bc

DINIKAHI DUDA

book_age18+
28.2K
FOLLOW
348.7K
READ
billionaire
possessive
one-night stand
forced
CEO
drama
comedy
campus
city
virgin
like
intro-logo
Blurb

Amira lahir dari seorang wanita penghibur, ayahnya meninggal sehingga dia harus tinggal bersama dengan pamannya. Selama itu, Amira dijadikan tulang punggung oleh keluarga pamannya yang begitu membencinya.

Beruntungnya Amira mendapatkan beasiswa untuk kuliahnya. Tapi sayangnya Amira mendapatkan banyak kebencian dari Soraya, yaitu anak pemilik kampus. Merasa dirinya adalah pemilik kampus, Soraya bersama dengan teman temannya sering membully Amira. Alasannya klasik, karena pria yang disukai Soraya malah menyukai Amira.

Namun, nasib Amira berubah 180 derajat ketika dia diperkosa oleh sang pemilik kampus itu sendiri. Membuatnya mengandung adik Soraya.

chap-preview
Free preview
Awal yang buruk
Amira, sosok perempuan berusia 20 tahun, dia mendapat beasiswa di salah satu universitas swasta. Berada di semester empat, Amira dikenal di kalangan para dosen karena kepintarannya. Bahkan beberapa kali Amira dari fakultas ekonomi diutus menjadi perwakilan dari kampus jika ada momen yang penting. Hanya satu kelemahan Amira, Dia adalah orang miskin, yatim piatu dan seseorang yang menjadi tulang punggung keluarga yang ditumpanginya. Dan itu dijadikan kesempatan oleh seseorang yang membenci Amira untuk menjatuhkan mentalnya. Soraya, anak pemilik kampus yang sangat membenci Amira. Merasa tersaingi mulai dari prestasi, sampai sosok pria yang disukai Soraya malah menyukai Amira. "Soraya, please, keluarin aku. Aku harus ketemu sama Pak dekan. Tolong, mereka cuma mau bilang tentang nilai aku, bukan tentang pertukaran mahasiswa" "Lu pikir gue nggak tahu?! Lu diem-diem ambil posisi gue kan?! Lu mau bilang sama dekan kalau lu mau jadi mahasiswa pertukaran pelajar kan?! Biar gue jadi kegeser kan?!" "Enggak, aku nggak pernah." "Kalau lu nggak pernah minta, terus kenapa gue sekarang digeser jadi nggak bisa ikutan?! b*****t lu!" Soraya menatap pintu toilet yang terus berbunyi karena ketukan dari dalam. "Please aku bakalan bilang sama mereka kalau aku nggak akan ikut. Tolong bukain, nanti mereka bakal cabut beasiswa aku, Soraya... hiks... hikss...." Amira sudah menangis di dalam sana. Namun bukannya membukakan pintu, Soraya menyuruh kepada temannya untuk kembali mempermainkan gadis di dalam sana. "Ambil embernya." Niken, teman dari Soraya itu mengambilkan air bekas kain pel kemudian menumpahkannya dari atas pintu hingga mengenai Amira. "Aaaaa!" "Mampus kan lu! Jangan harap bisa keluar dari sini! Ayo cabut," ucap Soraya pada kedua temannya. Tidak lupa mereka menutup pintu kamar mandi perempuan kemudian menempelkan sebuah kertas yang mengatakan kalau semua toilet di dalam itu rusak. Beruntungnya toilet di dalam sana kedap suara hingga tidak akan ada yang menemukan Amira di sana. "Lu bawa kuncinya enggak?" tanya Soraya pada Anjani. "Tenang, tadi gue minta sama satpam." Kemudian dengan tega mereka mengunci sosok itu di dalam sana, sebelum akhirnya melangkah dengan kesenangan tersendiri di dalam hati mereka. Jika saja Soraya bukan anak pemilik dari Yayasan Tarumana, juga jika Niken dan Anjani bukan anak dari Rektor kampus dan polisi. Mereka bertiga tidak akan berani melakukannya. Hanya saja posisi itu membuat mereka lebih percaya diri untuk melakukan hal seperti ini. Yayasan Tarumana sendiri adalah salah satu anak perusahaan dari C.W Inc. yang menaungi banyak bidang usaha, salah satunya bidang pendidikan. "Kantin yuk," ucap Soraya dengan senyuman yang ceria. "Tadi gue lihat Kak Indra ada di perpus, lu nggak mau ke sana?" tanya Niken. "Ntar lah, perjuangan juga butuh makan dulu." "Gue denger Kak Indra suka curi-curi pandang sama si Amira akhir-akhir ini." "Lu berdua Mau hancurin mood gue atau gimana?" "Hehehe, sorry. Gue juga ikut ke sekolah sama si Amira, udah dia pinter banget manipulasi pikiran dosen, sama mau ngembat ketua BEM Univ lagi." "Nggak ya, kak Indra itu punya gue," ucap Soraya dengan penuh penekanan. *** Sosok itu masih terisak di tempatnya, lampu kamar mandi padam dan dia tidak memiliki ponsel untuk menjadi penerang. Sehingga yang bisa dilakukan hanya berdoa, sambil menangis meminta bantuan Tuhan. Dan ketika mendengar suara pintu terbuka, Amira menghapus air matanya dengan segera. Apalagi ketika lampu kamar mandi dinyalakan, Amira bersyukur dalam hati. Tidak lama kemudian, untuk toilet tempat dirinya berada terbuka. Di sana ada Soraya, Niken dan juga Anjani. Amira beringsut mundur karena takut. "Kenapa? Lu mau laporan?" Amira menggelengkan kepala. Niken berjongkok supaya sejajar dengan Amira. "Lu tahu kan akibatnya kalau lu bilang tentang hal ini?" Amira mengangguk seketika. "Nggak akan bilang siapapun." "Lu juga jadi cewek jangan kegatelan, jauhin Kak Indra. Awas kalau gue liat lu berduaan sama kak Indra. Gue kurung lagi mau?" tanya Anjani sambil menendang sekat toilet. Amira menggeleng. BRUK! Soraya melemparkan sebuah buku. "Tadi lu ditanyain sama Pak Imron kenapa gak masuk, gue bilangin lu sakit. Baik kan gue? Jadi sebagai gantinya, beresin itu tugas terus lu antarin ke rumah gue. Awas kalau lu bilang aneh aneh sama bokap gue." Amira segera mengambil buku itu dan mendekapnya. "Harus selesai hari ini, ngerti nggak?" "Ngerti," jawab Amira dengan suara yang pelan. "Kasih tau alamat gue," ucap Soraya pada Niken. Di mana sahabatnya itu mengeluarkan sebuah bolpoin kemudian menuliskan alamat rumah Soraya pada tangan Amira. "Kerjain yang bener oke?" "Iya." "Kalau Bokap atau Oma gue nanya, bilang gue nginep di rumah Anjani." Amira kembali mengangguk dengan penuh ketakutan. "Itu hukuman buat lu, beresin semua tugas gue sama pastiin kalau lu nolak pertukaran mahasiswa itu." "Iya..." bibirnya bergetar. Kemudian ketiganya melangkah keluar dari kamar mandi tersebut. Soraya mengibaskan rambutnya dengan kesal, "bisa-bisanya saingan gue itu cewek miskin, mana beasiswa lagi." "Tenang aja, gue yakin kalau kelulusan nanti merupakan jadi mahasiswa terbaik dari Fakultas Ekonomi. Ah nggak, gue yakin dari 1 Universitas terbaik satu angkatan." Soraya tersenyum mendengar kalimat yang Niken katakan. "Gue pernah kepikiran mau ngeluarin dia sih, tapi gue nggak bisa ngeluarin dia kalau tanpa alasan." "Lu bisa jebak dia biar bisa dikeluarin dari kampus." Anjani menyarankan. "Gila lu, pikir-pikir juga gue kali. Gue males banyak urusan sama itu bocah." **** Di sisi lain, Amira yang baru saja keluar dari toilet itu bergegas mengerjakan tugas yang diberikan oleh Soraya. Mengerjakannya sendirian di depan ruangan BEM, mengingat di sana masih sedikit ramai dengan mahasiswa tingkat akhir yang masih berkeliaran di kampus. "Amira? Kamu ngapain disini?" Seorang ketua BEM tingkat universitas mendekatinya, di mana Amira terkejut dengan kedatangan Indra. "Kamu lagi ngerjain tugas? Di dalam ruang BEM aja sana, jangan di sini." "Nggak papa, kak. Udah beres kok," ucap Amira terburu-buru menutup kembali buku itu dan memasukkannya ke dalam tas. Dia takut seseorang melihat keberadaan mereka dan melaporkannya kepada Soraya. "Mau pulang kok ini." "Kakak anterin ya, sekalian mau ngomongin tentang seminar." "Nggak usah, Kak. Soalnya aku mau mampir dulu ke suatu tempat. Kalau masalah seminar itu gimana ya? Apa ada yang salah dengan proposal yang aku bikin?" "Enggak sih, malah bagus. Mau bilang makasih tadinya." "Sama-sama, itu udah tugas aku kok. Duluan, Kak," ucap Amira kemudian bergegas pergi dari sana. Sebenarnya alasan dia sering bertemu dengan Indra adalah dirinya ikut ke dalam bagian BEM Universitas. "Jauh," gumam Amira ketika melihat alamat yang tertulis di tangannya. Namun apa yang bisa dia lakukan? Terpaksa Amira pergi ke sana dengan menggunakan ojek, karena di jam ini sudah tidak ada angkot. Kendaraan itu berhenti di depan sebuah rumah besar dua tingkat, dengan halaman yang luas dan benteng yang tinggi. "Cari siapa, Neng?" seorang satpam mendekat. "Saya temennya Soraya, Pak, disuruh untuk menyimpan ini ke kamarnya. Saya titip sama bapak aja ya." "Eh saya nggak berani, Neng. Nggak papa silakan masuk aja," ucap sang satpam saat nama Soraya di cover buku tersebut. Tidak meragukan lagi. "Saya nggak tahu kamarnya yang mana, Pak." "Nanti di sana ada pembantu." "Nggak bisa Bapak gitu yang ngasih ke pembantu?" "Nggak bisa saya harus jaga di sini, teman saya belum datang." Terpaksa Amira melangkah menuju pintu rumah tersebut, dia mengetuknya sampai seorang pembantu keluar. "Temannya Nona Soraya ya?" "Iya." "Silahkan masuk, Non. Kamarnya di lantai 2 yang memiliki boneka pink di pintunya." "Nggak papa, Bi, saya titip sama Bibi aja ya tolong disimpan di meja Soraya. Soalnya udah malem saya harus pulang." "Tadi Nona Soraya telepon saya, suruh Non ngambil buku paket akuntansi yang semester 3." Tidak mengatakan apa-apa lagi, Amira melangkah naik ke lantai dua. Entah kenapa rumah ini terasa sangat sepi, dan memiliki penerangan yang sangat minim. Ketika Amira hendak melangkah mendekati pintu yang dimaksud, dia mendengar suara gelas pecah dari ujung lorong. Disertai suara geraman kesakitan. Dimana Amira melangkah ke sana untuk memastikan semuanya baik-baik saja. "Astaga, Pak Dharma! Tangan Anda terluka," ucap Amira dengan panik mencari kotak P3K. Siapa yang tidak mengenal Dharmawangsa Chandrawiguna, pemilik Yayasan tempat Amira mendapatkan beasiswa. Tangannya terluka, pecahan kaca dimana mana hingga Amira harus mengobatinya. Saat mendapatkan kotak P3K, Amira kembali mendekat pada pria yang tengah tertunduk. Kening Amira berkerut saat mencium aroma alkohol. "Bapak tolong berdiri dulu, saya bantu obati." Ketika tatapan mereka bertemu, pria itu mengerutkan keningnya sebelum menarik tengkuk Amira dengan tangan yang terluka kemudian menciumnya dengan paksa. Malam itu, menjadi malam yang paling mengerikan untuk Amira. Jauh lebih sakit dari pada saat dirinya dibully oleh teman-teman Soraya, dan jauh lebih menyakitkan saat dirinya dicaci maki oleh sang paman dan saat mereka memaksanya untuk menghidupi mulut mulut kelaparan itu. Rasa sakit yang dialami sekarang, jauh lebih besar.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
185.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
200.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
8.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
79.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
2.8K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
11.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook