bc

Anaya, Bidadariku

book_age18+
12
FOLLOW
1K
READ
contract marriage
family
independent
neighbor
drama
twisted
small town
poor to rich
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

Cinta Bagas pada Anaya terhalang restu orangtua. Namun, Bagas terus berusaha agar Anaya bisa diterima sebagai menantu dan mendapat restu dari ayahnya, Mandala Hutama.

Perbedaan status sosial menjadi salah satu alasan Mandala menolak Anaya. Mandala juga tidak mau Bagas dikhianati oleh perempuan, seperti dirinya dulu. Oleh karena itu, Mandala berusaha memisahkan Bagas dari Anaya.

Akankah Bagas dan Anaya bertahan di bawah tekanan Mandala?

.

.

Design Cover by: Etherna86

Start Writing: July 2022

chap-preview
Free preview
Satu
Bekasi, 08-08 2020 ___________________ Pagi-pagi sekali, ketika matahari baru mengeluarkan sinar jingganya, pintu kontrakan Bagas sudah diketuk seseorang dengan keras dan tidak sabar. "Bagas! Gas...! Buka pintu!" teriak penggedor pintu itu, berulang-ulang. Sepertinya dia tidak akan berhenti melakukan itu sebelum sosok Bagas membukakan pintu untuknya. Sementara di dalam ruang sebesar 2x3 meter, Bagas yang sedang tidur memeluk guling, sontak terjatuh ke lantai. Anaya yang sedang berada di kamar mandi pun, langsung keluar. "Astaghfirullah! Bagas, kamu kenapa?" tanya Anaya kaget melihat suaminya mengaduh kesakitan di lantai. "Jatuh," jawabnya manja, seperti seorang kecil yang sedang mengadu pada ibunya, sambil mengusap jempol kakinya yang terantuk lantai. "Siapa yang bertamu pagi-pagi begini?" tanya Anaya sambil membantu Bagas bangkit dari lantai. "Tidak tahu. Aku buka pintu dulu. Kamu di sini saja, tidak usah ikut keluar," ujar Bagas lalu berjalan ke arah pintu yang di ketuk. Anaya segera menggunakan kerudung lalu memperhatikan Bagas dari balik partisi kamarnya. Bagas memutar kunci lalu menekan handle, dan pintu pun terbuka. Dia mendapati seorang pria bertubuh tambun, yang tingginya hanya sebatas bahu Bagas, berdiri tegap menatap nyalang padanya. "Ba-Bang Viktor?" sapanya terbata. Bagas mengucek mata seakan tidak mempercayai penglihatannya. Tatapan pria bernama Viktor itu membuat Bagas merinding. Sisa kantuk yang masih Bagas simpan, segera lenyap berganti dengan rasa takut yang menjalar hingga ke dalam tulangnya. "Ma-maaf, Bang. A-ada perlu ap-apa pagi-pagi begini su-dah datang?" tanyanya tergagap. "Ada perlu apa kau bilang?" teriak Viktor dengan logat Bataknya. "Kalau aku sampai datang ke kontrakanmu, berarti sudah waktunya aku mendapatkan uangmu. Sekarang, berikan uangku!" tangannya terulur tepat di depan wajah Bagas yang sudah memucat. "Ta-ta-tapi ... sa-saya belum ada u-u-uang, Bang," ucap Bagas terbata-bata. Dia gemetar menahan rasa takutnya pada Viktor, si pemilik kontrakan. Bagas sudah menempati kontrakan milik Viktor, selama tiga bulan bersama istrinya. Namun, belum pernah sekalipun Bagas membayar uang sewanya, bahkan dia sempat meminjam uang pada Viktor. Sebab itu, Viktor datang untuk menagih janji Bagas, yang meminta keringanan pembayaran per tiga bulan. "Sekarang, bayar uang sewa kontrakan ini sekaligus hutang-hutangmu yang sudah menumpuk setinggi Monas! Atau angkat kaki dari rumahku!" ancam Viktor tepat di depan wajah Bagas. Bagas merosot ke lantai lalu bersimpuh memeluk lutut Viktor. "Tolong beri saya waktu, Bang. Saya mohon jangan usir kami. Saya janji akan bekerja keras untuk membayar hutang-hutang saya. Saya akan berusaha mendapatkan uang yang banyak, agar secepatnya membayar hutang pada Abang," racau Bagas dengan air mata yang mengalir dikedua pipinya. "Bagas! Tolong jangan seperti ini." Anaya keluar dari persembunyiannya, lalu meraih Bagas bangkit berdiri. "Jangan lakukan itu! Aku tidak rela kamu menghamba padanya," ucap Anaya lirih sambil menatap suaminya yang tertunduk lesu. Bagas hanya membisu di hadapan Anaya. Pandangan Anaya beralih pada Viktor. Entah kekuatan dari mana, yang membuat Anaya melakukan tindakan diluar kebiasaannya yang lemah lembut. "Berapa hutang kami?" tanya Anaya tanpa ragu. Viktor mendengkus, menatap remeh pada Anaya. "Sangat banyak! Dari pada kau membuang-buang waktuku, dengan pertanyaan tidak berguna itu, sebaiknya kau mulai mengemasi barang-barangmu!" "Berapa hutang kami?" tanya Anaya sekali lagi. Kali ini dia memberi penekanan pada setiap katanya. Pertanyaan Anaya sukses menyentil ego Viktor, sebagai seorang penguasa. "Lima juta lima ratus ribu rupiah. Tidak ada potongan harga, karena aku penyuka uang," ungkap Viktor dengan angkuhnya. "Tunggu sebentar!" Anaya melangkah masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Viktor dan Bagas yang masih setia berdiri di depan pintu. "Tadi kau bilang tidak punya uang?" sindir Viktor menatap penuh selidik pada Bagas. "Memang betul, Bang. Saya tidak berbohong. Saya memang tidak punya uang sebanyak itu, Bang," cicit Bagas semakin dalam menunduk. "Lalu, untuk apa istrimu memintaku menunggunya? Apa yang sedang dia lalukan di dalam?" tanya Viktor yang di jawab Bagas dengan gelengan. Viktor berdecak lalu mengumpati Anaya. "Hei, betina sok kaya! Mana uangku?" teriak Viktor. "Sebentar!" balas Anaya dari dalam kamarnya. Bagas sudah tidak punya muka lagi untuk menatap Viktor. Dia terlalu malu. Apalagi tindakan Anaya yang mencegahnya mengiba pada Viktor tadi, membuat harga dirinya sebagai laki-laki terlebih sebagai suami Anaya, telah hancur menjadi serpihan debu. Tidak lama kemudian, Anaya datang membawa sebuah telfon genggam ditangan kanannya. Dia berdiri tenang di samping suaminya. "Berapa nomer rekening, Abang?" tanya Anaya pada Viktor tanpa menatap laki-laki yang mungkin lebih tua lima tahun darinya. Langsung saja Viktor menyebutkan rangkaian angka yang di minta Anaya. Semenit kemudian, terdengar suara yang berasal dari saku kemeja bermotif kotak-kotak yang melekat dibadan Viktor. Ternyata bunyi itu berasal dari notifikasi ponselnya. Viktor terlihat serius menatap ponselnya. Matanya tiba-tiba membesar setelah membaca sebuah notifikasi mobile banking, yang baru saja muncul pada layar telfon genggamnya. Kemudian dia melirik Anaya dan Bagas bergantian. Setelah itu dia kembali fokus pada layar telfon selulernya, untuk memeriksa mutasi saldo rekeningnya. Viktor tersenyum lebar setelah melihat saldo pada rekeningnya bertambah. "Aku suka uangku bertambah," ucap Viktor diikuti tawa besarnya. Tanpa berpamitan apalagi mengucapkan terima kasih pada Anaya dan Bagas, Viktor melangkah menjauh dari hunian yang disewa sepasang suami istri itu. "Tunggu," seru Anaya menghentikan langkah Viktor. Laki-laki berkumis tebal itu berbalik menghadap Anaya. "Malam ini, kami akan pergi dari sini." "Kenapa?" tanya Viktor panik. Dia tidak suka jika salah satu sumber uangnya hilang. Viktor mematok tarif sebesar satu juta rupiah per bulan, untuk penyewaan rumah petak tiga miliknya. Sedangkan pemilik kontrakan di sekitar bangunan Viktor, menawarkan harga lebih rendah darinya. Sejak wabah virus corona menyerang dunia, dia kesulitan mencari penyewa kontrakan. Oleh karena itu, dia tidak suka ketika Anaya menyampaikan keinginannya untuk pergi dari kontrakannya. "Karena saya sudah tidak suka berada di sini," jawab Anaya. "Jadi, saya ucapkan terima kasih untuk tiga bulan ini." Anaya langsung menutup pintu. :( Bagas masih berdiri kaku dihadapan Anaya. Dia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Dia mendengar semua ucapan Anaya dan Viktor, termasuk keinginan Anaya untuk pergi dari kontrakan ini. Anaya pun belum bersuara sejak menutup pintu. Mereka sepertinya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sebelum menikah dengan Bagas, Anaya sudah bekerja disebuah bank milik pemerintah, sebagai costumer service. Sejak Bagas tidak memiliki pekerjaan, Anaya yang membiayai semua kebutuhan mereka. Karena keadaanlah yang menjadikan pasangan suami istri itu bertukar peran. Tidak pernah sekalipun Anaya mengeluhkan bebannya, sebagai tulang punggung, pada Bagas atau kepada siapapun. Dengan berbekal sabar dan tawaqal, Anaya bertahan dan menerima ujian yang menimpa rumah tangganya. Anaya menghela nafas panjang, mencoba meredakan gejolak perasaan tidak nyaman dihatinya. Dia merasa sedikit pusing dan sesak akibat menahan kesal pada Viktor. Dia juga sedikit kecewa dengan sikap Bagas tadi. Namun, tidak ada gunanya juga dia meluapkan amarah saat ini. Anaya hanya akan membuang-buang energinya saja dan itu tidak menyelesaikan masalah. "Bantu aku berkemas," ucap Anaya pada akhirnya. "Iya, Nay," sahut Bagas bersuara lemah. Dengan langkah lambat, dia berjalan dibelakang Anaya. Usia pernikahan mereka baru berjalan enam bulan, namun Bagas sudah merasa gagal sebagai suami Anaya. Dia tidak berdaya. Terlintas dipikiran sempitnya, jika Anaya meminta untuk berpisah, Bagas akan mengabulkannya. Meskipun dihati kecil Bagas, tidak pernah rela berpisah dengan wanita yang amat dicintainya itu. Saat mereka berada di kamar, Anaya langsung mengambil sebuah koper besar dari bawah tempat tidur. Keputusannya sudah bulat. Dia dan Bagas harus segera keluar dari kontrakan Viktor sebelum gelap menyapa. Bagas memasukkan baju-baju mereka ke dalam koper tanpa suara. Dia sudah memasrahkan nasibnya pada Anaya. Dia bahkan merasa tidak memiliki kuasa atas dirinya sendiri. "Mas," tegur Anaya. Bagas yang sedang melipat baju di atas kasur menoleh ke arah Anaya. "Nanti, kamu kembali ke rumah ayah saja." :( ditulis pada bulan Juli, 2022 Etherna86.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Revenge

read
15.2K
bc

BELENGGU

read
64.4K
bc

The CEO's Little Wife

read
626.7K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
7.2K
bc

After That Night

read
8.3K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
53.2K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook