"Sudah Ness..... Kamu aman sekarang. Coba ku lihat kakimu..." dengan lembut Debie mencoba menggulung celana panjang yang dikenakan Nessa untuk mengecek keadaan kedua kaki Nessa dan terkesiap. Kedua kaki Nessa memar dan bengkak.
"G*la si Piere!" umpat Debie dalam hati. Pantas aja sepupunya tidak bahagia pernikahannya.
"Kita ke dokter yaa Ness... kamu bisa berdiri?" dengan dibantu pegawainya, Debie memapah Nessa berdiri. .
"Awww.... ga bisa Deb... Kaki kananku sakit banget, hikss" Nessa merintih kesakitan. Akhirnya, Debie menyuruh pegawainya membopong Nessa ke mobil, mengambil tasnya dan juga Nessa di atas meja dan membawanya ke rumah sakit terdekat.
***
Sementara di seberang sana Giov mendadak gelisah. Tiba tiba aja rasa sakit itu datang bahkan serasa mencekik lehernya hingga dia susah bernapas. Giov merasa ada yang tidak beres terjadi pada Nessa di jauh sana. Segera Piere mengambil ponsel dan mendial nomor Nessa.
Nada panggil terus menggema tanpa ada yang merespon di sana. Lagi dan lagi. Tidak juga di angkat. Giov semakin resah. Giov menyugar rambut berulang kali. Kebiasaan yang tak bisa dihilangkan saat lagi gelisah.
"C'mon honey....." Giov berharap kali ini segera tersambung. Nihil.
Giov teringat untuk menghubungi Debie. Tapi mendadak dia lesu lagi karena tidak memiliki no hp Debie. Lalu dicarinya nama Debie di sss. "Ini dia.." dengan penuh harapan dia coba menghubungi Debie via messenger. Tidak diangkat juga.
"Hufftt..... sial!!! Ada apa sebenarnya, sayang? Kau membuatku takut...." Giov berusaha menepis semua prasangka buruk yang melintas di benaknya.
***
Nessa dipindahkan dari dalam mobil ke atas brankar rumah sakit dan langsung dibawa ke Instalasi Gawat Darurat. Dokter jaga segera menanganinya. Debie menemani dengan setia. Sambil menunggu Nessa diperiksa kakinya, Debie mengambil ponselnya. Dia terkejut melihat missed call di messenger yang lumayan banyak. Semua dari Giov. Ditekannya tombol hijau untuk menelpon balik...
"Halloo Deb, maaf mengganggu. Aku menelpon dari tadi untuk menanyakan kabar Nessa. Dia ga bisa dihubungi soalnya. I'm so worry.... Nessa baik baik aja kan? Di mana dia.." hanya dengan mendengar suara cemas Giov, Debie tau rasa cinta mereka sangat dalam. Sampai Giov bisa ngerasa saat Nessa berada dalam bahaya. Debie salut dengan kekuatan perasaan mereka yang bisa connect.
"Ada sedikit masalah tadi. Sekarang Nessa sedang ditangani dokter. Kamu tenang aja, ayo ganti video call biar bisa lihat keadaan Nessa.."
Deg. Jadi benar. Nessa dalam masalah. Feelingnya ga salah. Buru buru Giov mengganti video call dan shock melihat Nessa di rumah sakit.
"Deb, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dengan kaki Nessa?" Debie pun menjelaskan kejadian tadi secara singkat. Giov meremas ponselnya dengan erat sampai kepalannya memutih. Kalau tak ingat dengan siapa dia bicara, ingin rasanya dia memaki Piere dengan keras.
"Aku titip Nessa ya, Deb. Besok aku ke sana. Maaf merepotkanmu. Makasih untuk semuanya..." tutup Giov.
Giov lalu mempersiapkan diri untuk besok. Tak sabar rasanya menunggu hari berganti. Ingin dirinya segera bisa ada di samping cinta sejatinya, menguatkan Nessa... menutupi derita batin dan raganya dengan kekuatan cintanya.
***
Setelah di periksa dan di obati, Nessa diperbolehkan pulang oleh dokter. Debie membawanya pulang ke hotel Four Point tempatnya menginap. Sebelumnya mampir beli makanan yang dibungkus untuk mereka makan di kamar hotel. Debie ingin kaki Nessa diistirahatkan dulu biar cepat pulih.
Selama perjalanan Nessa terus diam, masih shock berat dengan kejadian tadi.
"Sampai kapan aku harus hidup seperti ini.." perih di hati Nessa mengalahkan perih luka di kakinya. Debie membiarkan Nessa tenggelam dalam lamunannya. Membiarkan dia berpikir dengan baik supaya bisa mengambil keputusan yang tak akan disesalinya untuk ke sekian kali.
Sampai di kamar hotel, mereka makan dalam diam. Selesai makan, Debie memberikan obat dokter untuk Nessa minum. Rasa capek hati dan mungkin di tambah pengaruh obat, membuat Nessa cepat mengantuk dan tertidur.
***
Dalam tidur lelapnya, Nessa bermimpi ketemu Giov. Giov dengan lembut mengangkat Nessa dan menggendongnya ala bridal style. Nessa merasa aman dalam dekapannya. Sampai saat Giov meletakkan Nessa di tempat yang empuk dan lembut, Nessa tak rela melepaskan Giov. Dia mengalungkan tangan ke leher Giov dan berbisik.. "Jangan pergi" Giov tertahan, memberikan kecupan di dahinya, turun ke hidungnya dan berakhir di bibirnya. Nessa menikmati sentuhan bibir Giov. Dia mulai membalas kecupan itu menjadi ciuman yang dalam dan panjang. Tapi kok lama kelamaan Nessa merasa aneh. Ciuman itu terasa nyata. Nessa meraba wajah Giov, mengelusnya lembut, dan dia membuka mata, dia sadar ini nyata,, ini bukan mimpi. Giov beneran ada di hadapannya sekarang.
"Sayang... aku tidak mimpi kan? Ini beneran kamu?" Giov menjawabnya dengan kecupan ringan penuh sayang.
"Oh yah di mana ini. Kok bukan kamarnya Debie? Kapan aku ke sini?" rupanya benar, saat tidur tadi Giov "memindahkan" aku.
"Di samping kamar Debie,..sayangku, cintaku"
"Hmmm, makasih sayang. For everything" ujar Nessa terharu.
"Aku tlah tahu hati ini harus menghindar
Namun kenyataan ku tak bisa
Maafkan aku terlanjur mencinta
Ternyata hati tak sanggup melupa...."
Keduanya berpelukan saling berbagi rasa. Nessa melepaskan lara yang menekan batinnya. Giov tahu benar apa yang dirasakan Nessa saat ini. Giov memilih menenangkan Nessa dalam diam. Cukup dengan mata bertaut, satu sama lain sudah saling mengerti. Nessa sadar, cukup dirinya ada dekat Giov, semua ketakutan itu sirna.
Tok tok tok......
Giov melepaskan pelukannya dan berjalan ke arah pintu.
"Bentar, ..... aku ambilin paket dulu." ternyata Giov memesan baju tidur untuk Nessa.
"Ayo kita ganti baju kamu dulu. Pakai ini biar leluasa mengolesi obat di kaki kamu" dengan telaten Giov menggantikan baju untuk Nessa dan mengobati lebam dan memar di kaki Nessa. Sampai tahap ini kembali tangan Giov mengepal kencang, tanda amarahnya muncul lagi melihat perbuatan kejam Piere ke Nessa.
"Ness, boleh kita bicara sekarang? Kamu siap? Kalau belum ga papa sih.... Aku tunggu kamu benar benar siap...." yang kemudian di jawab dengan anggukan dari Nessa. Boleh kan aku egois kali ini... ingin merasakan kasih sayang yang tulus dari orang yang kucintai. Rasa nyaman yang tak pernah kudapat dalam kehidupan pernikahanku dengan Piere.... batin Nessa. Mungkin orang lain takkan bisa mengerti keadaan Nessa. Yang pasti orang sekitar tetap akan menyalahkan Nessa karena dia yang selingkuh. Salahkah Nessa kalau dia juga ingin bahagia? Salahkah Nessa kalau ingin merubah nasibnya? Nessa sudah menetapkan hati saat ini, mengijinkan hidupnya merasakan the power of love dan hidup dalam cinta. Cukup sudah derita dalam hidup pernikahannya bersama Piere. That is a big mistake. Walaupun Nessa tahu, jalan ke situ takkan semulus jalan tol.
***
Sometimes I am frightened
But I'm ready to learn
Of the power of love
The power of love~