bc

Syair Cinta

book_age18+
2
FOLLOW
1K
READ
HE
prince
drama
sweet
bxg
brilliant
campus
magical world
like
intro-logo
Blurb

Cinta tulus tak berujung bahagia bila kamu tak mau mencari apa sejatinya cinta itu dan syair cinta akan menyadarkan perasaan kita selama ini.

Kisah Lancelot dan Odette

Jenang Gula, 11 Februari 2023

chap-preview
Free preview
Prolog - Pendekar mawar dan mantel bulu
“Segelas lagi!” Pria rambut panjang berwarna emas itu berteriak sambil mengangkat gelasnya yang kosong. Pemilik bar mendekat sambil tertawa, “Pangeran Pedang Mawar, Anda sudah minum begitu banyak, bagaimana kalau Anda bermain harpa saja untuk menunggu minuman spesial dari bar kami? Setelah pertandingan anggar tadi siang, saya kawatir Anda tidak akan kembali lagi untuk esok hari.” Lancelot, si pangeran pedang mawar tertawa, “Kau sangat pandai perayuku ternyata. Aku memang akan berkelana besok pagi. Anggap saja permainan malam ini hadiah dariku setelah kemenanganku tadi.” Lancelot berdiri, merapikan pedang panjang di pinggang, dan mengambil sekuntum bunga mawar di meja, “Saatnya menyaksikan ketampananku.” Senyumnya menggoda semua mata yang memandang. Segera berjalan ke panggung untuk menggapai harpa di sana. Lancelot menyelipkan mawar melintang di mulutnya, memejamkan mata, memetik harpa sambil bersenandung. Malam ini, setelah kemenangan telak di siang hari, namanya kian melambung hingga tercium harum oleh hidung mancungnya sendiri. Kesatria, tak hanya pangeran yang mencari pengalaman, Lancelot tetap akan menyelipkan bunga mawar itu untuk mengharumkan pedangnya. Di pintu bar, sosok cantik masuk dengan mata berbinar, “Ini sangat indah. Semua orang tersenyum bahagia. Aku yakin akan mendapatkan kebahagiaan juga di sini.” “Hahahaha. Kau akan mendapatkan kebahagiaan di sampingku, Nona Cantik.” Pria berbadan tegap, aroma alkohol menyeruak memenuhi udara sekitar ketika bicara, dia menyahut karena mampu mendengar ucapan sosok cantik itu. Wanita itu seolah tak mendengar, dia terus melangkah untuk mencari di mana kiranya kursi kosong yang bisa dia duduki. “Dia sangat cantik, tapi telinganya tuli.” Pria itu tertawa kembali. “Bukankah itu bagus? Dengan begitu kita bisa berpesta tanpa rengekkan dan perlawanan berarti, harusnya kita tak melewatkan kesempatan ini, ayo!” Pria lain dengan aroma yang masih sama, berdiri setelah menepuk punggung temannya. “Dia benar.” Lainnya ikut berpendapat. Si pria pertama terkekeh sambil berdiri. Kalau ada pesta kenapa dia harus melewatkannya? “Mau ke mana, Cantik? Bukankah kau mencari kebahagiaan?” Tangannya terulur untuk memegang lengan sosok cantik tadi. “Jauhkan tanganmu dari mantelku. Bukankah kalian tahu siapa aku? Aku Odette. Putri Odette. Tanganmu hanya akan mengotori mantel buluku saja.” Odette menatap tajam pria kurang ajar yang menghadangnya. Pria itu segera melepas tangannya, tapi segera juga menoleh ke temannya dan tertawa, “Hahahaha. Dia mengaku sebagai putri katanya. Di tempat seperti ini, apa yang akan putri cantik ini cari? Hahahaha.” Melihat ke tiga temannya tertawa bersama, seorang lagi yang tadinya tak ingin ikut campur, segera menyusul karena sepertinya rencana teman-temannya berhasil, “Apa yang kalian tertawakan? Dia mau melayani kita?” Mendengar itu Odette melotot, “Jangan kurang ajar!” Ucapan tak sopan itu sungguh tidak pantas. “Ya, dia akan melayani kita setelah ini.” Mengulurkan tangan untuk menarik wanita yang mengaku putri tadi. Sebelum tertangkap, Odette segera berlari sambil menyibak beberapa orang yang menghalangi, dia tak pernah menyangka kalau ternyata ada tempat seperti ini, dan sepertinya ini adalah kesalahannya yang paling besar sudah memasuki tempat ramai ini. Ke empat pria tadi juga tak mau kalah, dia mengejar lebih cepat, hingga salah satunya berhasil menarik ujung mantel dan membuat empunya diam di tempat. “Jangan membuat kami menjadi kasar dan beringas, Nona cantik.” Permainan harpa Lancelot berhenti karena banyak suara yang menarik perhatiannya. Saat dia membuka mata, hampir semua penonton menoleh ke tempat lain, dan Lancelot pun mengikuti arah pandang mereka. “Kalau tangan kotor kalian hanya berani dengan wanita sepertiku, apa gunanya keahlian pedang yang diadakan tadi siang di Azura Lake ini? Kalian jangan membuat diri kalian sendiri malu!” Odette berteriak dengan matanya yang mulai memerah. Dia ingin menangis, tapi tak mau empat orang di depannya tahu, setidaknya tak akan dia jatuhkan harga diri untuk cecenguk di depannya. Ke empatnya tertawa, “Katakan, Nona. Siapa nanti yang pertama kali kau izinkan untuk menghangatkan tubuhmu?” Mendengar itu, Lancelot menggertakkan giginya, dia segera berdiri dan mendekati inti perkara malam ini. “Kalian tidak malu memaksa seorang gadis untuk memuaskan nafsu kalian? Belilah dengan koin emasmu. Gratis hanya untuk seorang pecundang dan aku yakin kalian bukan pecundang di sini.” Lancetot terkekeh. Kata-katanya terdengar bijak, kan? Ke empatnya menoleh, “Siapa kau? Berani sekali ikut campur dengan urusan kami?!” “Di dalam diriku, ada harimau yang mengendus mawar, dan pedangku selalu haus darah. Apa kalian mau mencobanya?” Lancelot memainkan mawar dengan tangan kirinya sambil sesekali mencium harumnya. Ke empatnya saling lempar pandang. Kedipan berarti mewarnai dan seringai menjijikkan membuat ke empatnya maju dengan serempak sambil melepas pedang masing-masing dari sarungnya. Lancelot tertawa, “Biarkan aku mendengar tepuk tanganmu!” Tak mau kalah, mengeluarkan pedangnya juga, untuk memberi pelajaran ke keempat pria tak berguna di depannya. Tak akan ampun, Lancelot menebas, menusuk, dan menyayat apa pun di depannya. Dia memang tak pernah suka dengan pria tak mau rugi seperti itu. Asusila tanpa uang dengan salah satu penolakan, apa yang dibanggakan dari itu? Ke empatnya bisa dikatakan kalah, hampir tak ada kesempatan untuk menang, sudah babak belur dan lelah. Napas yang hampir habis, mata sayunya sangat tahu kalai kesatria di depannya juga setengah terguyung, mungkin banyak minum di bar ini, sama dengan dirinya. Dia berdiri dengan gemetar, “Aaaaaa!” Setengah berlari untuk menusuk Lancelot dari belakang. Lancelot pikir semua sudah berakhir, tapi tusukan di punggungnya seolah tembus hingga perut. Dia berbalik, seringai di depannya membuatnya semakin marah, “Aku sudah menyatu dengan pedangku, kau mau mencobanya?” Menebas membabi buta hingga keempatnya lemas di kakinya. Lancetot terkekeh, “Duri akan tetap ada meski pun kelopak terjatuh.” Ucapnya sambil menggoreskan namanya di kulit yang bisa dijamah di empat pria berengsek itu. Setelah semua selesai Lancelot pun ke luar dari bar. Odette mengulurkan tangan untuk menahan pemuda baik hati itu, tapi tetap tak mampu menghentikannya. Dia hanya bisa mengekor sambil menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan terima kasih. Lancelot meringis, “Ini sakit sekali. Rasanya aku tidak kuat lagi.” Tak lagi mampu mempertahankan mawar di tangan, bahkan untuk berjalan saja dia menumpu tubuhnya dengan diri dengan pedang yang sudah disarungkan. “Di mana aku bisa istirahat?” Lancelot mengedarkan pandangan, tubuhnya semakin dingin dan langkahnya semakin lemas. Langit yang gelap seolah mampu menyembunyikan kesakitannya. Pohon tinggi di tengah bukit sepertinya cocok untuknya. Lancelot dengan susah payah naik ke sana. Hingga kurang selangkah lagi, dia pun menyerah, membiarkan tubuhnya ambruk di tanah, mencium langu tanah malam ini. “Baru tadi siang aku mencapai kemenangan dan malam ini ajal malah menjemputku di Azura Lake.” Lancelot memejamkan mata. Pasrah jika malaikat maut menjemputnya malam ini.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
95.9K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook