bc

Sebuah Kehadiran

book_age12+
35
FOLLOW
1K
READ
friends to lovers
confident
sporty
drama
comedy
sweet
humorous
friendship
school
like
intro-logo
Blurb

Berawal dari sebuah rasa penasaran, Zulfikri mencoba untuk mendapatkan perhatian dari Sofia. Perempuan yang terkenal jutek dan galak itu membuat penasaran dan mempunyai ketertarikan sendiri dari seorang Zulfikri yang lumayan terkenal di sekolahnya karena wajahnya yang good looking.

Sudah terlalu banyak perhatian yang diberikan cowo humble itu pada Sofia. Tetapi semakin Zulfikri mengejar cintanya, keadaannya malah cintanya semakin jauh. Diperburuk oleh hilangnya kepercayaan dari Sofia terhadap Zulfikri membuat perempuan itu menjadi perempuan yang terdingin yang penah Zulfikri temui.

Adakah cara untuk mencairkan hati seseorang yang sedingin gunung es? Atau adakah cara untuk Zul agar bisa memasuki pintu hati Sofia yang setebal brangkas?

chap-preview
Free preview
Si Botak
    Ahmad Zulfikri, biasa dipanggil Zul. Remaja tanggung berumur 17 tahun itu terbangun kaget dari tempat tidurnya di hari Minggu pagi. Bukan karena alarm atau mimpi buruk, melainkan karena sebuah bantal tebal mendarat tepat di kepalanya yang dilempar oleh ibunya yang sedang jengkel karena mendengar suara musik metal yang sangat kencang dari alarm hape Zul di kamarnya.       “Ahmaadd Zulfikrriiiii! Astaghfirullah itu alarm berisik banget ya ampun, satu rumah denger tapi yang punya hape tetep aja pules,” Teriak ibunya Zul dari pinggir tempat tidur di kamar Zul.       Dengan setengah sadar, Zul mencari ponselnya dan mematikan alarm sambil menjawab omelan ibunya. “Iyaa bu, ini udah mati niih alarmnya..”       “Kamu tuh ya, kebiasaan masang alarm kenceng cuma buat bangunin orang lain biar orang lain bangunin kamu. Awas besok bangunin orang lain lagi pake alarm berisik, ibu buang hapenya biar tau rasa!” Lanjut omelan ibu Zul sambil beranjak pergi keluar kamar Zul.       Ya, begitulah keadaan rumah Zul hampir setiap pagi. Kebiasaan seorang Zulfikri yang sulit bangun pagi tepat waktu membuat dia memutuskan untuk mengganti nada dering alarmnya di pagi hari dengan musik metal yang keras. Niatnya sih agar dia cepet bangun karena alarm berisik itu. Tapi nyatanya, dia malah sering dibangunkan langsung oleh orang lain seperti ibunya yang sering ngomel karena alarmnya yang berisik itu.       Hari Minggu merupakan jadwal rutin Zul untuk berolahraga. Diawali dengan jogging pagi dan latihan basket di sekolah bersama tim basket sekolahnya, lalu menyusul pada sore harinya latihan futsal dengan tim futsal di komplek perumahannya. Selain itu, Zul juga suka berbagai kegiatan olahraga di sekolahnya seperti bulu tangkis, voli, sampai tenis meja sering Zul mainkan bersama teman-temannya di sekolah. Dengan tinggi 175cm dan badan yang ideal, membuat cowok berambut cepak ala prajurit militer ini sering dilirik cewek-cewek di sekolah atau lingkungan dia berada. Apalagi dengan wajah yang enak dilihat, tidak jelek dan tidak terlalu tampan, asik diajak ngobrol, membuat para cewek seusianya mudah nyaman jika berada di dekat Zul.       Memiliki kepribadian yang simple membuat Zul menjadi orang yang cekatan dan easy going dalam pergaulan dan keseharian. Cara berpakaian yang rapih setiap ingin bepergian juga menambah nilai plus cowok satu ini. Tanpa banyak orang tahu, Zul aslinya memiliki sifat yang memiliki selera humor yang sedikit anjlok dan garing. Urat malunya juga seperti sudah putus. Malah kadang teman-temannya yang merasa malu saat melihat tingkah Zul yang absurd, contohnya seperti saat dia mengajak ngobrol replika tengkorak manusia di lab biologi yang kebetulan guru biologi sudah memasuki kelas dan berdiri di belakang Zul tanpa sepengetahuan Zul. Dibalik banyak nilai plus pada tubuh Zul, selalu ada teman Zul yang akan membatin dalam dirinya ketika tingkah absurd Zul keluar. “Perasaan dulu sebelum kenal ini anak, orangnya idaman deh. Pas udah kenal deket kenapa kelakuannya kebalik begini ya.”       Tapi ada sifat yang membuat para cewek mengabaikan tingkah absurdnya seorang Zulfikri. Kebaikan hati, ramah, dan sopan. Ketiga sifat ini kadang membuat beberapa cewek jadi salah paham pada Zul dan dengan mudah menaruh hati padanya. Walaupun banyak cewek yang mencoba mendekat, seorang Zulfikri memiliki sifat yang mungkin langka untuk kebanyakan cowok ganteng diluar sana, kesetiaan. Didikan ibunya yang tegas membuat Zul selalu mencoba baik dan menghargai orang lain di sekitarnya, terutama kepada wanita. ***     “Bu, Zul jalan dulu ya ke sekolah,” Ujar Zul sambal mencium tangan ibunya dan berpamitan.        “Basket lagi? Duit jajannya udah ada belum? Nih kalo belum,” Tanya ibu Zul sambil membuka dompet.       “Udah bu, ini masih ada yang kemarin dari bapak. Nanti kalo kebanyakan pegang duit, Zul malah jajan cemilan mulu di sekolah, hehe..” Jawab Zul sambil tersenyum. Zul memang suka ngemil, apalagi kalau lagi gabut di rumah pasti di tangannya selalu ada cemilan untuk menemani kegabutan Zul.       Setelah mengecek barang bawaannya dan bersiap pergi dengan motornya, Zul berpamitan sekali lagi dengan ibunya dari luar pagar rumahnya. “Jalan dulu ya bu, assalamualaikum..”       “Waalaikumsalam, hati-hati, jangan ngebut.” Ujar ibunya Zul sambil menutup pagar rumah.       Jarak rumah Zul dan sekolahnya lumayan jauh, sekitar 10 kilometer untuk ke sekolahnya. Dengan menggunakan sepeda motor, Zul biasa menempuh waktu 20-30 menit untuk sampai ke sekolah. Karena masih pagi dan bertepatan pada akhir pekan, kondisi jalanan ibukota saat itu masih sepi dan segar. Baru saja sampai di parkiran sekolah, Zul mendengar seseorang memanggil namanya dari arah gerbang sekolah.       "Bootaaaaakkk..!” Teriak seorang cewek dari kejauhan sambil melambaikan tangan dan berlari ke arah Zul.       Zul menoleh, reflek kagetnya seperti seorang maling motor yang tertangkap basah dengan helm yang masih terpasang di kepalanya. Dengan memasang ekspresi panik, Zul segera membawa tas sepatunya dan segera berlari menghindari cewek yang sedang berlari ke arahnya.       “Ihh apaan sih kok gue samperin malah kabur tuh anak, nyebeliinn..!” Ujar cewek itu saat di sebelah motor Zul sambil cemberut.       Dia adalah Indah, sahabat terdekat Zul di sekolah dari saat mereka masih duduk di bangku kelas 1 SMA. Persahabatan yang mereka jalin sangat erat, sudah seperti orang pacaran. Mereka satu frekuensi dan juga punya beberapa persamaan sifat, salah satunya dalam hal ngemil. Walaupun Indah sering ngomel saat diajak jajan oleh Zul karena mengingat berat badannya yang semakin bertambah, ajakan dan rayuan Zul saat mengajak Indah berburu jajanan atau cemilan selalu berhasil mematahkan niat Indah untuk diet. Kedekatan mereka juga sering membuat salah paham teman-teman mereka di sekolah. Setiap ada Zul, pasti ada Indah di sebelahnya, sudah seperti pasangan bucin serasi. Karena gaya rambut Zul yang lebih terlihat seperti botak ketimbang cepak, Indah mempunyai nama panggilan tersendiri untuk Zul yaitu “Si Botak”.       Dengan muka cemberut dan sedikit sebel, Indah menghampiri Zul yang sedang bersiap memakai sepatu basketnya di pinggir lapangan sekolah. “Heeh Tak, lo kenapa kabur deh tadi gue samperin juga di parkiran,”       “Ooh itu lo? Gue kira siapa tadi ada ibu-ibu lari nyamperin gue. Kan takut gue jadinya, haha,” Jawab Zul dengan nada bercanda.       “Ih emang gue kayak ibu-ibu ya? Gak lah, masa menggemaskan gini dibilang mirip ibu-ibu sih, Tak. Btw, kok lo udah di sekolah aja sih bukannya latihan basket jam 7 ya? Sekarang aja masih jam setengah 7 tau. Lo rajin banget jadi anak, heran gue. Gak tiap berangkat sekolah, latihan basket, lo dateng ke sekolah selalu pagi begini. Apa jangan-jangan lo gapernah tidur ya makanya bisa dateng ke sekolah tiap pagi tanpa kesiangan?” Tanya Indah dengan rasa ingin tahu yang sangat tinggi.       “Ya ampuun Indaah, lo pagi-pagi kenapa udah cerewet banget. Gue sampe bingung mau jawab apa nih. Udah ah gue mau pemanasan dulu sama ambil bola basket di ruangan Pak Ijat,” Ujar Zul sambil bergegas menuju ruangan Pak Ijat di dekat kantin sekolah.       “Yah jangan tinggalin gue dulu dong, gue masih nungguin Astuti nih soalnya mau ada rapat nanti buat acara lomba tahunan di sekolah kita beberapa bulan lagi,” Ujar Indah dengan nada memelas.       Langkah Zul terhenti dan kembali menghampiri Indah. Sambil mengulurkan tangannya, cowok itu mengajak Indah untuk berdiri dari tempat duduknya. “Yaudah sini ikut gue, temenin ke ruangan Pak Ijat,”       “Naahh gitu dong, baru namanya temen gue nih,” Ujar Indah sambil tersenyum dan menggapai tangan Zul yang membantunya untuk berdiri.                             Begitulah Zul, bersikap jahil terhadap Indah sudah seperti kegiatan rutin baginya. Walaupun Zul sulit bangun pagi tanpa alarm, tapi dia tidak pernah telat masuk sekolah atau telat latihan pagi. Kedisiplinan Zul terhadap waktu memang bisa diacungi jempol. Seperti yang dikatakan Indah, hari itu Zul tiba di sekolah 30 menit lebih pagi dari jadwal latihan. Bahkan Pak Ijat, guru olahraga dan pelatih basket di sekolahnya saja belum terlihat saat Zul datang ke sekolah pagi itu.       Saat sampai di depan ruangan Pak Ijat, Indah menghentikan langkah mereka. “Eh tunggu sebentar deh, kan Pak Ijat belum dateng, kenapa kita malah ke ruangannya duluan? Bukannya ruangannya dikunci ya? Trus ngapain kita ke ruangannya?”   “Kan gue udah pegang kunci ruangannya Pak Ijat, nih kuncinya.” Jawab Zul sambil memperlihatkan kunci ruangan Pak Ijat dan segera membuka ruangan itu untuk mengambil bola basket yang memang sengaja disimpan di ruangan Pak Ijat.       Zul memang sudah menjadi murid kesayangan Pak Ijat sejak tahun lalu. Selain karena Zul berbakat pada bidang olahraga, sifat Zul yang cekatan dan bisa dipercaya juga membuat dia seakan menjadi asisten pribadi Pak Ijat saat jam pelajaran olahraga di sekolah. Selera humor Zul yang garing itu juga cocok dengan jokes bapak-bapak seperti Pak Ijat. Dan karena Pak Ijat juga, Zul dikenal semua guru di sekolah terutama guru laki-laki. Untung saja sifat Pak Ijat yang cenderung centil ke setiap cewek di sekolah itu gak menular pada Zul.       Beberapa menit kemudian, terdengar suara motor bebek memasuki gerbang sekolah. “Nah itu dia si bapak akhirnya dateng.” Ujar Zul dengan nada pelan.       Pak Ijat segera memparkirkan motornya dan menghampiri Zul. Dengan rambut tipis dan kumis mengkilap khas bapak-bapak, Pak Ijat mulai membuka pembicaraan. “Wih si Ijul udah dateng, udah dari tadi, Zul?”       “Dari jam setengah 7 sih, Pak,” Jawab Zul.       “Bola udah diambil kan? Yaudah, kamu pemanasan trus jogging dulu sana sambil nunggu temenmu yang lain.” Ujar Pak Ijat.       Melihat Indah yang sedang sendirian di pinggir lapangan, Pak Ijat mulai mengeluarkan kata-kata genitnya. “Eh ada si Indah juga, kok sendirian kamu? Sini mending temenin bapak ngeliatin si Zul muter-muter lapangan tuh,”       “Wah.. Gak dulu deh pak, perut saya tiba-tiba mules nih. Kayaknya efek sarapan tadi terlalu pedes bikin sakit perut. Saya permisi dulu ya pak, mau ke kamar mandi.” Ujar Indah yang terpaksa memasang wajah ramah dengan sedikit tersenyum ke arah Pak Ijat. Dia sengaja menghindari Pak Ijat dan bergegas ke arah kantin, bukan ke arah kamar mandi. Bagi Indah, lebih baik dia bengong di kantin sendirian dari pada harus temenin Pak Ijat ngobrol. Sereemm.       Zul yang tidak sengaja mendengar perkataan dan melihat ekspresi Indah, langsung menahan tawanya sambil menutup mulutnya dengan tangan kirinya dan melanjutkan jogging keliling lapangan. Zul memang paling senang saat melihat sahabatnya itu sedang dijahili oleh Pak Ijat.       Tidak harus menunggu lama, Astuti akhirnya datang menghampiri Indah yang sudah menunggunya di kantin sekolah. “Indaaahh, maaf ya jadi nunggu lama. Tadi gue nunggu kabar dari Sofia dulu, soalnya dia bilang semalam kalo dia mau bareng sama gue buat jalan ke sekolah pagi ini, tapi tadi orangnya malah gak ada kabar. Jadinya gue langsung aja kesini pas tau lo udah sampe,”       “Oh iya gapapa Tut, santai aja. Gue juga belum lama kok nyampenya,” Ujar Indah pada Astuti. Indah, Astuti, dan Sofia merupakan teman sekelas. Mereka juga merupakan panitia acara lomba tahunan di sekolah. Astuti dan Sofia juga merupakan teman sekelas Zul.   ***       Hari itu, semua rencana kegiatan Zul seakan berjalan seperti biasa. Mulai dari olahraga pagi, sampai bermain futsal di sore hari bersama teman-teman Zul di komplek perumahannya. Sampai pada malam harinya, terjadi sesuatu hal yang membuat Zul sangat sedih.       Ponsel Zul berdering, menandakan sebuah panggilan masuk. Zul mengernyit menatap sebuah nomor tidak dikenal yang menghiasi layar ponselnya. "Siapa nih? Kok nomor doang?" tanya Zul sebelum menerima panggilan.                 “Halo, Zul? Ini Anin, pake nomor baru,” Ujar seorang cewe misterius itu.       “Loh kamu, Nin? Aku baru aja mau nelfon kamu, mau nanya kenapa kamu tiba-tiba gak bisa dihubungi dari tadi sore. Ada apa deh? Kamu kemana aja, sayang?” Tanya Zul dengan nada khawatir dan penuh tanya.       “Udah gak usah pake sayang-sayangan lagi, aku mau putus. Aku udah bosen sama kamu dan merasa kamu udah gak cocok buat aku. Nomor kamu udah aku block, jadinya aku nelfon pake nomor lain,” Jawab Anin dengan cepat dan jutek.       Untuk beberapa detik, Zul tidak bisa berkata apa-apa. Semua seakan terhenti untuk sejenak. Matanya kosong dan dia masih mencerna apa yang baru saja terjadi. “Hah?! Kamu ngomong apaan sih? Salah aku apa Nin? Kamu kayaknya kerasukan deh ini,” Ujar Zul untuk mencairkan suasana.       “Salah apa? Banyak! Udah ya, gausah hubungin aku lagi.” Suara Anin yang sedikit emosi itu mengakhiri percakapan di telfon.       Percakapan Zul dengan Anin malam itu membuat dunia Zul seakan runtuh dan membuatnya bingung. Cowok itu kehabisan kata-kata dan mulai memegangi kepalanya dengan kedua tangan, seperti tidak percaya apa yang baru saja terjadi. Dia tidak bisa begitu saja kehilangan Anin, pacarnya sejak duduk di bangku kelas 3 SMP. Walau ego yang dimiliki Anin terbilang sangat tinggi, Zul sudah bisa menerima sifat itu dan menjadikannya sebuah kekurangan Anin. Karena menurut Zul, saat seseorang jatuh cinta, maka orang itu harus bisa menerima semua yang ada di diri seseorang yang dia cintai dan menganggap semua itu sudah satu paket yang harus diterima beserta segala konsekuensi yang ada. 2 tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi Zul untuk menyayangi seseorang yang sama. Dengan segala ketulusan yang dia punya, ternyata belum bisa membuat Zul mempertahankan Anin dan harus kalah dengan sifat ego yang dimiliki cewek berparas cantik itu.       Tidak ada cara lain bagi Zul untuk bertanya kepada Anin. Semua kontak Zul sudah diblokir oleh Anin. Mulai dari nomor ponsel sampai akun sosial media. Seakan sudah tidak diberi kesempatan, yang bisa dilakukan Zul hanyalah pasrah dan harus segera mengikhlaskan Anin. Tapi semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.   

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.5K
bc

DENTA

read
17.0K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

Head Over Heels

read
15.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook