 2 dengan siswa itu dan ikut menjadikan Bu Dona korbannya. Dia sudah berjanji pada Mamanya untuk tidak lagi membuat Mamanya harus ke sekolah karena tingkah Bell. Dia menutup tirai dan berbaring di ranjang UKS. Dia mengeluarkan handphone-nya dan menghidupkan musik dengan volume sedang. Dia menutup matanya dan mulai tertidur. To Be Continue..

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.9K
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

Romantic Ghost

read
162.3K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
53.2K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
474.6K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

Bridesmaid on Duty

read
162.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook