bc

I Love You

book_age16+
988
FOLLOW
5.4K
READ
possessive
family
love after marriage
arranged marriage
dare to love and hate
CEO
tragedy
sweet
city
friendship
like
intro-logo
Blurb

Terlibat dalam sebuah perjodohan dan mempertemukan keduanya dalam ikatan sakral, kehidupan rumah tangga mereka terus dalam ambang mengharapkan sebuah perpisahan. Daizy mencoba untuk bertahan, tetapi masa lalu datang memberikan harapan. Mereka dalam resah, antara bertahan atau melepaskan. keduanya mencoba berdamai memberikan waktu untuk pernikahan mereka, tetapi pondasi yang di dirikan kian runtuh dengan cobaan yang terus menghanyutkan akan kah perasaan yang tertanam akan terus kokoh? Takdir yang terus bermain.

by cover : canva

chap-preview
Free preview
Chapter 1
"Sayang kamu harus makan teratur di sana, mama sama papa akan jarang pulang. Jangan buat oma kamu stres melihat tingkah cucunya yang memiliki bibit mercon kayak kamu," ujar rentetan untuk memberitahu anak sulung nya itu. Perempuan yang tengah menikmati serapannya hanya bisa diam saja, ia tidak begitu mendengarkan semua kalimat mamanya. sang mama hanya bisa menghela nafas dan meletakan beberapa obat di dalam tas kecilnya, semua itu tak luput dari penglihatannya. "Maa ..." "Hm ..." "Aku nggak mau bawa minyak angin, mama tau aku nggak suka sama bau nya." Mamanya menghela nafas, putrinya ini selalu seperti ini. "Sukanya sama balsem, kamu ini anak mudah apa nenek-nenek sih?" "Aish mama, aku ini anak mudah gaul yang cantik dan pandai menabung." "Tapi, jomblo," ujar mamanya yang begitu telak, ia merenggut kesal. "Mama titip salam sama oma, bulan depan kami akan ke Indonesia. Selama disana mama nggak mau dengar kamu buat ulah, oma sudah tua tidak bisa mengurus kamu yang bahkan sudah bisa bikin anak sendiri." Tidak ada angin apa, mamanya mengatakan hal yang begitu membuatnya mendesis kecil. "Mama resek kalau lagi lapar." "Kamu ini yah dikasih tau kok bandel, lihat umur kamu sudah berapa? dua puluh delapan tahun. kamu sudah pantas untuk menikah papa sama mama kian hari kian tua, Kami mau mempunyai cucu sebelum meninggal—" "Kenapa harus minta sama aku sih? 'Kan masih ada uta, bahkan dia sudah punya pacar. Mama suruh saja dia ngasih mama sama papa cucu." Mamanya begitu geregetan melihat anak perempuan satu-satunya ini, ia hanya bisa membalas dengan gelengan pelan. "Kamu yang lebih tua dan yang seharusnya kamu lah yang segera menikah, uta masih kuliah dan kamu mau dilompati sama adik kamu sendiri? Kamu kok betah banget menyendiri." ia begitu risih jika sudah membahas masalah pernikahan dan kawan-kawannya, lebih baik ia segera pergi ke Indonesia untuk menghilangkan rasa jenuh atas permintaan kedua orang tuanya. "Nanti Dai pastikan buat menikah, mama sama papa tunggu saja undangannya," ujarnya bergegas mengambil semua barang-barannya, hari ini ia akan kembali ke kampung halamannya. Mama hanya bisa menahan rasa gemes melihat anak perempuannya ini, ia meletakan barang-barangnya di bagasi mobil. Supir akan mengantarnya ke bandara, sekali lagi mamanya mengingatkannya. "Segera menikah sebelum oma mencarikan suami untuk kamu." Wanita berambut panjang yang ia warnai itu menatap mamanya malas. "Ini bukan zaman siti nurbayah yang harus ada jodoh-jodohan, kalaupun ada mungkin aku akan mengajukan nama Mama untuk dicalonkan," katanya dengan kekehan kecil, mamanya mencubitnya kesal dengan si anak yang selalu membuatnya jengkel. "Kamu mau Mama menikah lagi gitu, Aish." "Iya, biar semakin banyak pemasukan ekonomi," balasnya yang langsung mendapatkan pelototan dan ia segera masuk kedalam mobil, wanita yang telah berumur empat puluh lima tahun itu menatap putrinya kesel. "Dahh, nanti aku sampaikan sama oma untuk carikan calon kedua untuk menantunya. See you," ujarnya melambaikan tangan yang dibalas dengan kerutan kesal dari wajah mamanya. Daizy Bassania Nafeesa nama lengkapnya yang sering disapa Dai, anak pertama dari dua saudara yang bernama Nauta Sagar Arnawarma. Keduanya memiliki arti dan makna lautan yang membuat nama keduanya begitu asing. Di umurnya dua puluh delapan tahun ini, ia selalu di kejar-kejar perihal pernikahan. Seperti orang awam di Indonesia jika tidak menikah ia akan di cap perawan tua, yah pemikiran kolot yang tidak pernah diubah. Tetapi, Dai tidak perlu repot untuk memikirkan hal itu semua, ia hanya ingin refreshing, menikmati hidup dan juga merasakan penghasilan uang dari kerja kerasnya. Hari ini kota Singapura terlihat cerah, yang untungnya ia mengenakan kacamata hitam untuk menghalau sinar matahari yang masuk. Selama di perjalanan menuju roma, ehh maksudnya menuju bandara ia tidak berhenti memutar lagu itu yang terus berulang-ulang. Sedikit senyuman kecil yang terbit dari bibirnya, ia akhirnya bisa terlepas dari jeratan macan harimau semoga saja di Indonesia oma tidak mengancam nya ini itu, jika ia mungkin dirinya akan pergi ke panti jompo merenungi nasib masa depan yang diatur oleh orang dewasa. Setelah menempuh beberapa menit akhirnya ia telah berdiri di pintu masuk bandara, permen kaki yang ia makan menjadi kenikmatan sendiri dari mulutnya. Matanya menelisik semua ke penjuru dan segera melangkah masuk ke dalam bandara. "Indonesia I'm coming."~ [..] Di pintu masuk kepulangan seseorang dengan kemeja motif daun juga celana chino menjadi gaya fashion nya saat ini tidak lupa dengan kacamata yang bertengger manis di batang hidungnya yang mancung. Beberapa diantaranya ada yang memperhatikan pria itu saat keluar dari pintu kaca, gaya nya yang mencolok itu tentu mengundang semua mata untuk menatapnya. Koper abu-abu dengan bermotif abstrak itu ia geret dengan tenang, seseorang di ujung sana melambaikan tangan ke arah nya yang tidak sama sekali ia sambut. "Wah gila, di Jerman makin ganteng aja lo," ujar sepupunya menilai penampilannya saat ini, ia sama sekali tidak membalas ia hanya menarik kopernya untuk meninggalkan tempat. "Cih, dikacangin! kacang sekilo berapa pak?" desis sepupunya itu. "Nggak usah sok akrab kalau ada maunya," balasnya tajam, lelaki yang menjemputnya itu terdiam sesaat dan tertawa kencang. "Njir, tiga tahun di Jerman nggak berubah juga nih anak," katanya merangkul sepupunya yang baru pulang itu, Mereka berjalan beriringan sampai seseorang menabrak mereka dari sisi belakang membuat rangkulan keduanya terlepas. "Anjir!" "Sorry-sorry gue nggak sengaja maaf," kata orang yang menabrak mereka, setelah itu bergegas berlari kembali. "Gila tuh orang!" ujar Sandy sepupunya itu, bahunya begitu sakit saat tanpa di sengaja di tabrak begitu kuat. Pria yang menarik kopernya itu berkata, "Mau pulang nggak lo?" Dengan nada dingin dan ketus, Sandy nggak mengerti sifat sepupunya itu begitu berubah drastis. "Salah aja gue ..." lirihnya. ~ Dari pintu masuk bandara ia terlihat berlari kencang sampai menabrak semua orang termasuk di belakangnya tadi, ini lebih bahaya dan kini nyawanya bak di ujung tanduk sekali cabut melayang. "Hohooooosshos" Ia terbungkuk dengan kedua tangan yang bersipu di kedua lututnya, nafasnya mengemburu. "Sialan! Punya adek nggak berguna benget sih," runtuknya dengan penuh rasa jengkel dan u*****n-u*****n yang ingin ia tuangkan, Nauta yang sering di sapa Uta itu hanya mendelik ke arah kakaknya. "Nggak bersyukur banget gue jemput lo, memang nggak ada tiket yang lebih pagi lagi apa?" "Cih, ngomel." Ia memberikan kopernya ke adik cowok nya itu, yang langsung diterima, mereka berjalan beriringan jika seperti ini mereka tidak terlihat seperti kakak beradik, tetapi terlihat seperti sepasang kekasih. "Gimana kabar papa sama mama?" "Baik, mereka minta cucu kasih gih." Uta keselek mendengarnya, ini kenapa kakaknya semakin gila sifatnya. "Nggak waras lo, gue masih kuliah lo aja sono nikah umur udah tua juga." Dai mendelik mencubit lengan adiknya. "Siapa yang lo bilang tua? He!! Gue masih mudah, cantik, baik hati, suka menolong da—" "Nggak bisa move on." Potong Uta cepat, Dai benar-benar membenci adik nya ini. Kenapa ia harus mempunya adik kalau tidak berguna, sepertinya ia harus memberi tahu mama papa nya untuk mendaur ulang adiknya. Setelah berada di parkiran Uta meletakan tasnya di belakang dan segera duduk di kemudi, Dai sedari tadi sudah berada di mobil yang kini tengah berkutat dengan radio. Uta menjalankan mobilnya dan berujar, "Oma undang mas ghani." Dai yang mendengarnya reflek memijit tombol volume sampai suara radio mengisi mobil itu, Uta berdesis geram lihat tingkah reflek kakaknya itu ia hampir saja menabrak mobil di depannya. "Gila lo ya!" "Yang sopan kalau ngomong sama kakak, itu mulut apa cabe mercon sih?" kesalnya, ia kembali sibuk dengan radio mobil. "Ngapain mas ghani datang? Nggak elit banget dong buat ngelamar gue di depan oma ." Dai menyandarkan tubuhnya, males mengutak atik radio lagi. Mood nya turun drastis, Uta sang adik tidak peduli mereka menghabisi waktu selama di perjalanan dengan keheningan.— Rumah mewah di kawasan perumahan elit di Jakarta terlihat mobil mewah keluaran terbaru memasuki halaman rumah itu, pintu penumpang terbuka menampilkan sosok berkemeja hitam dengan motif daun itu. Kulit putih yang terawat itu begitu kontras dengan warna baju nya, dengan santai ia memasuki rumah bercat putih itu. "Suruh dia pulang saja, saya nggak terima tamu," ujarnya kepada Bodyguardnya. "Woi! Gue udah jemput sama ngatar lo pulang, lo suruh gue pulang gitu aja.anjir punya sepupu nggak tau diri banget," sindir Sandy yang melihat pria itu berlenggang meninggalkannya di depan pintu, pria tegap berpakaian serba hitam itu menatapnya membuat Sandy geregetan. "Nggak usah geret atau ngusir gue, gue bisa jalan sendiri!! Bilang sama bos lo yang nggak tahu diri, titip salam dari malaikat maut." Setelah berkata tajam nan sinis Sandy meninggalkan rumah mewah itu, setelah peninggalannya pria yang baru saja pulang dari Jerman itu di sambut hangat dengan ibundanya tercinta yang sudah lama tidak ia temui lima tahun belakangan. "Loh mana Sandy? bukannya dia yang jemput kamu?" "Aku usir." "Aish anak ini, sama sepupu kok begitu banget kamunya. Oh ya, selama disana anak mama ini makin ganteng banget yah," ujar wanita itu mengusap bahu sang anak. "Papa mana ma?" "Papa ada, di ruang kerjanya. Selagi kita membicarakannya, mama mau kamu katakan sama papa kamu. Buat istirahat, mama juga butuh diperhatikan bukan kerjanya itu saja." "Mama nggak tau papa aja, papa kan memang begitu selalu. Bahkan hari liburnya ia jadikan hari kerja, salah mama yang nikahi papa." Putra tunggal nya itu memang tidak peka sekali ia selalu bersikap seperti ayahnya, Naira tidak habis pikir kenapa Putranya ini tidak sedikit pun menuruni dirinya baik wajah dan juga sikapnya seperti Copy Paste dari ayahnya yang membedakannya cuman rambut hitam pekat yang halus menjutai disisi wajahnya adalah rambut keturunan dari dirinya. Wanita paru baya itu hanya merengut di samping putranya yang saat ini sibuk dengan tablet yang menampilkan layar pekerjaannya. Hari ini ia seakan tidak ingin terusik dengan perkataan dari mamanya, karena ia tahu jika sudah menyakut papa ia lebih menghindari topik itu, bukan karena benci tetapi karena topik yang dibahas tentang ketidak pedulian papanya terhadap mamanya yang selalu menduakan beliau dengan pekerjaannya semua tentang pekerjaan. ____

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tuan Bara (Hasrat Terpendam Sang Majikan)

read
113.5K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
75.9K
bc

SEXY LITTLE SISTER (Bahasa Indonesia)

read
308.3K
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.7K
bc

Dua Cincin CEO

read
231.5K
bc

LARA CINTAKU

read
1.5M
bc

I LOVE YOU HOT DADDY

read
1.1M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook