bc

Penantian Cinta Arga

book_age18+
1.9K
FOLLOW
11.5K
READ
billionaire
possessive
arrogant
CEO
bxg
city
office/work place
first love
husband
like
intro-logo
Blurb

Semua mata tertuju pada sosok laki-laki yang tengah berdiri angkuh di depan para kolega yang ikut berkumpul dalam kerumunan. Benar adanya, sosok itu sanggatlah di elu-elukan oleh semua orang. Baik wanita, laki-laki, tua, muda bahkan anak-anak yang ikut hadir bersama orang tuanya pun ikut takjub melihat paras Arga yang bak seorang pangeran dari negeri dongeng.

“Na, kamu lihat pak Arga, ganteng banget, ya!” ucap Riska sahabat Zanna sambil menyenggol tangannya, “Coba kamu tadi datang ke salon dulu, pasti dia akan terpana dengan wajahmu yang cantik.” Cerocos Riska, tidak lepas menatap Arga yang tengah bicara dengan koleganya.

Zanna tersenyum sinis, dia masih kesal dengan apa yang bosnya lakukan tadi pagi sampai dia harus mengeluarkan uang banyak untuk memberikan barang yang Arga berikan pada orang lain. Bukan hanya itu, Riska pun sempat memarahinya karena telat datang ke salon untuk menjalankan segala kegiatan yang akan membuat dia bosan karena hanya bisa pasrah.

chap-preview
Free preview
satu
Di sebuah ruangan yang cukup luas, duduk seorang laki-laki yang tengah serius memandangi tumpukan berkas yang harus dia tanda tangani dan parahnya lagi, itu berkas harus selesaikan hari ini juga. Mata tajamnya terlihat serius menatap setiap baris yang tertulis di berkas. Embusan nafas panjangnya menjadi irama yang menyiratkan sang empu tengah lelah. Tapi apa daya, pekerjaan ini memang harus dia selesaikan hari ini juga. Bila dia ingin pulang segera, dia harus dengan cepat menyelesaikan pekerjaan ini dan barulah bisa istirahat dengan tenang. Baru satu bulan dia menggantikan sang papah, tapi rasanya sudah lelah apa lagi setiap hari harus berjibaku dengan rutinitas yang hampir sama saja. Ingin rasanya dia menghilang sebentar, namun itu tidak mungkin apalagi dengan berkas yang menumpuk di hadapannya. Tok! Tok! Tok! Suara pintu di ketuk, membuat Arga yang tengah serius mau tidak-mau harus berhenti sesaat, padahal dia ingin pekerjaannya cepat selesai. “Masuk!” suara beratnya terdengar kesal dan menakutkan bagi siapa saja yang mendengarnya. Pintu terbuka dan menampakkan seorang wanita berbaju biru has OG alis Office Girl perusahaan tengah berdiri dengan sebuah nampan. “Permisi, Pak __” suaranya tidak tuntas karena terpana oleh sang bos yang melihatnya dengan tatapan tajam. Namun, tidak tahu mengapa sang OG malah tersenyum, bukannya ketakutan atau gemetaran. “Kenapa kamu malah tersenyum di sana! Apa kamu pikir di sini ada pertunjukan topeng monyet!” suara Arga menggelegar marah. Biasanya tanpa Arga berteriak pun, suaranya sudah cukup membuat semua orang tertindas dan kaget. Tapi bagi OG satu ini, malah Arga yang dibuat kesal karena dia malah makin melebarkan senyum tanpa ada rasa takut. “Maaf, Pak. Hari ini saya di tugaskan Pak Boy untuk membuat kopi. Jadi ... saya ke sini karena itu.” Ucap OG sambil memegang baki yang di atasnya ada secangkir kopi hitam sesuai interupsi pak Boy tadi padanya. Arga menatap tajam sang OG, karena baru kali ini dia menemukan seorang OG yang sok akrab dengan dirinya. Ucapannya pun seperti pada orang yang telah dia kenal lama. Ingin rasanya dia menegur, dan mengingatkan siapakah dirinya. Namun Arga sadar karena ada yang lebih penting, dari pada mengurus OG satu itu, jadilah dia memilih tidak mempersudikannya dan tangannya terulur meraih cangkir kopi, tanpa berpikir lagi, dia langsung meminum kopi yang di bawa sang OG. Buyur ..., Air kopi meluncur ke mana-mana. Untungnya tidak terkena berkas yang tengah dia selesaikan. “Ya ampun, Pak.” Sang OG dengan cepat mendekat, memberikan serbet yang selalu ter simpan indah di atas pundaknya. “Lap pakai ini saja, Pak. Bersih ko. Tiap hari saya cuci sampai bersih. Malahan saya rendam pakai pemutih, supaya semakin bersih.” Ucap sang OG dengan tersenyum. “Kamu!” sang bos menatapnya tajam tanpa mengambil serbet yang OG itu berikan. “Apa yang kamu masukan ke dalam kopi, saya!” sang bos menunjuk kopi yang masih cukup banyak. Sang OG melihat ke mana arah telunjuk sang bos. Dia tidak langsung menjawab, malah menatap kopinya bergantian dengan menatap wajah sang bos. “Ya ampun, Pak. Saya masukan gula pastinya, masa saya masukkan garam.” Sang OG terlihat tidak terima ketika sang bos bertanya seperti itu. Dengan cepat dia mengambil sendok kecil yang kembali selalu ada di saku baju bagian samping. Namun, sebelum di gunakan, sendok itu terlebih dahulu dia lap dengan serbet yang tadi di berikan pada sang bos. “Lihatlah, aku memasukkan gula.” Ucap sang OG sambil mencelupkan sendok tersebut ke dalam kopi dan mengangkat gula yang tadi dia masukan. “Apa itu!” sang bos menatap tajam sambil menunjuk karena ada yang aneh dengan tampilan gula yang OG itu masukan. “Itu tidak beracun bukan!” sang bos tetap berucap sinis pada sang OG di depannya. “Saya masih ingin hidup, Pak. Kalau memang niat meracuni, sudah saya lakukan sejak dulu.” Ucap sang OG dengan senyum yang masih dia ciptakan di bibir sambil mengelap sendok yang barusan dia gunakan dengan serbet yang sama. Mata sang bos terbelalak kaget melihat apa yang di lakukan sang OG. “Kamu jorok sekali! Bukannya di cuci, malah di ... aaah, sudah-sudah! Cepat pergi sana! Saya tidak suka melihatmu di sini.” Usir sang bos dengan kesal. “Ya ampun, pak! Hargai sedikit usaha saya, saya itu pekerja bapak. Sudah baik saya bantu bapak buat kopi dan memasang senyum andalan saya, tapi bapak malah mengusir saya dengan kejam.” Sang OG membereskan cangkir kopinya hendak dia bawa kembali. Arga ingin sekali marah dan memaki karena kesal dengan sang OG yang terus saja membantah setiap kali dia bicara. Tapi, ketika matanya melihat tumpukan berkas yang masih menggunung, dia pun tersadar dengan tidak terasa, dia malah membuang-buang waktu dengan mendebatkan hal yang tidak-tidak, dengan OG lagi. “Bapak harus tahu, saya memasukkan yang namanya gula merah itu karena gula itu, gula yang di buat orang tua saya di kampung, kalau bapak ingin tahu. Jadi pasti terjaga kebersihannya .” Ucap sang OG yang tangannya dengan cekatan mengelap bekas kopi yang tadi di semburkan sang bos. “Asal bapak tahu juga, gula merah itu baik untuk kesehatan. Salah satunya mencegah gangguan saraf.” Usap sang OG sambil menyemprotkan pembersih kaca di meja sang bos. Dan menumpukan kain lap yang barusan dia pakai dengan cangkir kopi untuk di bawa lagi karena sang bos tidak menyukainya. Mendengar penjelasan sang OG, mata sang bos makin tajam menatapnya, “Kamu pikir saya orang __” “Ya tidak begitu juga, Pak. Bapak-kan sukanya marah-marah. Kali saja ada menjurus ke sana. Lebih baik mencegah-kan dari pada mengobati. Lagian pak, ada salah satu yang paling penting dari gula merah, bapak pasti suka dengan kabar ini.” Sang OG tersenyum simpul sambil menaik-turunkan alis. Sang bos tidak menghiraukannya dan kembali pada pekerjaannya, tapi ketika dia akan fokus pada pekerjaannya, dia kembali terganggu dengan sang OG yang masih saja bicara dan berdiri di depannya tanpa rasa malu atau segan. Arga menyimpan pekerjaan dan menatap sang OG. “Menambah keperkasaan bapak, dan kualitas s****a bapak akan semakin baik. Jadi bisa membuat bapak__” “KE LUAR!” Arga sudah habis kesabarannya, dia benar-benar dia buat jengkel dengan apa yang di katakan sang OG. Ini sungguh membuat harga dirinya di injak-injak. Teriakan Arga membuat sang OG terlihat buru-buru keluar. Untungnya ruangan itu kedap suara. Kalau tidak, orang yang tengah duduk di meja sekretaris pasti akan terlonjak kaget apalagi dia tengah main gim. Arga Aditya. Ya, nama bos yang tengah marah itu Arga Aditya. Seorang laki-laki yang berumur 30 tahun, juga seorang CEO yang mempunyai mata tegas, alis tebal, hidung mancung, dagu yang di tumbuhi bulu halus dan lesung di pipi kanannya. Dia selalu terlihat tampan di berbagai kesempatan. Apa lagi setelah memakai baju kemeja yang tercetak indah di tubuh atletisnya yang berwarna coklat s**u. Dengan sedikit terbuka di bagian d**a, membuat semua orang menjerit apalagi kaum hawa. Sungguh itu hal yang memukau dimata mereka. Walaupun di ruangan penuh sesak manusia yang berjenis sama sekali pun, Arga sang pangeran tampan tetaplah akan menjadi perhatian karena tubuh tingginya dengan rambut yang selalu tertata rapi. Pokonya dia akan selalu menjadi laki-laki paling Wow di antara siapa pun bagi seluruh kaum hawa di mana pun. Sedangkan sang OG, Zana Risti. Itulah namanya. Wanita bertubuh gemuk, kulit sawo matang, mata sipit, bibir bawah aga sedikit tebal dengan rambut lurus sebahu. Tidak cantik memang, tapi wanita yang selalu terlihat ceria itu di sukai banyak orang di perusahaan. Bukan hanya ramah dan sering tersenyum, tapi dia juga kadang menjadi wanita yang selalu menghibur orang dengan kekonyolan sikapnya. Bagi seorang Zannna hidup itu harus di pergunakan untuk bersenang-senang dan patuh pada yang kuasa. Jangan mau di jajah harta dan waktu karena kita hidup untuk sementara. Jadi bahagialah jangan apa-apa terus jadi pengacau pikiran karena itulah Zanna di sukai banyak orang, apalagi pekerjaannya selalu memuaskan bagi mereka yang membutuhkan bantuan. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mrs. Rivera

read
45.3K
bc

Accidentally Married

read
102.7K
bc

Me and My Broken Heart

read
34.5K
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

YUNA

read
3.0M
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

MY ASSISTANT, MY ENEMY (INDONESIA)

read
2.5M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook