bc

The Legend of Long Feiye

book_age16+
172
FOLLOW
1K
READ
adventure
superhero
tragedy
ambitious
mage
male lead
supernature earth
rebirth/reborn
supernatural
war
like
intro-logo
Blurb

Jika perbedaan bukanlah keindahan maka dia akan menjadi sebab retaknya suatu kehidupan. Di tengah-tengah kekacauan akan selalu ada yang bersedia menjadi payung kebenaran. Long Feiye dan Xiao Shuxiang berjalan di jalan yang berbeda, tapi dengan tujuan yang sama yaitu mencari keadilan. Dapatkah Long Feiye menghentikan Xiao Shuxiang untuk menghancurkan dunia?

chap-preview
Free preview
Chapter 1 - Diikat Kegelapan
Di zaman kultivator kelahiran anak setengah iblis dan setengah manusia dianggap sebagai dosa yang besar sehingga anggota sekte aliran putih berusaha akan membunuhnya sebagai penghapusan dosa. Pada tahun 1578, terdapat satu keluarga yang dibantai dalam waktu semalam. Hanya ada satu anak yang tersisa, dan kebetulan selamat karena sedang berada di luar kediamannya. Anak itu terkejut saat melihat banyak mayat tergeletak, darah berceceran, dan juga kondisi rumah yang sudah tak layak huni. Air matanya menetes, menatap nanar segala penjuru rumah. Dia berlari -masuk ke dalam rumahnya, memanggil ayah, ibu, dan juga saudaranya. Namun yang dilihat hanya mayat dan mayat. Tangis anak itu pecah seketika. Dia pun bersimpuh-merosotkan tubuhnya di depan ruang keluarga. Rasa benci yang ada di dalam hatinya pun mulai tumbuh. Samar-samar, dia mendengar suara orang yang memanggil. "Si-siapa di sana?" Dia berjalan mencari sosok yang terus saja memanggilnya. "Tunjukkan wajahmu padaku! Jangan bermain petak umpet!" pintanya dengan suara bergetar. Suara tawa seseorang menggelegar menyakiti indra pendengaran sampai isi ruangan ikut bergetar. Anak itu meringkuk ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat. Napasnya tak karuan dan detak jantung meningkat drastis. Sekelebat bayangan hitam muncul dan terus berpindah-pindah sehingga membuat anak kecil merasa pusing. Bayangan hitam itu, terus tertawa mengerikan dan menyerukan kata balas dendam. Apa suara itu yang membunuh keluargaku? Jikalau begitu maka nyawaku juga dalam bahaya, pikirnya takut. "Jangan takut wahai anak hybrid. Kedatanganku di sini, bukan untuk mengambil nyawamu. Justru aku ingin membantumu dengan senang hati," sahut suara itu seakan tahu apa yang dipikirkan anak malang itu. "Un-untuk mem-membantuku?" Bocah malang itu bertanya dengan nada takut. "Tentu saja untuk membantumu anak manis!" ucap suara itu. Keheningan menguasai beberapa saat. Suara angin terdengar. Suara hewan malam saling bersahut-sahutan menambah kesan menakutkan. Hingga tiba-tiba asap tebal muncul dan perlahan-lahan berubah menjadi sosok hitam bertanduk yang tampak menyeramkan muncul membuat bocah malang itu terkejut dan ketakutan. Napasnya tak beraturan, keringat dingin mengucur deras di dahinya. Jantungnya berdetak kencang diikuti tubuh yang bergetar hebat. Ayolah dia hanya seorang anak kecil berusia delapan tahun. Mengapa orang dewasa suka menakuti anak kecil? Tidak dipungkiri di dalam hatinya dia penasaran sebenarnya sosok apa yang sedang muncul di hadapannya ini? "Si-siapa kau? Me-mengapa kau bisa muncul di hadapanku?" tanyanya dengan suara terbata-bata menatap lekat sosok hitam bertanduk dan memiliki ekor. Tak menjawab pertanyaan, sosok iblis itu malah balik bertanya. "Kau tak ingin membalas dendam atas kematian ayah, ibu, dan saudara-saudaramu?" "Aku tak tahu," sahut sang anak menggeleng dengan nada ragu dan tidak yakin. Lagi-lagi sosok hitam tertawa. Suara tawanya benar-benar menakutkan membuat anak kecil itu merinding. "Aku tahu di dalam hatimu ada benih rasa kebencian dan aku sangat suka itu. Setiap darah yang menetes harus dibayar dengan darah. Apakah kau akan membiarkan mereka hidup dengan nyaman setelah membunuh semua keluargamu?" Sosok iblis membuat semua adegan pembunuhan yang dilakukan sekte aliran putih muncul di pikiran bocah kecil itu. Sehingga membuat benih kebencian yang awalnya kecil berakar di dalam hatinya. "Tentu saja aku tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja! Aku pasti akan membalas dendam untuk mereka suatu hari nanti tanpa kau minta!" serunya dengan penuh ketekatan, tangan di sisi kiri dan kanan digenggam kuat. Kedua mata yang awalnya jernih dan teduh kini telah ternodai oleh kebencian. "Aku akan menawarkan sebuah perjanjian yang sangat menguntungkan untukmu," ucap iblis. "Aku tidak tahu siapa kau dan apa tujuanmu mendatangiku? Aku tahu kau pasti orang jahat yang ingin membunuhku juga!" Teriakan bocah berambut hitam tak membuat si iblis merasa marah atau risih. Sang iblis malah menampakkan sebuah senyuman. Tak beberapa lama kemudian terdengar suara sekelompok orang yang berteriak memanggil nama bocah kecil itu dengan penuh kemarahan. Anak laki-laki berusia delapan tahun itu ketakutan dan berusaha untuk berlari menyelamatkan dirinya dari kejaran orang-orang sekte aliran putih. "Lihat! Anak iblis itu ada di sana!" Salah seorang pria muda menunjuk bocah kecil yang terus saja berlari itu. Saudara seperguruannya melihat arah yang ditunjuk pria yang muda. Mereka mempercepat lari begitu juga dengan bocah malang, tapi naas anak kecil itu jatuh tersungkur di atas tanah berbatu mengakibatkan lutut dan telapak tangannya berdarah. Anak itu menangis memikirkan nyawanya yang akan melayang sebentar lagi bukan karena sakit akibat luka. Orang-orang berpakaian seragam sekte mengelilingi anak kecil. Tatapan mata menyedihkan milik bocah malang itu tak bisa membuat hati orang-orang itu merasa kasihan. "Akhirnya kami menemukan keturunan terakhir manusia yang tak tahu aturan itu!" ujar seorang pria berbadan paling besar dengan nada senang. Kemarahan membara di dalam hatinya saat mengingat orang-orang berpakaian yang sama yang saat ini tengah mengelilinginya yang telah membunuh ayah, ibu, dan saudaranya. "Jangan sebut orang tuaku begitu! Kalian tak berhak!" balasnya dengan nada marah, berusaha untuk berdiri. Orang-orang yang jauh lebih tua darinya tertawa mengejek. "Aiyo, bisa apa kau anak kecil?" tantang seorang pria yang memiliki bekas luka di dagunya. "Palingan kau hanya bisa menangis dan berteriak saja!" tambahnya, lalu diikuti oleh tawa yang lain. Mereka benar tidak ada yang bisa aku lakukan, aku hanyalah seorang anak kecil yang seharusnya dilindungi oleh orang dewasa dan kini kedua orang tuaku sudah pergi, batinnya pilu menunduk menatap sepasang sepatu putih yang membungkus kakinya. "Tunggulah sebentar lagi kau akan bisa berkumpul kembali bersama semua keluargamu!" Tunggu aku ayah, ibu, dan saudaraku, ucapnya di dalam hati. Dia menutup kedua kelopak mata, air mata mengalir di sudut matanya. Menunggu kematian datang menjemputnya. Kenangan indah bersama saudaranya terputar kembali membuatnya menarik senyuman di bibir. Aku mungkin tak bisa melakukan balas dendam untuk mereka, batinnya merasa kecewa. Sebelum pedang dingin berhasil menebas leher kecilnya. Orang-orang sekte yang mengelilingi bocah kecil terpelanting menabrak pohon sampai roboh. Kekuatan seseorang membawanya pergi dari tempat itu ke tempat yang lebih aman. "Kau bodoh atau apa? Hanya pasrah ketika para manusia sok suci itu ingin mengambil nyawamu?" Suara bentakan seseorang membuat bocah kecil membuka kedua kelopak mata. Dia bisa melihat hamparan padang rumput yang luas serta bunga-bunga yang sedang mekar. Aroma harum memanjakan indra penciuman. "Apakah ini yang dinamakan dunia akhirat? Ini begitu indah sekali!" Pandangan mata kecil itu memandang dengan tatapan kagum. "Aku akhirnya terbebas dari dunia yang jahat itu!" "Ayah, ibu, dan saudara-saudara di mana kalian?" tanyanya berjalan mencari keberadaan semua keluarganya. "Kau tidak akan menemukan semua keluargamu! Karena kau masih hidup dan harus balas dendam! Kau sudah melihat para anggota sekte itu ingin membunuhmu." Suara iblis terdengar membuat anak kecil mencari sumber suara. Semenit kemudian dia mengerti apa yang telah terjadi. "Kau yang menyelamatkanku? Aku ucapkan terimakasih." Ingatan kejadian buruk yang menimpa semua anggota keluarganya membuatnya kembali diliputi rasa amarah dan dendam. "Aku bisa membantumu menjadi lebih kuat untuk membalas dendam kematian semua anggota keluargamu." Bocah berusia delapan tahun itu mempertimbangkan penawaran yang menarik dari laki-laki bertubuh hitam itu. Dia telah menolongku dari para anggota sekte aliran putih yang ingin melenyapkanku. Aku rasa dia adalah orang yang baik. Selain itu, aku tak mungkin tinggal di sana kejadian buruk itu pasti akan terulang kembali, pikirnya larut dalam lamunan yang sangat dalam. Seharusnya anak seusianya hanya tahu bermain dan makan saja bukan berpikir layaknya orang dewasa. Tapi bagaimana jika dia menolongku hanya sebagai agar aku percaya padanya dan dia diam-diam akan membunuhku? batinnya merasa ragu dan bingung. "Aku...," ujar anak laki-laki berusia delapan tahun.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Kembalinya Sang Legenda

read
21.7K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.8K
bc

Time Travel Wedding

read
5.3K
bc

Romantic Ghost

read
162.3K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.3K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.1K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook