bc

Why Not Me?

book_age18+
531
FOLLOW
1.7K
READ
love-triangle
goodgirl
drama
bxg
office/work place
first love
classmates
sacrifice
like
intro-logo
Blurb

Terjebak antara dua wanita. Kekasih atau sahabat? Mana yang akan Jardin pilih?

Jika mencintai sahabat sendiri adalah dosa, mungkin Jardin seharusnya mengerak saja di neraka. Sejak mengenal Ratu, hatinya tak pernah berpaling ke gadis lain satu kalipun. Jardin mencoba memperjelas perasaannya, ia mau lebih dari teman. Sayangnya hal itu membuat Ratu semakin menghindar.

Demi menjaga pertemanan dengan Ratu, Jardin akhirnya memacari Jean. Siapa sangka komitmen pelarian itu awet hingga bertahun lamanya. Orang tua Jean lama kelamaan menuntut Jardin menikahi putrinya, sementara hati Jardin tetap menginginkan Ratu.

Apa yang sebaiknya Jardin lakukan? Kenapa sulit sekali mengikuti kata hatinya? Kenapa Ratu tak pernah melihatnya sebagai pria? Apa kekurangannya?

chap-preview
Free preview
1
"Din! Bangun bentar dong! Jardin!" Suara yang nyaris berbisik itu keluar dari bibir tipis Ratu, perempuan berpiama serba hitam tersebut sukses menyelinap ke kamar Jardin dan mengguncang tubuh pria itu dengan gemas. Kesal karena hanya dibalas gumaman tidak jelas, Ratu pun memutuskan untuk memakai cara tradisional. Dengan sekali hantaman, bantal yang mendarat mulus di perut Jardin sontak membuatnya terbangun. "Temenin ke toilet!" serobotnya saat melihat Jardin akan melampiaskan murka. Pria itu terlihat setengah sadar dengan mata merah melotot ke arah Ratu. Jardin menyeret tubuh lelahnya meninggalkan kasur dan memimpin jalan ke arah dapur. Rumah warisan neneknya itu memiliki kamar mandi yang terpisah dari bangunan utama. Wajar saja jika Ratu meminta Jardin untuk menemaninya ke kamar mandi pada jam setengah dua dini hari. Dalam perjalanan yang berjumlah 50 langkah itu Jardin tidak berhenti mengomeli Ratu. "Jam segini ya wajar lah gue minta ditemenin!" Jardin berhenti melangkah dan berbalik menatap Ratu. Diangkatnya tangan perempuan itu tinggi-tinggi. "Tangan sekuat ini harusnya setan yang takut digebukin, paham?" sindirnya pada kekuatan pukulan Ratu tadi. Ratu mencebik kesal. Ia mengambil langkah lebih dulu sambil memastikan bahwa Jardin masih berjalan di belakang. "Tungguin! Jangan pergi, lo!" titah Ratu sembari mengacungkan tinju ke arah Jardin. Jardin menghela napas, mencoba bersabar. "Bacot lu! Cepetan!" desaknya kemudian mendorong Ratu untuk masuk ke kamar mandi. Jardin menawarkan Ratu untuk minum kopi bersama saat singgah di kabinet setelah menemaninya ke kamar mandi. Dia sangat yakin tidak akan bisa kembali tidur sekarang karena kantuknya terserap habis oleh kelakuan Ratu. "Gak, ah! Gue penerbangan pagi. Tidur, yuk!" Jardin tersenyum miring. Tampak luar biasa kesal mendengar jawaban Ratu. Tidur lu bilang? Lu udah bangunin gue dengan kurang ajarnya sekarang ngajak tidur? Gue loncatin juga lu dari jendela! Umpat Jardin dalam hati. Daripada melampiaskan kekesalannya pada perempuan minus kesadaran sejenis Ratu, Jardin lebih memilih menyalurkan waktunya untuk bermain game. Menumpuk emosi itu tidak baik adalah yang selalu diucapkan Jardin kepada diri sendiri jika sedang menghadapi Ratu dan koloninya. Pria itu menggeleng pasrah sembari meninggalkan Ratu di belakangnya. "Din, lo kok main game, sih?! Jam berapa ini? Besok lo gak kerja? Tidur gih!" Ratu dengan suara seraknya menghampiri Jardin di ruang khusus bermain game yang berada tepat di sebelah kamar Ratu. "Berisik, lu!" hardik Jardin mengayunkan tangannya untuk mengusir Ratu. Ratu memukul bahu Jardin dengan kesal, "lo yang berisik, Bambang! Jam segini lo main sama siapa sih? Yakin lo dia manusia beneran?" omelnya kemudian dibalas Jardin dengan mendesis pelan untuk meredakan rasa kesal yang belum juga mereda. "Din! Udahan aja 'napa? Tiduuur! Keyboard lo itu berisik banget!" Ratu berusaha menarik Jardin supaya beranjak dari singgasana. Mulut Ratu otomatis terbuka lebar, tidak percaya bahwa tangannya dihempaskan begitu saja oleh Jardin dan membuatnya terhuyung ke belakang. Jardin memutar kursinya menghadap Ratu dan menatap perempuan itu seolah akan mengunyah Ratu hidup-hidup. "Denger ya, ibu akuntan yang terhormat! Lu lagi numpang di rumah gue. Gue tuan rumah. Lu yang numpang kenapa lu juga yang jadi penguasa?! lagian gue gak bisa tidur lagi setelah lu bangunin dengan cara se'lembut' itu, sialan!" Habis sudah. Umpatan yang ditahan Jardin sedari tadi meluncur bebas. Ratu melengos, menggelengkan kepalanya tak percaya dengan perkataan Jardin barusan. "Gak usah sok gede lo di depan gue! Tidur gak, lo?!" sembur Ratu. Bukannya merasa bersalah apalagi takut, Ratu justru ikut merasa emosi dan menjambak rambut Jardin dengan gemas. "Woy! Asdfghmmpf—" teriak Jardin ketika tubuhnya secara otomatis mengikut kemana tangan Ratu menyeret kepalanya dengan mulut yang dibekap oleh tangan mungil perempuan itu. "Jangan berisik! Kalo anak-anak kebangun, lo yang gue sikat!" Ratu kembali menyeret Jardin, tubuh setinggi 173cm itu dihempaskan begitu saja oleh Ratu. Perempuan itu baru saja akan meninggalkan Jardin ketika lakinya yang baru melangkah sebanyak 3 kali tiba-tiba tidak menapak di lantai. "Kalo gue gak tidur, lu juga gak boleh tidur! Lu sama gue sampe pagi!" geram Jardin dengan mudah membalikkan keadaan. Ratu terasa begitu ringan ketika diangkatnya seperti karung beras kemudian dihempaskan begitu saja ke kasur. Pekikan Ratu terhalangi bantal yang digunakan Jardin untuk meredam suaranya. Ratu berusaha melepaskan diri dengan menendang ke segala arah. "Lo mau bunuh gue?!" bentaknya setelah berhasil menendang Jardin yang berada di atasnya. Ratu mencoba mengatur nafas yang tersengal akibat kekurangan oksigen. Matanya melirik tajam pada pria yang tengah kesakitan di sisi kanan kasur. Pertengkaran itu pun berlanjut ketika Jardin balik membalas serangan Ratu dengan jambakan, perang bantal, dan gelitikan. "Put, itu mereka lagi ngapain? perlu telepon polisi?" "Biarin aja, Tania. Nanti kalo mereka capek berhenti sendiri." Dua remaja yang baru saja kembali dari kamar mandi itu menatap pintu kamar sumber kebisingan tersebut dengan dua ekspresi yang berbeda. Salah satunya menatap ngeri, cemas kalau terjadi sesuatu di dalam sana dan sisanya menatap pasrah cenderung bosan. "Tapi tadi abang kamu diseret kayak gitu..." "Iya, Tania. Gak apa-apa. mending kita balik ke kamar." bantah Putri, adik Jardin yang sudah sangat hafal dengan pola perkelahian keduanya. Tania yang baru pertama kali menginap di rumah mereka tentu terkejut. Meski begitu, Putri sama sekali tidak berniat menjelaskan apa pun dan lebih tertarik pada kasurnya. Ratu menatap ngeri pangkal tangannya yang memerah akibat cengkeraman Jardin. "Gila, lo! KDRT nih!" serunya nyaris histeris. Setelah kelelahan, Ratu dan Jardin berbaring di masing-masing ujung kasur masih dengan genggaman erat pada bantal. "Lu yang mulai." elak Jardin membenarkan segala serangan yang ia lancarkan pada Ratu. Ratu terkekeh. Kesibukannya beberapa pekan lalu membuatnya jarang ber'interaksi' dengan Jardin. "Kasian banget deh istri lo nanti.. gue kudu nyaranin dia daftar asuransi kayaknya." candanya sembari menyodorkan lengan yang kemerahan pada Jardin. "Bukannya lu udah daftar?" sahut Jardin malas-malas, rasa kantuk kembali menyapanya. Ratu tersenyum kecut. "Yang bilang gue mau jadi istri lo siapa?" Keadaan kembali hening. Keduanya sedang sibuk dengan pikiran masing-masing. Sesaat, mereka saling menatap. Tahu kalau sebentar lagi akan ada bom yang jatuh. Ratu terlihat ragu ketika akan membuka mulut. Beberapa kali ia hanya mendesah pelan menelan pertanyaan di kepalanya. "Lo putus lagi sama Jean?" Jardin diam membisu. Tidak ada jawaban, Jardin hanya bangkit dari tidurnya dan meninggalkan kamar dengan bantingan pintu yang keras. "Mereka sudah selesai." gumam Putri ketika Tania terkejut dengan suara bantingan pintu di luar.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook