bc

Be Antagonist

book_age12+
99
FOLLOW
1K
READ
goodgirl
sensitive
twisted
mystery
bully
highschool
friendship
illness
lies
sassy
like
intro-logo
Blurb

"Antagonis sebenarnya adalah dia yang mampu berbuat jahat tanpa diketahui oleh siapa pun"

Memutuskan kembali ke kota kelahirannya ternyata tak menyelesaikan masalah. Rossa justru kembali dihadapkan oleh pahitnya pembullyan. Frustasinya berujung petaka. Rossa tergiur ajakan Safira yang bertentangan dengan dirinya.

Ajakan untuk menjadi antagonis.

"Apa mungkin pembunuhnya adalah orang yang kita kenal?"

"Mungkin saja."

chap-preview
Free preview
Prolog
Denpasar, September 2019. Hujan telah mengguyur kota dua hari lamanya. Banyak atap, jalan dan tumbuhan terlihat basah dan menyisakan bekas dingin sentuhan air langit. Pinggiran atap menjatuhkan air tetes demi tetes. Semak-semak rendah yang bagian bawahnya tenggelam dalam genangan air berwarna kecoklatan karena telah tercampur dengan tanah. Tiang-tiang rumah yang lembab serta pepohonan yang menyegar sebab bermandikan hujan. Debit air yang meningkat juga berhasil membuat beberapa noda dan debu tersapu bersih. Tak terkecuali noda darah yang seharusnya berada di sekitaran tubuh mayat perempuan berseragam sekolah di gedung kosong setengah jadi tersebut. Mayat itu tergeletak begitu saja tanpa penutup apapun. Seolah sang pembunuh tahu bahwa hujan akan menghapus jejak kejinya. Polisi dan detektif bergerombol mengelilingi mayat. Bau anyir seolah tak terdeteksi di indra penciuman mereka. Rasa penasaran dan beban kerja menuntut mereka untuk tidak peduli seburuk apa kondisinya. Garis polisi telah membentang mengelilingi lokasi kejadian perkara, sekaligus membatasi para masyarakat yang berkumpul di sekitaran. Kesimpulan sementara dari penyebab kematian adalah terjatuh dari lantai tiga gedung kosong setengah jadi terbengkalai. Prediksi tersebut didasari oleh sebab ditemukan gelang di lantai tiga yang diduga milik gadis yang meninggal atau mungkin milik seseorang yang terlibat. Situasi mulai tidak kondusif saat orang tua korban datang. Ada rasa sesak dan prihatin yang menggema di rongga hati kala wanita yang diduga ibu dari korban menangis histeris sambil berusaha menerobos garis polisi yang telah membentang mengitari lokasi kejadian. Ibu itu ingin melihat lebih dekat wajah putri malangnya, namun dicegah oleh polisi karena takut akan merusak barang bukti yang tersisa. Rumput yang basah serta bau patrikor yang menguar bercampur bau jenazah semakin memancarkan aura duka. Isak tangis terdengar tidak hanya dari sanak keluarga korban. Namun, juga beberapa dari warga yang tenggelam dalam haru. Di lain sisi, seorang gadis berseragam sama dengan mayat yang ditemukan, terlihat gugup dan meneguk kelenjar ludahnya. Tangannya mengepal gemetar dan berakhir pergi meninggalkan lokasi kejadian. Gadis bersepatu kets warna putih tosca itu berjalan dengan cepat, seperti takut tertangkap. Sorotnya memandang sekeliling khawatir. Gadis yang berlari tidak sadar, bahwa ada sepasang mata yang memperhatikan pergerakannya. Seorang gadis berkardigan hitam menatap ke arahnya. Tatapan itu terus mengikuti arah langkah. Pandangan penasaran itu berakhir saat seseorang menyentuh bahu gadis yang menatap. "Rossa." Seorang siswa laki-laki berseragam sama dengannya datang. "Gafi." "Lo lihat apa?" "Bukan apa-apa," sahutnya. Namun masih mencari-cari sosok gadis yang baru saja pergi. Setelah sorotnya tak lagi menemukan apa yang dia cari, pandangnya kembali beralih pada kerumunan warga yang mengelilingi TKP. "Gue pikir lo gak masuk hari ini," ucapnya kepada Gafi. "Gue berencana bolos. Tapi gak jadi pas denger berita ini." Gafi dan Rossa terdiam sesaat. Mereka kembali menatap ke arah kerumunan. "Baru kali ini gue lihat orang mati mendadak, dan ... orang itu ... yang gue kenal pula." Hening kembali. Cukup lama sampai akhirnya suara teriakan wanita di dekat TKP menyadarkan mereka. Rossa mendekat ke sumber suara. Gafi pun mengikutinya. Ternyata ibu korban yang berteriak karena kalut yang tak terbendung saat melihat anak gadis semata wayangnya tak bernyawa dalam kondisi mengerikan. "Menurut lo siapa yang bunuh dia?" tanya Rossa. "Gak tahu." "Apa mungkin pembunuhnya adalah orang yang kita kenal?" "Mungkin aja." "Kalau begitu, apa mungkin dia yang bunuh?" Gafi menoleh ke arah Rossa. Gadis di sebelahnya menunggu jawaban. "Gue ... gak yakin. Tapi bisa jadi ... itu benar."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

f****d Marriage (Indonesia)

read
7.1M
bc

Mrs. Rivera

read
45.3K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.2K
bc

OLIVIA

read
29.2K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
75.7K
bc

See Me!!

read
87.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook