bc

Brides On Sale (Pengantin Pesanan)

book_age16+
164
FOLLOW
1K
READ
drama
tragedy
sweet
brilliant
ambitious
like
intro-logo
Blurb

Cerita ini mengandung bawang dan Based on true story ...

Kavya Arora seorang gadis desa yang cantik di Kalimantan, kehidupannya begitu sulit. Ibunya seorang janda bekerja sebagai penjahit rumahan. Suatu hari rentenir datang ingin menyita rumah mereka karena ibunya berhutang 50 juta.

Sahabat ibunya datang menawarkan Kavya untuk mengubah nasib menikahi seorang pengusaha dari China dengan mahar tinggi dan membawa Kavya tinggal disana.

Kavya akhirnya menikah dengan Fengying namun dia tidak menyangka hidupnya tidak seindah yang mak comblang janjikan. Dia telah di tipu olehnya, Kavya tidak berhenti menangis selama berumah tangga. Dia mengalami penyiksaan yang cukup menyedihkan hingga ingin lari dari negara itu.

Kehadiran Kaisar sebagai pelajar di China membantu Kavya untuk kembali ke Indonesia.

Apakah Pelarian Kavya berhasil dan bisa hidup bahagia?

chap-preview
Free preview
Prolog
Aku Kecewa! Biarkan sejenak tertawa Hingga tiba masa pergi membawa. Melupakan, sebab ia tak menyadarkan Yang ada hanya memilah dan meninggalkan. Trimakasih, Keterpaksaan membawaku jauh dari yang terkasih hingga aku terlupa untuk menguatkan hati dengan cintaku pada Sang Maha Pengasih. Sudah cukup, Kegilaan tak memberi gemilang. Sudah cukup, Tertawa tak memberi bahagia. Sudah cukup, Keterpakaan hingga tersiksa. Ada apa? Itulah tanya yang berjuta Kecewanya sang Februari mengingat hati yang tercuri Oleh bahagia yang terkhianati *** Fengying berlutut di kaki Kavya, bukan memohon cintanya namun dia ingin agar istrinya itu mengelabuhi orang tuanya dengan meminta ijin pergi ke hotel berlibur dengannya padahal Fengying punya maksud lain. Fengying ingin bertemu Dilruba dan menghabiskan waktu bersama. "Kamu mau, Kan membantuku? Setiap kali kau membantuku aku akan mengirimkan uang banyak pada ibumu," ucap Fengying dengan mulut manisnya. Kavya berpikir dia mulai goyah apalagi penawaran suaminya sangat menggiurkan. Dia datang kesini hanya demi sebuah keuntungan. "Baiklah, aku setuju namun apa kamu tidak pernah memikirkan perasaanku, Feng? Setiap kali kamu bertemu dengannya hatiku terluka. Aku ini istrimu, bagaimana mungkin aku membiarkan suamiku sendiri selingkuh." Air mata Kavya jatuh. Dia hanya dijadikan pelampiasan demi obsesi suaminya. Kavya datang ke negara ini untuk bahagia dan apa dia dapatkan hanya kekecewaan. Nasib tragis selalu menimpa Kavya selama hidupnya. Karena obsesi Fengying pada Dilruba. Pria itu tak pernah mau menyentuhnya walau sedikit pun. Dia melakukan semua cara agar suaminya tertarik padanya namun tak pernah berhasil. "Dengarkan aku! Jika aku berpisah dari Dilruba maka aku akan mati. Dia cinta sejatiku, belahan jiwaku. Aku akan memberikan apapun padanya asalkan Dilruba tidak pernah meninggalkanku. Kami saling mencintai jika aku meninggalkannya, siapa lagi yang akan menemani Dilruba yang sebatang kara." Katanya menatap nanar pada Kavya yang masih menangis. "Aku sudah memutuskan untuk membantumu. Mari kita pergi ke hotel! Kau bisa menghabiskan waktumu dengannya. Aku akan menunggu." Kavya beranjak dari ranjang kamarnya lalu mencari koper dan mengisi baju miliknya. Dua jam kemudian Kavya tiba di hotel bersama Fengying, mereka memesan kamar president suit. Sebenarnya Fengying orang baik namun kadang tuntutan orang tuanya membuatnya harus mengambil tindakan yang tidak sesuai hati nuraninya. Kavya bertemu dengan Dilruba di lobi hotel, wanita itu sangat cantik tubuh putih dan langsing. Dilruba perempuan yang modis, tidak di pungkiri pakaian mahal tren terbaru yang melekat ditubuhnya terlihat sangat cocok menambah kesan glamor dan elegan secara bersamaan, tentu saja semua barang mahal itu ia dapatkan dari fengying. "Apa ini istrimu?" tanya Dilruba memandang remeh pada Kavya. Ini kali pertama mereka bertemu, sangat terlihat jelas pandangan Dilruba mengatensikan Kavya jauh tidak sebanding dengannya. Tampilan sederhana Kavya yang mengenakan dress berwarna krem membuat kavya terlihat seperti upik abu yang berhadapan dengan Cinderella. "Ya, aku Kavya," jawabnya sambil tersenyum tidak mempedulikan tatapan sinis Dilruba. "Aku tak perlu memperkenalkan diri padamu karena Fengying pasti sudah bercerita tentang ku. Ya, aku adalah orang yang paling di cintainya," tegas Dilruba mengapit tangan Fengying. Pria itu yang tergila-gila pada Dilruba membenarkan perkatannya kemudian memeluknya erat. "Ohh, Feng ... Ayo kita ke kamar aku sudah tidak sabar!" Rengeknya manja. Dilruba benar-benar tak tahu malu bersikap seperti itu di depan Kavya. Sudahlah, dia harus terbiasa dengan ini. Karena bukan Dilruba yang jadi pelakor tapi dirinyalah yang datang di hubungan mereka berdua. "Iya, sayang. Aku sudah memesan kamar, jadi kita akan tidur di kamar bersebalahan dengan Kavya. Kamu kenapa tidak sabaran begini," jawab Fengying gemas pada Dilruba. "Aku rindu menghabiskan malam denganmu. Kamu pria yang perkasa dan membuatku selalu panas dingin saat melakukannya." Ucapan Dilruba ingin membuat Kavya ingin muntah. Mereka pasangan tak tahu malu bicara sembarangan di lobi. Pegawai resepsionis menatap mereka jengah. Mungkin dia menganggap Kavya bodoh merelakan suaminya untuk pelakor dan lebih parahnya lagi menemani suaminya bersama wanita lain. "Sebentar lagi, yah," Tangis Kavya ingin pecah tapi berusaha di tahannya dia berjalan menuju kamar membawa kopernya sendiri dan mereka berdua yang dimabuk asmara saling berpelukan di depannya. Sesampai dikamar, Kavya menempelkan cardlock di pintu lalu membukanya. Dia mendengar langkah kaki Fengying dibelakangnya kemudian duduk diatas ranjang. "Kavya, kamu tidak apa-apa, Kan tidur sendirian?" Tanya Fengying memastikan keadaan istrinya. "Ya, aku baik-baik saja. Bersenang-senang lah bersama Dilruba," sahut Kavya jengkel tak melihat Fengying. "Terimakasih, kalau ada apa-apa kau bisa memanggilku. Kami tidur dikamar sebelah." Fengying tak memikirkan perasaan Kavya langsung pergi keluar dari kamar itu. Tangis Kavya pecah, kasihan sekali dirinya berstatus seorang istri tapi seperti tidak punya suami. Setelah membersihkan diri Kavya ganti baju dan langsung merebahkan diri di atas ranjang. Saat mematikan lampu dia mendengar desahan Dilruba yang membuat hatinya semakin terluka. "Ah.. pelan-pelang, Feng. Ini sakit sekali," terdengar suara Dilruba yang mengerang nikmat. Aktifitas mereka di kamar sebelah membuat Kavya tak bisa tidur malam ini. Mereka begitu menikmati pacuan birahi tanpa memikirkan kavya dikamarnya yang seperti sedang menonton film dewasa. Kavya menangis meratapi kepedihan hatinya, apa mereka tak bisa lebih tenang sedikit? Apakah Fengying tidak memikirkan perasaannya sedikit. Bagaimana pun Kavya tetap istrinyakan?. Pasangan yang sedang dimabuk cinta itu menghancurkan perasaan seorang wanita yang berstatus istri dari laki- laki yang sedang menggagahi wanita lain dikamar sebelah. Tiga jam kemudian tak ada lagi suara erangan dari kamar sebelah, Kavya yakin mereka sudah menuntaskan nafsu setan mereka. Kavya tidur dengan memegang d**a yang terasa nyeri hingga membuatnya sulit bernafas. Besok Fengying pasti akan memberinya uang untuk dikirim ke ibunya di Indonesia, biarkan Kavya berkorban yang penting bisa membahagiakan ibunya. Pernikahan indah yang Kavya impikan tidak akan pernah ada dia akan selamanya terjebak dalam pernikahan yang entah Kavya pun tidak tau menamainya pernikahan apa. bujuk rayu Bu Lala yang meyakinkannya akan hidup nyaman dan juga ibunya membuat Kavya mau menerima pernikahan ini. Bu lala tidak lagi bisa dihubungi, Kavya tidak lagi mendengar kabar tentangnya. apa dia sedang ditipu? Kavya bersumpah jika bertemu Bu Lala akan mencekiknya karena membawanya dalam pernikahan bodoh ini. Kavya tidak habis pikir sahabat ibunya itu malah menipunya dengan mengatakan semua akan baik-baik saja. Buktinya sekarang tidak baik, Kavya sangat merindukan ibunya. Fengying punya seribu alasan untuk menahan Kavya disini. Dia selalu membentak dan marah jika Kavya membahas indonesia, tentu saja dia takut jika Kavya kembali keindonesia. Sudahlah, Kavya akan coba untuk terus bertahan meskipun sakit hatinya sudah menumpuk, menurutnya selama Fengying tidak memukulnya itu masih bsa ditoleransi. Esok harinya, Fengying datang ke kamar Kavya dengan membawa sarapan pagi. Dia berkata telah sarapan bersama dengan Dilruba di restoran. Kavya hanya mengangguk malas sekali meladeninya. "Besok kita akan pulang. Malam ini aku ingin bersama Dilruba lagi," jelasnya sambil senyum sumringah. Suasana hatinya benar- benar sangat bagus setelah menghabiskan malam panjang bersama kekasihnya. "Terserah, kamu mau melakukan apapun aku tidak peduli," jawabnya cuek. Menyantap sarapan hotel yang lezat. Fengying sedikit jengkel dengan sikap Kavya yang acuh lalu keluar dari kamar.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook