bc

Dipaksa Akrab dengan Istrinya

book_age12+
1.1K
FOLLOW
8.8K
READ
revenge
love-triangle
independent
confident
drama
small town
illness
polygamy
punishment
wife
like
intro-logo
Blurb

Kupikir, setelah mengikhlaskan suami poligami dengan Filza, dia tak akan melunjak untuk memintaku akrab dengan madu baru. Kukira hidupku akan tenang dan tidak ada drama lagi. Nyatanya semuanya makin rumit. Ditambah sekarang, wanita itu selalu cari masalah, dengki dan suka cari muka. Aku makin malas dengan suami yang selalu terkesan membela. Ah, menyebalkan sekali

chap-preview
Free preview
poligami
Poligami memang diperbolehkan, tapi jujur, aku muak sekali. Bukannya mau jadi pendosa, tapi aku adalah korban yang sangat tersakiti dalam hal ini. ** "Hari ini giliran Abi ke rumah Ummi Gibran," ucap suamiku dengan entengnya. Suami keren yang menganggap dirinya keren karena punya dua rumah, dua ranjang dan dua dapur yang mengepul. Setiap kali beliau mengatakan itu hatiku selalu terasa mencelos, napasku seakan ditahan di tenggorokan, hatiku seakan ditusuk duri dan berbagai perasaan lain yang tak tergambarkan betapa buruknya. Aku ingin mencegah tapi tak bisa. Jujur saja, aku sedang terjebak poligami dan takdir yang memaksaku untuk terikat dalam pernikahan ini. Demi Allah, kalau bukan karena dua orang putri yang masih butuh ayah dan biaya, pasti aku sudah lenyap ke sudut bumi lain atau bahkan dimensi yang berbeda. Iya! "Oh begitu ya ...?" Hah? Pertanyaan macam apa yang baru meluncur dari bibirku, aku sebenarnya tak tahu harus bicara apa lagi tapi lidah ini hanya terarah begitu saja untuk bertanya dengan konyol. "Iya, ini kan harinya Ummi Gibran,"jawab Mas Albi, suami yang akrab kami panggil Abi dalam keseharian. Dia menikahiku dan wanita cantik bernama Filza, wanita yang sudah kuanggap 'perebut' --astagfirulllah-- dalam rumah tangga, pelakor syar'i dengan balutan nama agama dan atas kebaktian pada orang tua. Sementara Mas Albi Pratama adalah Pria tampan dengan wajah dan aura bak purnama itu, siapa saja pasti akan terpukau dengan pesona, kesantunan dan tutur katanya di perjumpaan pertama. Belum lagi dia sangat mapan dan seorang pimpinan. Sungguh, tidak terbantahkan, sumpah! Secara fisik, Mas Albi punya mata coklat yang indah, perawakan sedang dengan dengan janggut halus dan bibir tipis membingkai senyum lebar yang kalau dipandang selalu sukses melelehkan hati, tapi itu dulu, sekarang sudah berbeda. Sejak kehendak mertua yang ingin menjodohkan Abi dengan wanita baru, wanita yang konon katanya sholehah dan cocok jadi adik maduku itu, hubungan kami jadi berubah, kaku, dingin dan aneh, begitu setidaknya bagiku. Tak ada lagi rasa yang menggebu atau rindu tak tertahankan ketika tak berjumpa dengannya. Pun dengan pelakor itu, aku tak pernah menatapnya sejak mereka menikah. Tak Sudi rasanya melihatnya, benci dan iri sekali memandangnya dengan senyum kemenangan yang berhasil merebut suami sholehku. Ya, Mas Albi yang dulu terlihat Sholeh di mataku kini bagai pria durjana yang mengkhianati perasaan dan cinta ini padanya. Cuih! Bagaimana tidak, kucurahkan hidup dan hatiku hanya untuk dia, sementara dia membagi hatinya dengan Filza, Ummu Gibran, wanita cantik yang sukses melahirkan anak laki laki. Melangkahiku yang selalu berjuang agar segera hamil anak laki laki padahal sebelumnya sudah punya dua anak perempuan, Fatimah dan Fatin. Bagaimana aku tak benci, aku sangat benci, kecewa, hancur dan banyak lagi jenis perasaan terluka yang lelah aku deskripsikan dalam kata kata. "Iya, kalau begitu salam untuknya," jawabku dingin. "Akan Abi sampaikan salam ummi untuk adikmu," jawab suamiku sambil membelai pipi ini. Sangat mesra sebenarnya tapi, andai dia hanya melakukan itu padaku, pasti aku sangat bahagia sekali, sayangnya dia lakukan hal sama untuk wanita lain, aku jadi sangat muak pada Mas Albi. Meski rumah tangga kami terlihat harmonis, agamis, mesra dengan sebutan Abi dan ummi, sebenarnya kami sedang mengalami titik rapuh yang sebentar lagi akan runtuh. Dan ya, apa katanya tadi? Dia menyebut Filza durjana itu, adikku? jiah, tak sudi! "Pergi dulu ya," ucapnya sambil membawa stok baju yang baru saja kusetrika. Enak sekali, aku yang setrikakan wanita lain yang pakaikan, lalu setelahnya dia kembalikan baju itu dalam keadaan sudah kotor lusuh, kadang ada aroma percintaan dan bau wanita itu. Ah, kalau ingat dan kumpulkan semua luka jadi satu, tentu akan jadi wanita pendendam diri ini. Kusadari sejak Mas Albi poligami aku merasa nilai ibadahku menjadi sia sia, betapa tidak, sekarang aku lebih banyak menangis, makan hati dan sedih. Belum lagi uang belanja yang kini dibagi dua. Memang aku tak kekurangan, tapi tetap saja, jika aku minta lebih maka jawaban Mas Albi selalu membahas kebutuhan umi Gibran dan anaknya. Ah, capek hati. Belum lagi mertua yang cenderung condong pada Filza. Entah karena Filza adalah anak salah seorang kerabat dan sahabat mereka atau mungkin juga wanita itu pandai cari muka. Lihatlah, hidupku sangat sempurna kan? Meski kami sering keluar, naik mobil mewah, makan di restoran bergengsi dan mesra sebagai Abi dan ummi, semuanya hanya kepalsuan. Aku hancur dan sangat hancur dari dalam. *Kritik, saran, komentar, dan hujatan diperbolehkan, silakan tinggalkan di kolom komentar ya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook