I will miss you

1175 Words
"Itu semua buat siapa?" tanya Nessa akhirnya. "Siapa lagi. Tentu saja untuk anakku. Anak kita. Ini kali pertama aku melakukan tugas sebagai daddy untuk Ziano, sayang.." jawab Giov mantap. Nessa terdiam. Nessa tau, begitu dia pulang nanti, semua tak akan sama lagi. Dia adalah istri yang tidak setia. Nessa tak tau harus bersikap bagaimana untuk menghadapi Piere. Di sisi lain, kembali ke keluarga berarti berpisah dengan Giov. Hati Nessa mendadak sedih memikirkan semua itu. "Honey, what's wrong?" Giov menaikkan alis dan bertanya ketika dilihatnya Nessa diam saja. "Nothing, ga papa sayang.... Sedih aja kita harus berpisah..." gumam Nessa lesu. "Waktu seminggu ini rasanya ga cukup. I will miss you... Tapi kamu juga harus berjanji padaku, jangan ada wanita lain setelah aku pergi," sambung Nessa cemburu, mengingat petualangan Giov di masa lalu. "I promise! Kamu juga harus janji, jangan making love lagi dengan Piere. Kamu hanya milikku sekarang! Hatimu, tubuhmu. Aku takkan tenang mikirin kamu di sana serumah dengan lelaki lain!" Giov mendengus sambil menyugar rambutnya dengan kasar. "1 lagi. Harus kontekan setiap hari. Jangan ga ada kabar. Besoknya aku akan muncul di depan rumah kamu kalo kamu coba coba tidak membalas chat dariku. Kali ini aku serius. Aku tak akan kehilangan kamu lagi. Setelah toko Debie selesai kamu urus dan sudah berjalan baik, segera cari pengganti untuk mengelola usaha itu. Karena kamu dan Ziano akan tinggal di sini. Bersamaku, sebagai keluarga yang utuh." tegas Giov tak mau dibantah. Nessa kembali terdiam, berusaha mencerna semua kalimat Giov. Perpisahan memang adalah hal terburuk bagi pasangan yang saling mencinta. Cinta bisa membuat seseorang menjadi posesif dan egois. Seperti cinta mereka yang terlarang. *** Piere memarkir mobilnya di jalan depan rumah orang tua Nessa. Saat dia keluar dari dalam mobil, Ziano yang saat itu berada di teras rumah langsung melihat kedatangannya. "Papaaa..." teriak anak kecil itu sambil berlari membuka pintu pagar dan bergegas meloncat ke dalam pelukan Piere. Baru saja Ziano dipeluk Piere, anak itu langsung melorot turun... "Ga mau dipeluk papa, papa bau minumannya orang gede! Ziano ga suka! Kata mama itu ga baik. Jangan peluk Ziano!" teriak Ziano lalu berlari menjauh. "Ahhh dasar anak mama! Miras aja takut. Liat nanti kalo udah gede. Pasti juga kayak papa hehe..." Piere berkata sembarangan sambil terus berjalan masuk. "Eh, ada nak Piere.... Sudah lama?" tanya ibunya Nessa saat melihat Piere. Piere menggeleng malas sambil masuk kamar tanpa menjawab pertanyaan ibu mertuanya. Kepalanya pening karena kebanyakan miras. Setiap mabuk, dia akan dengan mudah terlelap, tidak akan terbangun walau gempa sekalipun. Ibu Nesaa hanya bisa menghela napas panjang melihat kelakuan Piere. *** Sementara itu di Jakarta, Giov sibuk mengurus kepulangan Nessa dan juga Debie yang ikut pulang ke Manado. Setelah mengirimkan barang barang mereka via cargo, Giov melirik jam tangannya. 1 jam lagi pesawat mereka akan take off. Digenggamnya erat tangan Nessa, merasa tak rela harus berpisah. "Hon, I will miss you... Mudah mudahan bisnis kamu dan Debie di sana lancar jaya yaa, biar cepat balik ke sini lagi untuk belanja," senyum Giov penuh harap. "Amin..... Semoga laris manis. Iya kan Giov?" sambung Debie yang tiba tiba sudah berdiri di sampin kiri Nessa. Kemudian Debie menarik kopernya diikuti oleh Nessa, tapi langkah Nessa dihentikan oleh Giov dengan menarik Nessa masuk dalam dekapan erat Giov. Nessa yang tersandar di d**a bidang Giov lantas mendongakkan kepala, menatap dalam iris mata coklatnya Giov. "Sayang, aku masuk yaa... Debie sudah masuk duluan untuk check in. Ga enak sama Debie udah nungguin tuh. Tar kalo udah nyampe aku kabari. I will miss you. I love you. Always...." Nessa menjinjit dan mencium lembut pipi Giov, dan langsung melepaskan diri dari pelukan Giov. Nessa balik kanan dan berjalan tergesa gesa. Dia tidak ingin lebih lama di depan Giov karena bisa merubah keputusannya untuk pulang. Mata Nessa mengerjap, berusaha menahan bulir air yang menggenang di pelupuk. Giov memahami perasaan Nessa. Walaupun dia tidak sempat melihat ekspresi sedih Nessa karena perempuan itu buru buru memalingkan wajah, tapi Giov dapat melihat bahu Nessa yang menegang dari belakang. Hatinya hampa. Kenapa baru seminggu menemukan kebahagiaan, kini kebahagiaan itu harus berlari menjauh dari hidupnya? Kenyataan sekarang Giov sendiri lagi. Frustasi dengan keadaannya, Giov menyugar rambutnya dengan kasar sampai beberapa kali. Wajah orientalnya kelihatan kusut. Debie dari kejauhan menyaksikan drama dua insan tersebut. Anehnya, dia bisa ikutan sedih terbawa arus seperti saat menonton drama korea. Debie memang sudah mengetahui hubungan Giov dan Nessa dari cerita Nessa. Debie berjanji tak akan ikut campur urusan pribadi Nessa. Biar dia yang menentukan sendiri. "Ayo Ness....buruan...aku sudah mencium bau dollar nih dari sini. Ga sabar aku untuk launching toko kita..." kata Debie mencoba membangkitkan semangat Nessa. Mereka beriringan masuk ke dalam. *** Pesawat mereka mendarat dengan mulus di airport Sam Ratulangi Manado. Sambil menunggu untuk turun, Nessa dan Debie membereskan barang bawaan mereka. Tas besar yang ditenteng Nessa berisi pemberian Giov untuk Ziano. Nessa mencari ponselnya dalam tas dan mengaktifkannya. Setelah keluar dari badan pesawat Nessa langsung mrnghubungi Giov. Tut tut....... "Sayang...." panggil Nessa manja di telpon setelah panggilannya terhubung. "Yes, honey..... Udah nyampe yaa. Gimana, mau langsung pulang ketemu Ziano di kampung atau mau bareng Debie dulu?" tanya Ziano dengan suara khasnya. "Kayaknya aku mau langsung pulang dulu ketemu Ziano, boleh yaa sayang...." Nessa menunggu jawaban Giov. Di seberang sana Giov termenung beberapa saat kemudian menjawab ketus "Ketemu Ziano atau ketemu Piere. Kamu kangen dia ya!?" Nessa tersentak kaget saat mendengar perkataan Giov. "Astagaaa sayang.... kok mikirnya ke situ sih? Kamu tau hati aku, yang... hati aku cuma buat kamu. Aku kangen Ziano. Pengen segera ngasih hadiah dari kamu ke Ziano. Lagipula Piere ga ada di sana." terang Nessa panjang lebar meminta pengertian Giov. "Hmmm, oke deh... Salam buat Ziano jagoannya daddy ya.... Bilangin ke Ziano, jagain mama baik-baik. Tidurnya harus sama mama..." tandas Giov "Ok sayang.... love you.... muach..." Nessa mengakhiri percakapan mereka, lalu mengejar Debie yang sudah duluan menunggu bagasi mereka. Setelah semua barang mereka lengkap, mereka keluar menuju gedung sebelah untuk mengurus cargo. "Oh ya Ness, kamu sudah ngingetin Giov soal mobil pick up temannya itu?" tanya Debie soal mobil yang akan mengangkut barang mereka. dalam hal ini Giov yang membantu mencarikan. "Ups iya sampai lupa aku. Bentar aku tanya Giov" kata Nessa sambil mendial nomer Giov. "Yaa sayang... ada apa?" Giov langsung menjawab pada bunyi tut pertama. "Ini mau nanya soal mobil teman kamu, yang...... gimana, sudah stand by?" tanya Nessa langsung. "Oh iyaa, setelah ini aku hubungi dia. Kalian posisi di mana sekarang? Ntar aku suruh sopirnya susulin ke situ" pungkas Giov dengan sigap dan bersiap menutup panggilan. "Bentar yang, jangan tutup dulu," potong Nessa cepat. "Kayaknya aku bareng Debie dulu deh. Mau mastiin semua barang sudah aman di antar sampai ke toko, baru deh aku pulang" sambung Nessa memberi tau. "Ya udah. Begitu aja. Ntar kalo sudah selesai kabari aku. Nanti pulangnya aku pesenin taxi online yaaa..." dengan penuh perhatian, Giov mengatur semua keperluan Nessa dari jauh sana. "Makasih sayaang," Nessa bahagia dan berterima kasih atas perhatian Giov, bahkan sampai ke hal hal kecil. Semua ini tak pernah dia dapat dari suami sahnya, Piere. So, sekali lagi Giov sukses membuat Nessa meleleh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD