‘Maaf ya Kak, karena mama meminta Kakak datang, Kak Ina jadi marah pada Kakak,’ sebuah pesan dari Yanti masuk. Dhaffa tak menggubrisnya, hanya dia baca saja, tak ingin berbalas pesan dengan adik iparnya.
Sejak Yakta mengatakan akan menikahi Yanti dan memperkenalkan calonnya, sampai kemarin dia menenangkan adik iparnya itu, Dhaffa belum pernah ngobrol dengan Yanti sama sekali.
Saling sapa seperlunya hanya beberapa patah kata, tak pernah akrab. Jadi dia malas membalas pesan itu, terlebih gara-gara Yanti keluarganya mulai goncang seperti ini.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Alhamdulillaaaah,” Dhaffa langsung lari ke dalam melihat di parkiran rumahnya selain dua mobil box usaha Ina, juga ada mobil pribadi istrinya.
“Sayank, maafin Kakak, maafin Kakak,” tanpa malu Dhaffa memeluk Ina di depan semua pegawainya ditambah pegawai temporer yang ada.
Saat itu Ina sedang finishing untuk mengantar pesanan yang memang diminta ready jam 7 malam, saat ini mereka sedang memperhatikan loading ke mobil box.
Ina tak menjawab, dia terus memperhatikan pegawainya saja.
“Kakak mandi dulu ya, Kakak enggak ganggu kamu kerja, “ Dhaffa mencium pipi Ina sekilas sebelum meninggalkan ruang usaha dan kekasih hati.
Satu minggu berlalu, walau masih kaku tapi Ina sudah mulai mau menjawab bila Dhaffa bicara.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
‘Kakak pulang terlambat, mau temani bozz makan malam,’ pesan Dhaffa Ina terima, disertai share lock dan foto candid Dhaffa berjalan di sebelah orang mengenakan jas yang hanya terlihat bagian lengan dan perut dan latar belakang mobil sang bos.
Malamnya Dhaffa pulang naik taksi sebab motornya di kantor dan dari resto dia langsung pulang ke rumah.
Bukan sekali ini Dhaffa menemani sang bos, kadang diminta menemani istri bos dan putrinya.
Dhaffa bekerja di perusahaan pamannya, tapi jabatan yang dia raih sekarang dia capai hasil prestasinya, bukan karena dia keponakan sang bibi. Sebab yang kerabat adalah bibinya.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Mengapa malam ini Kak Dhaffa tak bilang dia akan antar ACIL ( bibi dalam bahasa Banjar ) atau JULAK ( paman dalam bahasa Banjar ), tapi sampai saat ini belum pulang?” Sudah jam 10 malam, Dhaffa belum tiba di rumah, padahal maksimal dia tiba saat maghrib.
“Koq seperti tangan Kak Dhaffa ya?” Ina melihat WAS ( Wh@tsapp story ) Yanti yang menuliskan ‘tangan yang menenangkan ku.’ Awalnya Ina merasa Yanti sedang rindu pada Yakta suaminya sehingga memposting foto itu. Tapi setelah diperhatikan tanggal di sudut kiri bawah foto adalah TANGGAL HARI INI, tadi jam tujuh malam.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Koq tumben?”
“Kangen mama,” balas Ina santai.
“Oke, besok sejak pagi seperti kemauanmu kita ke rumah mama,” balas Dhaffa gugup. Ada rasa bersalah pada istrinya sebab dua malam lalu dia mampir ke rumah mamanya mengantar oleh-oleh dari sang bibi dan dia nyangkut di sana beberapa saat.
Sekarang Ina minta mereka ke rumah sang mama. Dia takut mamanya cerita kalau dirinya dua hari lalu datang.
‘Iya, mama enggak akan bilang,’ Dhaffa tenang setelah mendengar voice note sang mama yang mau bekerja sama agar tak membuat Ina marah. Kemarin dia nyangkut sebab sang mama sedang keluar rumah dan mati listrik membuat Yanti ketakutan, Dhaffa menemani Yanti hingga mamanya pulang.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Mama senang kamu punya waktu ke sini.”
“Mama tahu kan, sejak dulu aku seperti ini, hamil bukan bikin aku diam, aku perempuan mandiri yang tak mau menadah tangan dari lelaki,” jawab Ina membuat mama mertua sedikit tersindir sebab sejak gadis dia belum pernah bekerja sama sekali.
“Dan jam kerjaku tak seperti jam kerja kantor, jadi memang agak sulit menyesuaikan waktu untuk bersama Kak Dhaffa ke sini.”
“Ya kamu datang saja sendiri, tak perlu bersama Dhaffa,” timpal Dwi, sang papa mertua.
“Tak enak Pa ganggu waktu Mama bersosialisasi atau waktu santai mama,” balas Ina. Sejak dia pacaran, kalau datang ke rumah mertua selain bawa buah, Ina pasti bawa kue dan lauk hasil tempat usahanya.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Kenapa lagi?”
“Kakak keberatan aku kesana?”
“Aneh saja, dua minggu lalu kita baru dari sana kan?” Sejak mereka pacaran hingga menikah Ina jarang ke rumah mertuanya bila tak ada acara. Sesekali memang dia main, tapi tak sering. Saat ini Dhaffa jadi terkejut saat Ina lapor akan ke rumah mamanya lagi.
“Aku dengar mama besok ada arisan Ibu-Ibu, aku mau bawakan mama snack,” balas Ina tenang.
“Ya sudah kamu duluan ya? Nanti Kakak jemput.”
“Tak usah Kak, besok kan hari Rabu, Kakak tak perlu jemput, nanti harus ambil motormu lagi kalau Kakak pulang dengan mobilku,” tolak Ina.
Tentu malah akan jadi dua kali kerja bila Dhaffa meninggalkan motor miliknya di rumah ibu mertua. Ina tak mau itu terjadi.
“Aku hanya kasih tau saja, dan aku juga sudah beritahu mama snack aku yang tanggung asal aku boleh sebar kartu nama, kali saja ada order dari para Ibu itu,” jelas Ina.
“Mama sudah bilang tak keberatan koq,” lanjut Ina.
“Atur saja-lah,” akhirnya Dhaffa mengerti, alasan Ina ingin memperluas networking atau jaring laba-laba bisnis catteringnya pada ibu-ibu arisan mamanya. Tentu para ibu adalah sasaran tembak yang tepat dan sesuai dengan bisnis catering yang istrinya kelola.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Tak perlu mama antar, masuk saja,” Tadi Ina sempat diminta istirahat oleh mertuanya, sehabis istirahat Ina minta antar ke kamar Yanti sebab dia ingin pinjam hair dryer sehabis mandi.
“Ma, Ina enggak enak, ini Ina ambil saja di atas meja rias Yanti, Ina keringkan rambut di kamar Ina saja,” yang Ina maksud kamarnya adalah kamar Dhaffa saat bujangan. Sedang Yanti tidur di kamar Yakta.
Ina mengeringkan rambut dan meminta pembantu mengembalikan hair dryer ke kamar Yanti. Dia menggunakan hanya sebentar dan tak masuk lagi ke kamar adik iparnya itu.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Ina memasukkan banyak nomor Ibu-Ibu yang datang di arisan lingkungan sang mama mertua. Walau hamil Ina tetap lincah, sementara Yanti hari itu malah pergi menghindar.
Yanti tak mau lelah membantu mertuanya menerima tamu, sedang Ina membawa dua orang pegawai untuk membantu sehingga dia bisa ngobrol dengan banyak Ibu di sana.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Kalian sungguh tak punya moral!” Warga menerobos kamar Yanti, disana Dhaffa dan Yanti sedang naked, Ina tersenyum di depan pintu dan mengambil pakaian Dhaffa yang langsung dia pegang erat agar Dhaffa tak bisa menggunakannya.
Mama mertua Ina pucat pasi, tadi saat membuka pintu depan dia langsung dipegangi Bu RT agar tak ikut ke kamar Yanti, Banyak warga langsung masuk dan Ina dibarisan paling depan.
Dhaffa dan Yanti pucat pasi digerebek seperti ini di sore yang cerah.
Papa Dhaffa yang baru tiba sudah tak bisa bicara apa pun, dia memang tetiba dapat video live streaming dari kamar Yanti sejak Dhaffa masuk kamar menantunya, dan mereka kuda-kudaan dengan buas.
Semua warga yang datang juga dapat video live itu, sebab semua nomor yang Ina catat ketika arisan tiga minggu lalu dikirimi akses live streaming itu.