bc

MISTERI KACA PEMBUNUH BERANTAI

book_age16+
35
FOLLOW
1K
READ
dark
brave
police
bxg
no-couple
brilliant
loser
highschool
dystopian
kingdom building
musclebear
like
intro-logo
Blurb

SERI II dari "JENGGALA SENJA" — lebih afdol dibaca setelah itu, tetapi bisa juga dibaca secara terpisah.

****

Blurb :

Agacia adalah penulis berita di Mega Mendung Media selama empat tahun. Seharusnya Agacia bisa naik pangkat dengan kinerjanya yang bagus. Namun karena masalah internal dengan atasannya karena masalah percintaan, membuat Agacia harus bertahan dengan posisinya sekarang.

Merasa mampu untuk naik ke tempat yang lebih tinggi, Agacia meminta kepada direktur tempatnya bekerja untuk memberikannya kesempatan membuktikan diri. Dengan disetujuinya kesempatan itu, Agacia berusaha keras menulis berita paling fenomenal di negara Alcantra sekitar sepuluh tahun yang lalu.

Kasus Jas Hujan!

Agacia berusaha memecahkan kasus kematian beberapa siswa SMA di hutan Alemenia sepuluh tahun yang lalu dengan meminta bantuan pada rekannya, Rendra, salah satu detektif kepolisian di kota Pianika.

Namun tidak berapa lama, muncul kembali kasus kematian seorang siswa di Hutan Alemenia dan operandinya sama. Beberapa orang menganggap bahwa mungkin, Jas Hujan yang ditangkap sepuluh tahun yang lalu bukan aslinya atau ada indikasi penjahat peniru.

Dalam penyelidikan ini, Agacia dipertemukan dengan Ragnala seorang siswa SMA yang sangat menyukai jurnalistik dan kakaknya, Reagan, seorang detektif elite di kepolisian yang tengah mengambil cuti.

Lantas bagaimana jika ingatan muncul di kepala Agacia secara tiba-tiba dan membuatnya meyakini bahwa mungkin sepuluh tahun yang lalu dia adalah pembunuh berantai yang dicari banyak orang?

Apa yang akan Agacia lakukan? Menyerahkan diri atau berpura-pura tidak tahu?

TEMUKAN JAWABANNYA DI "MISTERI KACA PEMBUNUH BERANTAI" —MENGUAK MISTERI PEMBUNUHAN DI HUTAN ALEMENIA.

*********

Salam sayang,

       Bella

chap-preview
Free preview
PROLOG
Tahun 2020 KOTA PIANIKA YANG AMAN DENGAN SENYUMAN. Banner itu terus dipasang di mana-mana. Terasa mengganggu karena tidak ada orang yang akan membacanya. Untuk saat ini, orang-orang lebih fokus terhadap gadget mereka. Tidak akan ada yang memperhatikan tulisan-tulisan di jalanan meskipun penting sekalipun. Maka dari itu, akan lebih mudah untuk menyebarkan hoax daripada mengulik kebenarannya. Akhir-akhir ini, rakyat mengeluh tentang naiknya pajak daerah yang diberlakukan hampir kepada seluruh pekerja tanpa mempedulikan berapa pendapatan mereka. Sehingga tidak banyak yang memilih untuk resign dan menganggur sambil mendemo kantor walikota karena tidak kuat dengan peraturan yang mencekik mereka. Sepertinya perusahaan sangat senang berkolaborasi dengan pemerintahan. Bagaimana tidak? Perusahaan yang seharusnya melindungi tenaga kerja yang dimilikinya dan memakmurkan mereka, malah membuat konspirasi dengan pihak pemerintahan. Orang yang duduk di kantor walikota pun tampaknya senang dengan kegiatan barunya; menjadikan rakyat kotanya menjadi lapangan pengangguran. Tak ada yang bisa bertahan di kondisi sesulit ini. Perusahaan yang ingin mengganti tenaga kerjanya, tidak perlu untuk memecat mereka. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menaikkan pajak dan membaut mereka pada akhirnya mundur dari perusahaan. Itu artinya, perusahaan membiarkan pegawainya pergi tanpa meminta pesangon sama sekali. Pada intinya, semakin lama bekerja, maka semakin besar pajaknya. Padahal gajinya pun tidak dinaikkan. Tidak berkaca dari kejadian dua tahun lalu yang menimpa walikota Candala, Ibukota negara Alcantra, sepertinya semua orang yang duduk di kursi pemerintahan daerah seperti sedang di ninabobokkan. Seakan tak terusik dengan karma yang mungkin bisa jadi akan menimpa mereka kapan saja. Mereka menganggap bahwa dunia yang mereka tinggali saat ini sudah sangat aman. Toh, tokoh psikopat yang dua tahun lalu membunuh orang-orang telah menghilang. Mungkin sudah mati atau kabur ke luar negeri. Kasus seperti itu akan mudah hilang. Semuanya akan berjalan normal. Kehidupan tidak akan berhenti ditempat, bukan? Meskipun sosok itu begitu lekat di ingatan. Tentangnya yang mengatasnamakan kemanusiaan namun tidak memanusiakan. Karen Andersson adalah pewaris dari Andersson Company yang merupakan psikopat yang telah menghabisi nyawa banyak orang, termasuk keluarganya sendiri. Dia begitu karena menganggap bahwa orang-orang jahat memang perlu untuk dibunuh. Sebagian orang menganggap bahwa Karen adalah Dewa Penyelamat dan sebagian lagi menganggapnya b*****h yang hanya tahu bagaimana caranya membunuh. Terlepas dari itu semua, bukankah seharusnya pejabat-pejabat yang menyengsarakan rakyatnya itu tersadar? Jika tidak dari seorang Karen, mereka akan belajar dari mana? Bukankah pendahulu mereka sudah merasakan bagaimana efeknya? Mati di tangan seorang psikopat dan akhirnya terlupakan begitu saja. Sayangnya, tidak ada yang mengingat detail itu. Bahwasanya, siapa saja bisa menjadi monster yang menakutkan kapanpun mereka mau. Setiap kali mengingat semua itu, mereka hanya ingat bahwa tokoh psikopat itu telah hilang. Padahal, bisa jadi terbentuknya seorang psikopat adalah dari tempat di mana dirinya dibesarkan, situasi apa yang dia hadapi, dan seberapa parah mentalnya saat ini. "Kau menemukan sesuatu?" tanya seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam sebuah apartement dengan seorang pria didalamnya. "Aish, kau mengagetkan aku!" ucap pria itu hampir mengumpat karena terkejut, "Apa yang kau lakukan di apartement- ku selarut ini? Apakah tidak ada hari tenang tanpa adanya gangguan darimu, ha?" Wanita itu tersenyum samar dan menjawab pertanyaan pria itu, "Aku pikir kau sibuk dengan pekerjaanmu sebagai seorang detektif. Rupanya kau malah menonton hal yang tidak baik." "Hm, para pria sering melakukannya. Bahkan lebih daripada sekedar-" ucapan pria itu dipotong secara langsung oleh wanita itu. "Jangan bicarakan itu padaku," jawab wanita itu yang memilih untuk duduk di sofa. Agacia, nama wanita itu. Terlihat jelas dari sebuah name tag yang saat ini masih menggantung di lehernya. Wanita itu seorang penulis berita yang bekerja di sebuah perusahaan besar, Mega Mendung Media. Perusahaan yang membuat iri banyak orang. Mungkin masuk ke dalam perusahaan pers tersebut adalah impian orang yang sangat menginginkan tampil di televisi. Padahal tidak selamanya semuanya menyenangkan. "Kenapa kau sangat tertarik dengan kasus sepuluh tahun yang lalu?" tanya pria itu, Rendra, seorang detektif kepolisian yang baru saja dimutasi di kota Pianika. Mungkin beberapa hari yang lalu. Agacia berpikir sejenak sebelum menjawab, "Hm, untuk naik jabatan, mungkin!" Keputusasaan adalah poin penting dalam melakukan sesuatu. Tatapan matanya pun terpancar kesedihan dan tentunya Rendra sudah bisa menebak bagaimana isi kepala temannya itu. "Kau masih berhubungan dengan Kelen? Bukankah aku sudah bilang untuk tidak menemuinya lagi. Kelen adalah pria b******k! Dia tidak akan pernah pantas bersanding deng-" ucapan Rendra dipotong oleh Agacia untuk kesekian kalinya. "Berhentilah membahasnya! Aku benci mendengar namanya disebut. Intinya, aku harus naik jabatan. Aku lelah sekali diperlakukan buruk dan selalu menjadi keset mereka. Maka dari itu, kau harus membantuku. Setidaknya biarkan aku mendapat posisi sedikit lebih tinggi agar tidak terus diremehkan. Kau tahu seperti apa kompetensiku? Kita pernah bersekolah bersama. Kau tahu, 'kan?" Rengek Agacia kepada Rendra. Rendra melepaskan earphone yang digunakannya tadi. Meskipun telat, mau bagaimana lagi, 'kan? Agacia adalah orang yang sangat gigih dan dia sangat pandai dalam segala hal. Terutama membuat Rendra jatuh hati padanya. Pria itu bukannya tidak ingin berbagi cerita. Apalagi wanita di depannya adalah orang yang sangat dia sukai sejak lama. Hanya saja, Rendra tak bisa memungkiri bahwa perasaan sedihnya kembali muncul. Tentang bagaimana seorang Karen Andersson yang membunuh Ayahnya yang merupakan seorang Walikota Candala, tukang korupsi saat itu. Para psikopat seperti mereka harusnya mati saja, bukan? Tidak perlu mendengar cerita dari sudut pandang mereka. Sehingga manusia lainnya tidak merasa goyah atau kasihan, bahkan memihak mereka. Maka dari itu, Rendra malas berurusan dengan cerita psikopat semacam itu. Agacia menatap Rendra yang diam tanpa kata dan mulai bertanya kembali, "Semenjak kembali ke Alcantra, banyak hal yang membuat aku penasaran. Ada sesuatu yang hilang, tapi aku tidak tahu apa." "Kau masih memikirkan tentang masa lalumu? Bukankan itu bukan hal yang penting? Maksudku, kau mengatakan bahwa kau adalah salah satu korban perundungan? Sebaiknya memori itu lupakan saja. Aku melihat tatapan kekhawatiran dari Ayahmu setiap kali kau menanyakan tentang masa lalumu. Pasti sangat menyakitkan untuk Ayahmu. Dia membesarkanmu dengan penuh kasih sayang. Tetapi orang lain menyakitimu." Jawab Rendra yang berpendapat. Agacia menganggukkan kepalanya pelan dan menanyakan pendapat Rendra kembali, "Apa menurutmu aku orang yang baik di masa lalu?" "Hm, tentu saja. Memangnya kau orang seperti apa?" Wanita itu hanya mengangkat kedua bahunya. Pertanyaan tentang; seperti apa dirinya di masa lalu, sangatlah mengganggu. Benarkah dia orang yang baik? Benarkah? Bagaimana kalau bukan? Mungkinkah Ayahnya berbohong? Drt Drt Drt Handphone Rendra bergetar, ada panggilan masuk dari seseorang. Mereka berdua saling pandang, seperti ada hal yang mengejutkan. "Sepertinya, aku harus pergi. Kau tidak apa-apa di sini sendirian?" tanya Rendra yang terburu-buru, lalu mengambil jaket dan kunci mobilnya yang berada di atas meja. Agacia menarik tangan Rendra dengan cepat, sebelum pria itu pergi meninggalkannya. "Apa ada sesuatu?" tanya wanita itu penasaran. Rendra mengangguk sebelum menjawab, "Ada mayat di hutan Alemenia. Aku harus memastikannya sekarang." "Biarkan aku ikut!" "Tidak! Aku harus bertugas dan tunggulah di sini. Kau tidak pernah melihat mayat secara langsung dan ini bukan sekadar kematian biasa." teriak Rendra dengan tegas. Agacia menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan tegas, "Aku tahu! Aku ingin memastikan-" "Dengarkan aku, ini bukan hal yang harus kita perdebatkan! Mengertilah, Agacia. Aku harus pergi sekarang." Ucap Rendra yang keluar begitu saja dari apartement- nya tanpa bicara lagi pada Agacia. Wanita itu terdiam di depan pintu sambil menatap siluet tubuh Rendra yang tidak lagi terlihat. Jelas-jelas Agacia mendengar kata-kata, "operandinya sama". Apakah ada kasus lama yang terjadi saat ini? Apakah tokoh psikopat lama muncul lagi? Siapakah itu? Karen Andersson atau Si Jas Hujan yang belum ditemukan? Agacia memegang dadanya yang berdetak dengan kencang. "Perasaan apa ini? Mengapa aku begitu bersemangat? Ini tandanya bersemangat, bukan?" "Aku takut sekali," batin Agacia. Mayat siapa itu? Siapa yang mati? Dan mengapa harus HUTAN ALEMENIA? Lagi... ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Istri Tuan Mafia

read
17.1K
bc

Pembalasan Istri Tersakiti

read
8.2K
bc

My Devil Billionaire

read
94.8K
bc

Si Kembar Mencari Ayah

read
28.8K
bc

CINTA ARJUNA

read
12.3K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
3.5K
bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
24.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook