bc

Dew In The Hot Sun (Indonesia)

book_age18+
1.5K
FOLLOW
10.2K
READ
billionaire
possessive
sex
pregnant
arrogant
mafia
drama
bxg
city
affair
like
intro-logo
Blurb

Carlos Emerlad merasa dirinya sungguh sial saat tak sengaja menyelamatkan seorang gadis yang pada akhirnya merusak hari-hari indah Carlos.

Pria tampan yang merupakan pimpinan sebuah kelompok Mafia di Italia itu tak bisa terima ketika Zenit selalu saja ada di depan matanya tanpa mengenal waktu dengan tingkah konyol.

Hingga malam itu, Zenit yang selalu menyelinap ke kamar Carlos berakhir di atas ranjang panas sang Mafia.

Carlos kesal karena sedetik pun Zenit tak membiarkan dirinya bernapas. Mereka pun sama-sama sadar tapi menganut paham yang berbeda! Bagi Carlos tidur dengan wanita adalah hal biasa, tapi bagi Zenit ini adalah hal yang luar biasa karena tak pernah melakukannya seumur hidup.

“Apa kau sangat ingin naik ke atas ranjangku?!”

Zenit menggigit bibirnya saat merasa ada sesuatu yang memasuki bagian bawah miliknya. “Tuan, apa saya bisa selalu berada di sisi anda?!”

Carlos memadamkan api rokoknya, “tentu saja, tapi aku bukan milikmu! Dan kau harus selalu siap saat aku sudah bosan padamu, bagiku wanita adalah hal yang sangat membosankan.”

Zenit gemetar karena apa yang dirinya harapkan ternyata hanya mimpi belaka, tapi sayang gairah yang bercampur di dalam dirinya tak bisa di tahan lagi. “Asalkan saya bisa selalu di sisi anda, Tuan!”

Carlos sebenarnya kesal melihat tingkah Zenit, tapi dia pikir setelah malam panas yang mereka lakukan gadis itu akan pergi dari hadapannya. “Terserah padamu saja!” dalam bisikan Carlos sudah terasa hawa yang sangat panas, dia akan membuat Zenit terjerit dan memohon ampun padanya. “Apa kau sudah siap?!” Zenit mengangguk.

chap-preview
Free preview
Bab 1. Pitigliano, Tuscany
Sebuah ledakan terjadi di Kota Napoli. Polisi berserak mengamankan masyarakat yang bertebaran di sana, suara tembakan pun saling bersahutan seolah sedang memperkeruh keadaan. Zenit yang baru saja pulang dari toko pun berada di sana, jantungnya berdebar sangat kencang saat beberapa orang menyeret dirinya ke dalam cafe. “Lepaskan saya, tidak ada hal yang bersangkutan dengan saya. Jadi saya minta anda tidak berharap sesuatu yang lebih.” ucap Zenit sinis, “Lepaskan.” “Nona, saya adalah Daren. Di sini saya memohon pada anda, tolong bawa mobil bernomor 1434 berwarna hitam di ujung bangunan ini. Jika anda berhasil sampai ke tujuan maka saya akan memberikan 1 juta dollar. Ini kartu nama dan nomor ponsel saya, anda cukup membawa mobil itu ke alamat yang sudah saya berikan.” Zenit tidak tahu ini rezeki atau musibah, jujur saja saat ini dia sedang menginginkan uang yang cukup banyak. Setelah di tipu oleh pemilik bangunan, kini dia tidak tahu harus melanjutkan usahanya dimana. “Baiklah Tuan, saya hanya akan mengantarkannya saja, setelah itu saya harap anda segera mentransfer dananya.” Daren mengangguk, “terimakasih Nona.” Zenit pun mengendap-endap masuk ke dalam mobil. Mengendarainya pelan, hingga keluar dari area ledakan dan baku tembak tersebut. Tak lama Zenit menghubungi nomor yang di berikan oleh Daren tapi tak bisa di hubungi. “Aduh, bagaimana ini?! kenapa dia tak bisa di hubungi?!” rutuk Zenit. Tak lama ponsel miliknya kembali berbunyi, uang berjumlah 2 juta dollar masuk ke dalam rekening miliknya, dan sebuah pesan masuk di deretan berikutnya yang berisi, “buka jendela pemisah itu, dan tolong rawat Bos saya. Tujuan kita sudah di ketahui, dan Nona hanya mengantar nyawa jika melanjutkan perjalanan. Saya memberikan dana lebih dari yang anda inginkan untuk merawat Bos sampai keadaan aman dan saya datang menjemput.” “Hah, Sial! Kenapa aku harus berurusan dengan mafia!” umpat Zenit sembari memukul setir mobil. Dia pun tak ingin membuka pembatas jendela, pikiran Zenit saat ini hanya sampai ke rumah dan pergi dari sana menuju desa tempat orangtuanya tinggal, Pitigliano, Tuscany. Tak lama Zenit sampai di rumahnya, dan bergegas kembali ke luar. “Maria, kau urus semua yang ada di sini karena aku sedang sangat sibuk. Ada sedikit masalah di toko dan kau harus membatuku.” “Zenit, apa kau ingin pergi lagi?!’ Dia mengangguk, “bantu aku! Di sini ada uang, aku sudah memisahkan setengahnya. Aku mohon bantu semua urusanku yang ada di sini, aku pergi Zenit.” Zenit dengan mobil hitam itu pergi menuju Pitigliano. Perasaannya sangat gelisah, sampai suara ketukan membuat wanita itu terkejut. “Hey, berikan aku minum.” suara itu serak dan membuat Zenit sedikit takut. Dia tak berbalik sama sekali, tangan Zenit masuk ke dalam pembatas dan memberikan orang yang ada di sana minuman. “Maaf saya di sini atas perintah,” ucapnya. “Aku bisa mengerti, kendarai saja mobilnya dengan baik. Karena aku sedang mengeluarkan peluru,” jawab pria yang ada di balik pembatas, “jangan berhenti, lajukan saja mobilnya terus ke tempat tujuan karena aku bisa mengatasi ini.” ucap pria tersebut dengan suara serak. Zenit tidak menjawab, dia hanya mengangguk berulang kali hingga sampai Pitigliano. Wanita berumur 25 tahun itu langsung berlari ke dalam rumahnya, “Ayah, ibu!” dia menggendor dengan sangat kuat. “Ayah, ibu!” “Zenit, apa yang kau lakukan malam-malam di sini. Itu mobil siapa?!” Jika aku bilang dia Mafia pasti ibu dan ayah tidak ingin membantu untuk menjaganya. Tapi kalau aku bilang pacar, pasti langsung di usir, sudah cukup bagi mereka kebodohanku selama ini. “Itu mobil suamiku.” Ibu Zenit menatap anaknya dengan wajah bingung, “kau berkhayal?!” “Dia suamiku, bu! Kami baru saja menikah dan dia tak sengaja tertembak hari ini ketika kami melintasi Napoli. Ayah dan ibu pasti meihatnya, bukan?! ledakan dan baku tembak di sana.” Ayah Zenit yang sejak tadi mendengar seperti orang bodoh hanya mengangguk saja, “Apa dia pria yang meminta izin menikah denganmu itu?!” Rasanya seperti membuka luka lama, tapi Zenit mengangguk saja. “iya,” jawabnya pelan padahal pria itu sudah selingkuh dan meninggalkan dirinya. “Baiklah, ayo kita bawa dia masuk.” Mungkin dia sudah mati, umpat Zenit dalam hati. Aku sudah membawanya keliling dan berhenti sekian kali. Ini juga sudah malam, hah… kalau dia mati bukan salahku ‘kan?! Ayah Zenit pun berusaha mengangkat tubuh pria yang ada di dalam mobil. Gadis itu sama sekali belum sadar siapa pria yang ada di bagian belakang. “Zenit, kau tidak berniat membantu ayahmu?! aku sedang membereskan kamar kalian.” teriak Ibu Zenit. “Ah iya,” jawab Zenit yang langsung buru-buru keluar setelah menelan air yang dia minum. “Wah, dia besar sekali…” Zenit terperangah karena ayahnya yang bertumbuh tegap tetap sulit mengeluarkan pria di bagian belakang mobil. “Ayah sini aku bantu.” Zenit berusaha menarik kepala sang pria dan mata gadis itu pun membulat. “Hah…” teriak gadis itu. “Zenit, suamimu bisa mati! Cepat bantu!” “Akh!” Zenit kembali berteriak, “menjauh dariku.” teriaknya. Sang ayah yang bingung langsung menjambak rambut anaknya, “Ayah tahu kau sedikit gila, tapi suamimu terlihat sangat menderita jadi jangan seperti itu. Cepat bereskan semuanya, kau harus membersihkan luka-lukanya. Zenit…” Gadis itu memejamkan matanya, Ya, Tuhan… bukankah dia Tuan Carlos Emerlad?! kenapa aku harus bertemu dengannya?! kenapa malah dia Ya, Tuhan, sudah lima tahun tapi dia malah muncul di hadapanku sekarang. Seharusnya aku membiarkan saja dia mati. “Zenit, kau melamun?!” teriak sang ibu, “Zenit anak nakal, cepat bawa suamimu masuk.” Untunglah rumah ayah dan ibu Zenit berada di pertengahan kebun anggur hingga ketika mereka berteriak tidak ada tetangga yang terganggu.  “Iya,” jawabnya pelan. Bunuh saja aku Tuhan, aku tidak bisa hidup seperti ini. Dia sudah membuangku, dia tak kembali setelah malam itu, dan sekarang  muncul di hadapanku. Aku benci dia, Tuan Carlos aku yang akan membunuhmu. Mata Zenit tak berkedip saat tubuh Carlos berbaring di ranjang keramat miliknya. Tubuhnya yang besar dan tinggi membuat Zenit menelan saliva berulang kali. “Lepaskan pakaian suamimu dan bersihkan lukanya, dia sudah mengeluarkan semua peluru. Kau harus cepat jika tidak ingin infeksi.” Zenit hanya diam saat pintu kamar di tutup oleh sang ibu, semua peralatan yang di letakkan dari kamar sudah lebih dari cukup untuk mengobati luka Carlos. Bagaimana pun mereka jauh dari pusat kesehatan jadi orangtua Zenit terbiasa memiliki peralatan lengkap. Hah, sepertinya aku harus menelanjangi dirimu Tuan, mau kita mulai dari mana?! atas atau bawah?! Zenit bicara sendiri.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook