bc

Accidentally in Love

book_age16+
1.2K
FOLLOW
11.0K
READ
arranged marriage
arrogant
independent
CEO
comedy
sweet
humorous
city
selfish
stubborn
like
intro-logo
Blurb

Ketika berusaha kabur dari orang-orang ayahnya, Kirana menumpahkan latte pada seorang pria yang menghalangi jalannya, menggagalkan kaburnya. Terima kasih pada orang itu, Kirana tertangkap orang-orang ayahnya dan berakhir dalam perjodohan sialan.

Namun, siapa sangka, orang yang berperan besar menggagalkan kaburnya itu adalah jodohnya. Ah, lebih tepatnya, orang yang dijodohkan dengannya. Paling tepatnya lagi, musuh besar Kirana, Arjuna.

Ketika akhirnya mereka terikat dalam pernikahan, pernikahan macam apa yang akan mereka jalani? Bahagia? Tentu tidak. Atau, takdir sudah punya rencana lain untuk mereka?

chap-preview
Free preview
-1- Trouble From The Start
“Apa? Dijodohkan? Ini sudah abad dua puluh satu, Pa. Jangan ...” “Kirana,” sela papanya tajam. “Papa tidak peduli, ini abad ketigapuluh sekalipun, tapi perjodohan ini tidak akan batal. Bulan depan kau akan menikah dengan pria ini. Dia pria yang tepat untukmu. Dia akan mengurus perusahaan dengan baik. Papa tahu kau tidak pernah tertarik dengan perusahaan selain dengan uang yang ...” “Yang benar saja, Papa! Aku tidak akan menikah dengan pria gila haus kekuasaan,” sambar Kirana. “Jaga bicaramu!” tegur papanya. “Dia pria baik-baik. Dia ...” Kirana mendengus kasar. “Pria gila macam apa yang mau menikah tanpa mengenal calon istrinya lebih dulu? Dan aku sudah lelah menjadi putri Ramawijaya. Aku pergi!” kesal Kirana seraya berjalan gusar meninggalkan ruang kerja papanya. Ia menyempatkan membanting pintu ruang kerja papanya sebelum pergi ke garasi dan meninggalkan rumah dengan mobil convertible merahnya. Kirana menyetir dengan kecepatan penuh, melewati mobil-mobil lain yang mengklakson kesal di belakangnya. Kirana tak peduli. Ia sudah lelah di rumahnya. Ia sudah lelah dengan papanya. Ia sudah lelah dengan semua yang berhubungan dengan Ramawijaya. Kirana berhenti di pelataran parkir Hills Café, kafe yang sudah seperti rumah keduanya. Kirana sering menghabiskan malam di luar, di kafe itu. Seringnya, ia hanya duduk di sana semalaman, sekadar menonton orang-orang yang datang sambil menikmati musik. Kirana merasa kafe itu lebih baik dari rumahnya yang besar, dingin, sepi dan mengerikan. Kirana duduk di meja pojok kafe, tersenyum pada gadis muda yang membawakan minum untuknya, latte kesukaannya. Kirana sudah kenal dengan gadis itu, karena beberapa kali ia menyapa Kirana dengan ramah. Bahkan gadis itu pernah menemani Kirana di kafe semalaman begitu shift kerjanya berakhir. Gadis manis bernama Hara itu berkata jika itu adalah salah satu service untuk pelanggan setia kafenya. Namun Kirana tahu, gadis itu mungkin kasihan padanya karena ia sering menghabiskan malam di kafe itu. Sendirian. Menyedihkan, memang. Semua karyawan di kafe juga sudah mengenal Kirana berkat Hara. Bahkan pemilik kafe itu sendiri, Mala, seorang wanita yang hanya beberapa tahun lebih tua darinya, juga mengenalnya. Mala adalah single parent dengan seorang anak perempuan yang lucu. Wanita itu juga menawarkan Kirana untuk menggunakan ruangan di dalam untuk beristirahat atau tidur jika Kirana tidak pulang ke rumah. Namun, Kirana menolak. Ia benci tidur di malam hari jika sedang ada masalah. Karena ia benci mimpi buruk. Sama seperti Hara, Mala juga terkadang menemani Kirana duduk, atau sekadar mengobrol ringan selama beberapa jam. Bukan salah Kirana kan, jika ia lebih memilih kafe ini daripada rumahnya sendiri? Ia bisa punya banyak teman di sini, hal yang tak bisa ia dapatkan dalam hidupnya selama sepuluh tahun terakhir. Namun sepertinya, malam ini semuanya tidak akan berjalan semudah itu. Kirana belum sempat melihat manajer kafe ketika beberapa orang berjas hitam, menerobos masuk kafe, tampak mencari seseorang. Kirana yang tergesa untuk kabur, tanpa sadar masih membawa gelas minuman di tangannya ketika melompat dari kursi. Namun, terima kasih pada kecerobohannya, ia menabrak kursi lain dengan berisik, menarik perhatian orang-orang di kafe itu, terutama orang-orang berjas hitam itu. Kirana masih berusaha lari ketika orang-orang itu mengejarnya. Kirana berlari ke arah pintu dengan orang-orang yang ia yakin adalah suruhan papanya, mengejar di belakangnya. Ketika menatap ke belakang dengan panik, Kirana tak melihat jalan depannya. Begitu menoleh ke depan, ia langsung menabrak tembok, tidak, bukan tembok. Seseorang. Kirana mengumpat kasar ketika latte-nya tumpah ke arah pria itu. “Perhatikan jalanmu, astaga!” kesal Kirana seraya mendorong orang itu. “Sial sekali aku!” “Hei, kau ...!” Orang yang ditabraknya balik berseru seraya memegangi lengannya, mencegah Kirana kabur. Terima kasih pada siapa pun orang bodoh itu, dalam waktu singkat, orang-orang papanya sudah mengepungnya. Kirana mengumpat kasar ketika orang-orang suruhan papanya memeganginya. “Sialan kalian!” Kirana terus mengumpat seraya berusaha melepaskan diri. “Berapa Papa membayar kalian?! Aku akan membayar dua kali lipat! Tidak, tiga kali lipat, bahkan!” teriaknya. “Sebutkan harga kalian! Aku bisa membayar lebih banyak dari papaku.” “Bawa Nona ke mobil!” Kirana mendengar perintah tegas salah satu orang suruhan papanya, sekaligus pengawalnya. Marcel. Pria berbadan tinggi besar dengan tingkat menyebalkan sama besarnya. Ia tak pernah membiarkan Kirana sendirian. Kirana kembali mengumpat ketika merasakan tubuhnya terangkat dari tanah. “b******k! Lepaskan aku! Lihat saja nanti, aku akan menyewa pengawal dalam jumlah lebih banyak! Akan kuhajar kalian!” amuk Kirana dalam marahnya. Tak lupa, Kirana juga meluapkan amarah pada pria penyebab kegagalan kaburnya tadi. “Ini gara-gara kau! Dasar pengacau! b******k kau!!!” maki Kirana, bahkan meski ia tak tahu siapa pria bodoh itu. Kirana masih terus berteriak begitu sudah berada di dalam mobil. Sebelum mobil itu meninggalkan kafe, Kirana sempat berteriak marah, “Argh! Ini gara-gara makhluk bodoh yang mengahalangi jalanku itu! Sialan dia!” Kirana menyipitkan mata penuh dendam ke arah kafe. *** Ini sudah hari kedelapan sejak malam Kirana kabur ke Hills Café dan diseret pulang dengan memalukan. Ia tidak akan pernah melupakan pengeroyokan memalukan di kafe malam itu. Termasuk, seseorang yang membuatnya tertangkap. Orang bodoh yang menghalangi jalannya, bahkan menahannya di sana. Berkat orang bodoh itu, sekarang Kirana dikurung di rumahnya sendiri. Kirana menghela napas berat seraya melongok keluar jendela kamar. Ia mendesah kecewa ketika orang-orang berstelan hitam masih berdiri di setiap sudut halaman rumah. Seolah itu tidak cukup, papanya memastikan ada dua orang yang berjaga di depan pintu kamar Kirana, di tangga, di ruang tengah, di pintu depan, di pintu belakang. Untuk pertama kalinya Kirana menyadari, papanya bisa sangat tidak masuk akal. Dua keputusan tidak masuk akal yang diambil papanya dalam satu bulan ini. Perjodohan Kirana dan mengurung Kirana di rumah. Dua hal itu yang membuat Kirana nyaris gila, dan benar-benar akan gila sebentar lagi. Namun, Kirana ragu papanya akan berhenti bahkan meskipun Kirana benar-benar sudah gila. Karena Kirana tahu papanya, dan papanya bukan orang yang mengerti kapan harus berhenti. Setidaknya, Kirana tahu dari mana ia mewarisi kekeraskepalaannya ini. Kirana kembali menghela napas berat saat menjatuhkan tubuh di atas tempat tidur. Ia meraih ponsel, memeriksa nomor-nomor yang tersimpan di sana, lalu mendengus kasar. Bahkan di saat seperti ini, ia tak punya seorang teman pun untuk bicara. Kirana memejamkan mata. Teman. Ia sudah membuang mereka semua sepuluh tahun lalu. Ia toh tak membutuhkan itu sekarang. Di tengah pikiran menyedihkannya itu, terdengar pintu kamar Kirana diketuk. Lalu, papanya muncul dari balik pintu. Selama beberapa saat, papanya hanya menatapnya lekat. Papanya kemudian berbalik dan berkata, “Malam ini, kau akan bertemu calon suamimu. Bersikap baiklah jika tidak ingin diusir dari rumah ini, tanpa uang sepeser pun.” Hanya begitu, dan papanya pergi. Kirana mengernyit, mendadak merasa kasihan pada dirinya sendiri. Ia tidak mau menjadi putri Ramawijaya, tapi ia tak bisa hidup tanpa uang Ramawijaya. Ironis. Ia bahkan tak punya satu pun teman yang bisa membantunya. Bahkan, tak ada seorang pun di sisinya. Kirana mendengus meledek dirinya sendiri. Sejak kapan hidupnya menjadi seperti ini? Menyedihkan. ***   

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Ay Lub Yu, BOS! (Spin Off MY EX BOSS)

read
263.6K
bc

Hate You But Miss You

read
1.5M
bc

My Boss And His Past (Indonesia)

read
236.6K
bc

MY ASSISTANT, MY ENEMY (INDONESIA)

read
2.5M
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

My Husband My CEO (Completed) - (Bahasa Indonesia)

read
2.2M
bc

Just Friendship Marriage

read
507.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook