bc

ABU ABU

book_age12+
684
FOLLOW
2.1K
READ
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Dia priaku yang sulit ditebak.

....

Dia terlalu pendiam, namun terkadang dia asyik diajak ngobrol;

Dia pribadi yang tertutup, sekaligus bisa jadi menyenangkan;

Dia pengangguran yang misterius, tapi dia pria beruang yang dermawan.

Dan...

Satu hal yang kutahu tentangnya--- bahwa dia ABU-ABU.

.

.

.

Anastasya, seorang jurnalis di salah satu Redaksi Majalah terkemuka bertemu dengan Azka Aditama di saat gadis itu berdoa dalam rontanya---memohon pinta hadirnya pemilik sang tulang rusuk. Dan disanalah ia, memulai segalanya dengan Azka. Meyakini sepenuh hati bahwa pria tampan yang penuh sejuta misteri itu adalah takdirnya. Tebakan sempurna di satu saat, membuat keyakinan Tasya goyah seketika bahwa pria yang ia yakini tersebut hanyalah seorang pengangguran yang berkasta rupawan.

'Jangan sebut gue Dewi Jurnalisnya WomenNow kalau gue ngak bisa menguak fakta siapa pria Abu-Abu itu sebenarnya.'

-Anastasya Reswari-

chap-preview
Free preview
NO 1 : ZACK MORGINO
Kau gila, Tasya! Ini namanya cari mati, sinting!, gumamku tanpa berani menyuarakannya. Kakiku berjinjit-jinjit kecil. Mencoba menapaki lantai di salah satu lahan parkir milik hotel ini dengan langkah yang dibuat selembut mungkin. Sesekali kudongakkan kepala, memastikan dua mahluk kasmaran di sana masih setia b******u tanpa menyadari akan kehadiranku di sini. Satu langkah lagi, dan di sinilah aku. Bersembunyi di balik tembok basement milik salah satu hotel bintang tiga. Tak tunggu lama, kubidik arah kamera tepat di hadapan mereka dengan tubuh bergertar. Gila! Ini pertama kalinya aku melihat dua mahluk berjakun saling bertukar saliva secara live. Menjijikkan! Isi perutku serasa ingin memberontak. Tapi bagaimanapun aku bersikukuh ingin merekam semua kejadian ini buat dijadikan bukti. "Hah! Elo mau main di belakang gue? Liat saja. Gue bakal balas semua perbuatan lo ini, Zack." Aku sudah bisa membayangkan. Bagaimana pria bernama Zack itu akan berlutut dan memohon ampun di hadapanku. Sambil tersedu, dia akan mengakui semua kesalahannya dan bersedia melakukan apapun yang kumau terhadapnya untuk menebus semua kesalahan fana itu. Cih! Membayangkannya saja aku sudah muak. Apa hebatnya pria dambaannya itu dibandingkan aku?! Yang pasti, sebentar lagi kalian akan mengenal siapa sebenarnya Anastasya Reswari. Dan senyumku pun merekah. "Mbak!", seseorang menepuk pundakku sekali dari arah belakang. Aku yang tak mau kehilangan momen, mendenguskan nafas kesal. Lalu balik menepis punggung tangannya dengan kasar, "Pergi sana!" "Hei!" "Berisik! Jangan ganggu gue!" Alhasil sebuah jaket mendarat tepat di atas kepalaku. Menutup baik itu mata atau bahkan lensa kamera yang masih dalam keadaan merekam. "Oi! Apaan sih ini?! s****n lo nggak ada kerjaan banget ya jahilin orang." Ucapku setengah berbisik. Sontak akupun mengakhiri rekaman video di tangan dan balik menatap si penganggu. "Apaan sih? Sumpah, lo ganggu banget." "Astaga!" pekikanku tertahan saat dua bola mata ini menatap tepat ke arahnya. "Tuhan maha adil!" Entah kenapa, rasa mual yang kurasa barusan berubah jadi manis. Seperti disodorkan permen kapas sebesar manusia, dan benda yang kumaksud adalah mahluk tuhan yang kini tengah memandangiku tak kunjung lepas. Dia menjulang tinggi jauh melebihi puncak kepalaku. Berdiri sambil bersedekap tangan di d**a. "Lihat!" Dagunya menunjuk ke satu arah tak jauh dari keberadaan kami. "Nggak malu tuh tingkah ditonton orang banyak?" Mataku membulat, saat menangkap beberapa sorot mata tengah menatapku sambil berbisik-bisik. Objek pandang mereka bukan dua mahluk tersesat di sana---melainkan aku. Ya, bagaimanapun dan dilihat dari situasi apapun, bukannya aneh ada wanita karir sepertiku merekam perbuatan tak senonoh dengan senyuman puas menghias raut wajah di jam sebelas malam pula. Wassalam, aku benar-benar gila. *** Zack Morigino, seorang pria blesteran Indo-Thailand. Dia berstatus sebagai pacarku selama lima tahun dua belas hari dan tiga jam. Damn! Namun status itu segera kutalak saat tak sengaja aku memergokinya tengah b******u dengan seorang pria di lahan parkir sebuah hotel. Bagaimana bisa?! Adalah padan tanya yang terus berputar-putar di otakku sekarang. Zack yang sepantasnya disandingkan dengan model ala Vogue itu, harus kuakhiri dengan alasan paling tak bisa kuterima--- mantan gantengku seorang homo. Arrgghh! Gue pengen mati tua rasanya. Kembali aku merutuki diri. "What the hell! He kissed him. But he never did that such thing to me. How come?! He totally drives me crazy! My Lord!" Aku mengacak rambut frustasi. Duduk di sebelah mobil Yaris putih, sembari memeluk lutut. Bodoh banget dah lu, Sya!, aku mengibas-ngibaskan tangan saat setan di sisi kiriku tertawa bahagia meratapi nasib ini. Sekali lagi aku berteriak kesal. Perasaanku sangat, sangat, dan bahkan sangat berkecamuk. Namun sesaat aku terdiam.  Malaikat sisi kananku ikut berbisik lembut, Sya! Balas dendam gih! Ancam dia dengan rekaman video lo tadi. Lalu kutuk dia ke jalan yang benar, sayang. Aha! Kenapa tak terpikirkan olehku. Aku melengkungkan senyum terlicik seorang Anastasya. Berpikir betapa jeniusnya malaikat yang selama ini numpang lengket di bahu kananku. Tak tunggu lama, aku merogoh tas dan mengeluarkan telepon genggam dari dalam sana. Kuketik deretan kalimat manis teruntuk Zack, mengajak pria itu untuk bertemu di belakang hotel. Dan saat dia tiba, maka giliranku untuk merapalkan kutukan tersebut khusus buatnya. *** Huft! Kutukan tinggalah kutukan! Justru mulutku yang dibuat bungkam oleh pengakuannya. Kulihat dia masih merapalkan kata cinta dan sayang itu hanya untuk Dicky. Ya, dia pria yang kupikir telah berhasil merebut posisiku di hati Zack. Aku kalah. Telak. "s****n lo, Zack! Berengsek! Lo b******n!", umpatku tak perduli lagi dengan raut sesalnya. Aku memuntahkan semua amarah selama hampir sejam penuh kepada Zack, mantan pacarku. s**t! Aku bahkan tak sudi mengakuinya lagi. Bagaimana bisa dengan tak tahu dirinya pria itu mengatakan statusnya dan kupikir terlalu gila untuk diakui, tentu saja olehnya sendiri. "Tenang, baby. Kita bisa bicarakan hal ini pelan-pelan." "Baby! Baby! 'Pala lu!" Dengusku tak terima. "Calm down, Sya! Please!" "Tenang lo bilang? Setelah puas lo cerita tentang hubungan kalian berdua. Lo masih bisa bilang 'tenang' ke gue?" "Tapi, Sya. Percuma juga kita pertahankan hubungan ini. Tolong, ngertiin gue." Pinta Zack dengan wajah memelas. Namun, jangan lupakan jika manusia di hadapanku ini punya kasta rupawan yang selalu berhasil meruntuhkan semua egoku selama bersamanya. Zack menatapku dengan pandangan teduh. Sedikit tersenyum dan ia siap melempar tubuh wangi Dunhill Blue-nya ke arahku. Tubuhku mematung. Namun bisik-bisik di sisi kiriku kembali hadir bersuara, Eh! Sadar lo! Jangan aneh-aneh deh. Lo lagi dalam mode kalap. Macam kepelet aja lo sama parfumnya. Aku menggelengkan kepala. Seperti tak ada habisnya kini giliran sisi kananku pula yang coba merayu, Ckck! Tasya duh Tasya! Balas peluk gih! Rejeki anak sholeh jangan didustakan, cinta. Baiklah, cukup! Selepas ini, aku wajib menyambangi seorang psikolog. Situasiku tak lebih hanya seperti lawakan buat dua malaikat yang numpang senderan di kedua bahuku selama dua puluh delapan tahun keberadaanku tercipta di dunia ini. "Kita baikan ya, Sya. Gue masih sayang lo." Zack masih dengan wajah tampannya, malah makin mendekat. "Lupa?! Lima tahun, Zack. Kita sudah jalani hubungan ini selama lima tahun. Dan apa lo masih berniat bungkam jika tadi gue nggak nemu fakta kalau lo itu---", Cukup! Lidahku bahkan terlalu keluh jika harus menyebut kata nista tersebut. Yang bisa kulakukan hanya memandangnya dengan perasaan kecewa, marah, dan juga sakit. Berpikir bahwa waktu terlalu sombong mempermainkan tiap detik yang ia putar di hidupku bersama sesosok pria yang sangat kucintai. "Gue sayang lo, Sya. Tapi gue juga sayang Dicki. Maaf gue nggak berani jujur karena gue nggak mau lo sakit hati." "Berengsek lo! Bagaimanapun lo tetap nyakiti gue. Gue bodoh sudah nyia-nyiakan waktu lima tahun berharga gue cuma buat orang seperti lo!" "Tapi Dicky--- he's too special for me. Someone I trust a lot. Someone who treats me like a real man I like to be." Mendengar akuannya, membuat desir darahku makin menggila. Aku menatap nyalang pandangan itu. Dan s**l! Mata sendunya begitu redup saat nama Dicky terlontar di bibir tipis seorang Zack Morgino. Dan yang tak bisa kuterima adalah, cara dia membandingkan si t***l Dicky denganku---sebagai orang yang pernah menaruh sejuta harap padanya. "Maksud lo, gue nggak memperlakukan lo layaknya lo itu manusia? Oh, hell! Jadi selama ini lo anggap apa cinta gue? Sampah?! Notice this! Lo itu yang sampah, Zack! Dengar nggak lo? Elo, juga kekasih lo si Dicky s****n itu layaknya sampah yang bisanya cuma ngotori lingkungan! See! Bagaimana masyarakat melihat sepasang kekasih yang tak lazim seperti kalian! Lo dan kelainan lo itu, sampah!" Habislah semua kata-kata kasarku berhambur di terpa udara malam. Dan kulihat, Zack memberang. "TASYA! How dare you! Jangan pernah lo ngatai Dicky seperti itu!" "Is it not clear for you, Zack Morgino? Sampah artinya, lo dan Dicky itu sudah sepantasnya dibuang." "Well, bagi masyarakat, ya. Tapi bagi gue, lo yang sampah. Dicky's so a precious guy anyway. Dan lo, sama sekali nggak ada harganya buat gue!" Kemana kata-katanya barusan yang merasa tak enak untuk menyakitiku? "Lo dan Dicky menjijikkan, Zack! Bagaimana bisa gue nggak nyadar kalau lo itu gay. Lo ngak normal! s**l gue bisa kenal lo. Lo masih mau main rahasiaan ke gue, Zack? Oke! Gue bakal bongkar keabnormalan lo ke orang-orang. Just see soon!" Justru sekarang, aku melihat sisi lain dari Zack. Sisi yang tak pernah dia tampakkan selama kami saling bersama. Tak tunggu lama, Zack menarik kerah baju yang kukenakan. Aku bahkan dengan ringannya ia hempas ke tanah. Tak sampai di situ, pria itu justru ikut membungkuk, mengukungku dengan dua tangan yang bekerja masing-masing. Satu tangan membekap mulut dan yang lainnya coba membuka kancing kemejaku dengan paksa. "Gue normal, anyway. I'll prove it to you, beb." Aku meronta! Menangis tanpa bisa bersuara. Tuhan, aku menyesali semuanya! Apa seperti ini takdir yang kau rancang untukku? Dimana semua rencana indah itu? Dimana pemilik tulang rusukku yang kau janjikan itu? Kenapa aku harus berakhir dengannya? My Lord! Just help me, please! BHUUKKK! Akhirnya dua tangan b******n itu menjauh tak berdaya. Dia terpental jauh ke sisi kiri. Aku melirik ke arah sebelah, dan sesosok pria tinggi tengah menatapku dengan tatapan miris. Dia, pria tersebut, berdiri tegap di antara aku dan Zack. Dia? Si permen kapas! "Apa-apaan lo! Jangan ikut campur urusan kami!", Zack mencoba bangun seraya memegang bibirnya yang ternyata telah berlumur penuh darah hasil karya si pria jangkung. Pria itu tersenyum mencemooh, sambil melipat kedua tangannya di depan d**a, "Sayangnya kalian salah memilih waktu. Jangan b******a sebelum dia sah jadi milikmu di hadapan Tuhan." "Ceramah di mesjid sana, lo! s**t!" "Syid?--- Oh! By the way, nama saya bukan Rasyid." "f**k!" "Nama kamu, Fak?" "Sinting lo! Gue bakal balas bogem mentah lo ini suatu saat." "Terserah! Yang penting bukan sekarang. Saya perlu antar pulang dulu wanita menyedihkan ini." "Lo---" "Sorry. Tapi sepertinya kamu nggak punya hak lagi buat dekati dia. Atau saya akan kirim video ini ke yang berwajib. Tolong camkan itu, mas Fak-ir." Pria itu mengantongi handphone yang ia pegang ke dalam kantong celananya. Dengan sigap ia melepas jaket, membungkuk, dan menyelimuti jaket tersebut menutup depan tubuhku yang sekarang terlihat begitu menyedihkan. Pria itu tak tersenyum sama sekali. Dan saat tangannya terulur untuk membantuku berdiri, suara berat itu menyebut satu nama. Nama yang akan selalu diingat sebagai pemilik tulang rusuk untukku dari-Nya. "Saya Azka. Jangan takut. Saya antar kamu pulang." ***  -TBC-

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

I Love You, Sir! (Indonesia)

read
260.4K
bc

Marriage Not Dating

read
549.8K
bc

The Perfect You (Indonesia)

read
289.7K
bc

Love Match (Indonesia)

read
173.0K
bc

Pengantin Pengganti

read
1.4M
bc

CEO Mesum itu Suamiku

read
5.1M
bc

Orang Ketiga

read
3.6M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook