bc

The Playboy's Lover

book_age16+
3.0K
FOLLOW
31.0K
READ
billionaire
possessive
pregnant
playboy
badboy
goodgirl
CEO
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

Bagi Abigail Smith, jatuh cinta dengan Steve Ackles adalah hal terindah dalam hidupnya. Dia rela melakukan apa pun supaya Steve menganggapnya ada dan berubah menjadi sosok yang setia.

Sementara bagi Steve, cinta hanya sebatas benang merah yang tidak akan bisa mengikatnya. Menjadi setia adalah hal yang sangat mustahil untuk dia wujudkan.

Sampai suatu ketika takdir menyatukan mereka dalam kebersamaan. Kejadian demi kejadian akhirnya menciptakan kenangan yang tidak terduga. Termasuk kehadiran para perempuan berinisial C yang mengaduk perasaan.

Pada akhirnya Abigail menyadari satu hal: bersama Steve tidaklah semudah bayangannya.

chap-preview
Free preview
Prolog
SEMBILAN TAHUN SEBELUMNYA Universitas Oxford, Inggris, UK Lorong kampus terlihat ramai dipenuhi oleh mahasiswa dan mahasiswi yang ada. Sebagian orang sedang berbincang tapi, ada sosok yang menyebabkan mata para kaum hawa teralihkan.  Sebagai salah satu mahasiswi di sana, Abigail ikut memperhatikan tatapan penuh kekaguman dari para perempuan tersebut. Dia ikut menatap lelaki tampan berkulit putih dengan mata biru terang seperti lautan sedang berbincang dengan kedua sahabatnya. Tentu Abigail mengenal siapa ketiga lelaki yang tengah menjadi sorotan. Mereka adalah Xander Hampton, Luther Skriver dan Steve Ackles. Dia dapat mengetahui namanya berkat beberapa perempuan yang sering membicarakan ketiganya. Semua perempuan mengagumi mereka—terutama Steve. Dirinya termasuk dalam golongan yang mengagumi Steve. Debar jantung Abigail berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Dia tidak jadi melangkah setelah menyadari sosok idamannya. Ada perasaan gugup yang muncul ketika berhadapan dengan kakak seniornya yang berbeda jurusan itu. Tangannya mengerat memegang empat buah buku dalam pelukannya sambil terus memandangi Steve yang semakin berjalan mendekat. Melihat Steve menampilkan senyum apalagi tertawa adalah anugerah terindah. Abigail berharap lelaki itu tidak cepat-cepat pergi dari hadapannya.  Ketika Steve bersama kedua sahabatnya berjalan mendekat, ada sekumpulan perempuan menabrak tubuhnya dengan keras karena ingin menghampiri Steve. Kontan, berkat ulah para perempuan itu, dia terjatuh dan akibatnya buku yang dia pegang berserakan di lantai.  Abigail menggerutu dalam hati. Menyebalkan sekali para perempuan itu! Saat Abigail hendak mengambil dua buku lainnya yang terlempar cukup jauh dari tempatnya berada, sebuah tangan sudah lebih dulu mengambilkan. Dia mendongak sedikit untuk melihat siapa sosok yang telah berbaik hati membantunya.  Lelaki itu menyerahkan dua buah buku miliknya sambil menarik senyum. “Bukumu.” Abigail mengetahui siapa lelaki baik hati yang telah membantunya—Xander. Dia ikut menarik senyum lalu mengambil bukunya dari Xander. Di antara mereka bertiga, Xander memang terkenal yang paling baik dan ramah senyum. “Terima kasih atas bantuanmu, Xander,” ucap Abigail malu-malu. “Tidak perlu mengatakannya. Lain kali hati-hati ya,” balas Xander yang kemudian berdiri. “Berikan bukumu padaku supaya kau bisa berdiri lebih dulu,” lanjutnya seraya mengulurkan kedua tangannya, bersiap mengambil alih buku Abigail. Pelan-pelan, Abigail menyerahkan bukunya pada Xander lalu berdiri setelahnya. Sesudah itu, dia segera mengambil bukunya kembali karena tidak ingin menyusahkan Xander. Tanpa sengaja matanya melihat ke arah Steve yang tengah dikelilingi oleh banyak perempuan. Abigail langsung mengalihkan pandangannya kemudian kembali melihat Xander sambil mengulas senyum. “Sekali lagi terima kasih atas bantuanmu, Xander.”  “Sudah aku katakan, tidak perlu berterima kasih.” Abigail tidak akan heran jika banyak perempuan yang menyukai si baik hati Xander. Tidak lama kemudian, Steve berjalan melewati Xander bersama Luther. Dia melihat Steve tidak menoleh ke arahnya sama sekali. Padahal ada Xander yang sedang berdiri di depannya. “Sepertinya aku harus pergi. Sampai jumpa lagi, Abigail Rosaline,” pamit Xander yang kemudian melangkah cepat mengejar kedua sahabatnya. Abigail terkejut mendengar Xander mengetahui namanya. Dengan keheranan, Abigail menoleh ke belakang, mendapati Xander juga ikut melihatnya sambil tersenyum dan melambaikan tangan. Sementara Steve sibuk berbincang dengan Luther.  Dalam hati Abigail menyayangkan mengapa harus Xander. Andai saja yang menolong adalah Steve, mungkin dia akan melompat kegirangan. Sayangnya kenyataan berkata lain. ♥ ♥ ♥ Seperti rutinitas yang sudah berjalan sejak lama, Abigail selalu pergi ke perpustakaan bersama sahabatnya—Rara. Dia tengah sibuk melihat dan memilah buku yang perlu dia pinjam untuk bahan mata kuliahnya nanti. Rara berbisik, “Abby, kau tahu tidak kalau Steve sering b******u di beberapa tempat yang ada di kampus?” Abigail sedikit terusik mendengarnya. Dia menelengkan kepalanya ke samping, menatap Rara dengan wajah tidak percaya. “Yang benar? Kau mendapat gosip darimana?” “C’mon, Abby! Seluruh manusia di universitas kita tahu kalau Steve sering gonta-ganti kekasih dan mengumbar kemesraan di depan umum. Kau terlalu sibuk membaca buku sampai tidak mengetahui gosip tentangnya,” ungkap Rara dengan suara yang sangat pelan.  “Aku tidak percaya gosip seperti dirimu. Aku percaya fakta,” ujar Abigail seraya meninggalkan Rara di belakang sana.  Dengan cepat Rara menyusul langkah Abigail yang akan melewati lorong. Ketika Abigail akan berbelok ke kanan, ternyata dia mendapat suguhan yang tidak menyenangkan hatinya. Dadanya terasa sesak. Dia melihat sosok yang menjadi perbincangan Rara sebelumnya. Steve terlihat sedang berciuman dengan seorang perempuan cantik.  “Lihat, itu dia maksudku! Memangnya dia tidak tahu kalau ini perpustakaan? Tempat membaca buku, bukan b******u!” kata Rara pada Abigail dengan nada yang lebih keras sedikit.  Ternyata kalimat Rara mengusik gendang telinga kedua orang itu. Mereka saling menarik diri kemudian melihat Abigail dan Rara yang diam mematung. “Terserah aku ingin berciuman di mana. Bukan urusanmu!” ketus Steve dingin. Abigail buru-buru mengamit tangan Rara untuk pergi dari sana. Rara benar-benar bodoh sudah mengatakan kalimat yang ternyata dapat didengar oleh kedua orang tersebut. “Lain kali, jangan mengatakan apa pun, Rara!” Abigail memperingatkan sambil terus menarik Rara supaya menjauh dari sana. “Iya, maaf. Aku pikir si playboy itu tidak akan mendengar kalimatku. Ugh! Menyebalkan sekali wajahnya itu! Untung saja tampan, kalau tidak, aku akan memukulnya!” sahut Rara sambil terus mengikuti langkah sahabatnya. Ya Tuhan... semoga saja Steve tidak mempermasalahkan persoalan tadi. Rara benar-benar bodoh! Semoga dia lupa dengan kalimat Rara. batin Abigail penuh harap. ♥ ♥ ♥   

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Fake Marriage

read
8.5K
bc

Married With My Childhood Friend

read
43.7K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
221.3K
bc

Bastard My Ex Husband

read
383.0K
bc

Pinky Dearest (COMPLETED) 21++

read
291.1K
bc

Call Girl Contract

read
323.1K
bc

HOT AND DANGEROUS BILLIONAIRE

read
570.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook