bc

Triology Of Mapsosa [Aku, Kamu, Dia & Dia] : Book 1

book_age16+
259
FOLLOW
1K
READ
others
teacherxstudent
friends to lovers
arrogant
self-improved
sweet
bxg
first love
slice of life
naive
like
intro-logo
Blurb

Na Jaemin as Pangeran

Oc / Nako Iz*one as Princessa

***

Demi mengejar orang yang disukainya, Princessa rela masuk ke SMA Permata Bangsa, salah satu SMA terbaik di Jakarta yang tingkat kesulitan masuknya sangat tinggi. Bahkan pintar saja tidak bisa menjamin masuk kesana, apalagi yang otaknya pas-pasan seperti Cessa. Tapi demi Dylan, Cessa rela belajar mati-matian agar bertemu dan menyatakan cinta pada orang yang disukainya itu.

Namun apa jadinya jika setelah bertemu dan menyatakan cintanya pada Dylan, laki-laki yang disukainya itu malah memberikan tantangan padanya agar menjadi nomor satu diangkatan mereka. Tentu Cessa kelimpungan karena untuk menjadi nomor 1, itu artinya dia harus mengalahkan Pangeran Arya Wijaya yang terkenal bukan hanya karena pintarnya, tapi juga karena ketampanannya dan sifat jeleknya. Pangeran itu tidak hanya anti sosial, tapi juga galak dan jahat seperti iblis, begitu Cessa menggambarkannya.

Tapi siapa yang bisa menebak apa yang terjadi dimasa depan. Bagaimana kalau pada akhirnya sang princess malah menyukai pangeran 'iblis'.

chap-preview
Free preview
SATU
Cessa : Permata Bangsa I'm Comming SMA Permata Bangsa adalah salah satu SMA terbaik di kota Jakarta. Banyak anak yang bermimpi agar bisa bersekolah ditempat itu karena selain terkenal karena prestasi akademiknya, SMA Permata Bangsa juga terkenal dengan prestasinya dibidang olahraga dan seni. Itulah alasannya kenapa tingkat pendaftar calon siswa baru untuk masuk SMA ini setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Itu artinya setiap anak yang ingin masuk ke sekolah ini harus melewati persaingan yang sangat ketat, lebih daripada masuk Sekolah Menengah Atas lainnya. Hampir mustahil rasanya kalau orang yang otaknya biasa-biasa saja bisa bersekolah di SMA terbaik di Jakarta itu. Apalagi orang bodoh seperti Cessa yang jelas lebih menyukai mode dalam berpakaian daripada menghitung dan menghapal, Permata Bangsa jelas bukan pilihan yang benar buatnya. “Persaingan dan seleksi yang amat susah dan ketat Ssa. Kamu yakin mau kesana?” Mama Cessa yang terkejut mendengar pilihan SMA Cessa bertanya untu memastikan ulang pilihan  sang putri. Tetap tersenyum, Cessa kemudian mengangguk yakin. “Iya, Cessa mau sekolah disana.” Jawabnya dengan begitu yakin. “Cessa pasti bisa kok ma, pa kalau belajar dengan giat.” Lanjutnya lagi meyakinkan mama dan papanya. Mama dan papanya saling berpandangan sesaat, sebelum kemudian menghela dan pasrah dengan pilihan Cessa. “Baiklah, kalau itu mau kamu.” Roberto, papa Cessa memberi ijin. “Walau papa sebenarnya lebih ingin kamu masuk SMK Bunda Mulia saja.” Ucap Roberto menyebut SMK tata busana terbaik di Jakarta. Untuk sesaat senyum Cessa surut sedikit, sebelum terkembang lagi. “Tenang aja pah, Cessa bisa mengambil pelajaran tata busana setelah SMA nanti kok.” Katanya begitu meyakinkan walau dalam hatinya sendiri dia tidak yakin. Kalau ditilik lagi dari awal sebenarnya tidak pernah sekalipun terlintas dipikiran Cessa untuk bersekolah di SMA Permata Bangsa. Cessa cukup sadar diri dengan kemampuan otaknya yang memang di bawah rata-rata. Sekedar pemberitahuan saja, Cessa sangat alergi dengan segala hal yang berhubungan dengan pelajaran. Belum lagi kemampuan olahraga Cessa juga sangat jauh dari kata baik, beruntung dia bagus dibidang seni. Cessa bisa dengan cukup percaya dirinya mengatakan kalau dia ahli dibidang ini, khususnya di bidang seni rupa dan musik. Buktinya Cessa memiliki banyak penghargaan yang dia dapatkan dari hasil mengikuti banyak ajang perlombaan di kedua bidang itu. Memang seharusnya Cessa pergi ke Bunda Mulia saja, bukannya ke Permata Bangsa. Berbeda dengan ke SMK Bunda Mulia yang 100 persen dia pasti lulus, peluang Cessa lulus di SMA Permata Bangsa hampir 0 persen. Semua orang disekitarnya memprediksi kalau dia ditidak akan lolos dipenyaringan, namun Cessa ngotot untuk tetap mencoba mengikuti test seleksi masuk siswa baru SMA Permata Bangsa. Cessa merasa tidak mau menyerah karena buat Cessa akan selalu ada keajaiban jika dia benar-benar berharap dan berusaha sebaik mungkin. Selama ini dia selalu berpikir dan menjalani hidup begitu, jadi dia yakin kalau akan selalu ada kemungkinan dia bisa masuk di Permata Bangsa, walau Cessa tidak yakin kalau dia bisa lulus dari sekolah itu dengan mulus. Menurut berita yang beredar SMA Permata Bangsa menganut sistem belajar-mengajar yang sangat ketat. Sistem ajar mengajar itu kononnya meniru sistem sekolahan di Jepang, jadi bisa dibayangkan bagaimana beratnya bersekolah di Permata Bangsa. Bahkan dari apa yang Cessa dengar, guru-guru yang bekerja di SMA itu haruslah memiliki prestasi yang baik dan merupakan lulusan dari universitas ternama dari dalam atau luar negeri. Cessa bisa membayangkan bagaimana penampilannya kalau sampai dia memang lulus dari sekolah itu. Dia sangat yakin kalau penampilannya akan berubah menjadi seperti kerangka kering dan botak. Begitulah kalau Cessa bisa menggambarkannya, namun karena keinginannya terlalu besar untuk masuk ke SMA Permata Bangsa Cessa mengabaikan bayangan mengerikan itu. Urusan apakah nantinya dia akan  survive disana atau tidak, Secca akan memikirkannya nanti setalah dia diterima di Permata Bangsa. Masih jelas diingatan Cessa bagaimana reaksi orang-orang disekitarnya ketika dia meminta saran dan pendapat mengenai niatnya untuk mendaftar diri di Permata Bangsa. Orang-orang itu panik berpikir kalau Cessa sedang sakit. Dia keki setengah mati walau  tidak salah sebenarnya jika orang-orang disekitarnya bereaksi seperti itu. Mereka heboh menganggap kalau Cessa tengah sakit, mengigau atau paling parah sedang stress. Saking panik dan khawatirnya mereka, kedua orangtua Cessa dan kakaknya sampai membawa Cessa ke psikiater. Berharap dengan membawanya kesana Cessa sadar kalau mimpinya masuk ke Permata Bangsa layangnya ‘Si Pungguk Merindukan Bulan’. Cessa tau gadis yang hobby berdandan seperti dirinya yang lebih tertarik pada baju keluaran terbaru daripada rumus menghitung kecepatan, yang lebih tertarik dengan semua dunia princess Disney daripada mengetahui tentang penerima nobel perdamaian tidak seharusnya berniat untuk masuk ke SMA Permata Bangsa. Tapi apa salahnya dengan mencoba? Lagipula Cessa akan berusaha sebaik mungkin biar dia bisa menjadi salah satu siswa SMA itu. Semua itu dia lakukan karena sekarang dia punya sesuatu yang sangat dia inginkan di SMA itu. Lebih tepatnya seseorang, seseorang yang bersekolah di SMA Permata Bangsa. Seseorang yang bahkan baru ditemuinya 3 bulan belakangan ini. Seseorang yang Cessa yakini bahkan tidak mengenalnya atau menyadari keberadaanya sama sekali. Jadi setelah mengatakan niatnya pada orang-orang disekelilingnya tentang niatnya memasuki SMA Permata Bangsa, Cessa benar-benar menghabiskan waktunya untuk belajar mati-matian. Orang-orang disekelilingnya yang mencemooh Cessa pada akhirnya hanya bisa mendukung dia pada akhirnya, terutama kedua orangtua Cessa dan kakaknya. Papa Cessa mencarikan guru privat terbaik untuk Cessa, Mama Cessa selalu menyiapkan cemilan untuk dia, memastikan Cessa mendapatkan asupan gizi dengan baik ketika dia belajar dan kakak Cessa, dia selalu meluangkan waktunya untuk membantu menjawab pertanyaan Cessa ketika ada kesulitan yang Cessa dapatkan ketika sedang belajar sendiri. Cessa rela menghabiskan seluruh masa liburnya, dari mulai pagi hingga malam hanya untuk belajar. Cessa menjauhi majalah fashion dan segala hal yang berhubungan dengan princess-princess-an yang begitu disukainya. Tidak hanya itu Cessa sampai mengalami mimisan karena dia terlalu memaksakan dirinya untuk belajar. Beruntung Cessa bisa menyembunyikan semua itu dari orangtuanya. Kalau tidak, Cessa yakin orangtuanya akan melakukan sesuatu untuk menghentikan Cessa dari aksi yang mereka anggap bodoh ini. Papa Cessa akan melakukan tindakan yang paling ekstrim, tindakan yang bisa membuat Cessa menjadi siswa sekolah itu tanpa perlu bersusah-susah belajar seperti sekarang. Jelas Cessa tidak suka itu, meski bodoh Cessa paling tidak suka kecurangan. Sepanjang hidupnya, baru kali ini Cessa berusaha sangat keras hanya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dia. Mendapatkan sesuatu yang bisa membuat Cessa bisa bertemu dan dekat dengan pangeran impiannya. Selama ini apapun keinginan Cessa akan dengan mudah Cessa dapatkan, bahkan tanpa berusaha sekalipun. Kedua orangtua Cessa selalu memenuhi apapun permintaannya, permintaan yang biasanya berupa kasih sayang dan materi. Jadi suatu kebanggaan tersendiri bagi Cessa ketika pada akhirnya dia diterima di SMA Permata Bangsa. Meskipun Cessa berada pada urutan terakhir dari kumpulan siswa yang berhasil masuk ke Permata Bangsa. ❦❦❦ Dengan senyum lebar Cessa memasuki SMA Permata Bangsa, melewati gerbang besar yang memisahkan gedung sekolah itu dengan dunia luar. Cessa mengabaikan tatapan-tatapan aneh yang ditujukan kepadanya karena dia terbiasa dengan treatment itu. Rasa senang dan tidak sabarannya untuk segera bertemu dengan pangeran hatinya lebih penting buat Cessa. Bukankah lebih baik memikirkan apa yang membuat kita senang daripada memikirkan apa yang orang lain pikirkan kalau itu hanya membuat kita bersedih? Selama ini Cessa selalu berhasil bertingkah seolah tidak ada yang melemparkan tatapan dan bisikan-bisikan aneh tentang dirinya. Lagipula Cessa tidak merugikan orang atau melanggar peraturankan? Lalu apa pedulinya dengan omongan orang? Iyakan? Cessa tau penampilannyalah yang mengundang perhatian siswa-siswi lain. Penampilannya sedikit mencolok memang karena dia memang selalu menambah aksesoris lain pada seragam sekolahnya. Jangan tanya kenapa dia berani melakukannya karena kalau dia sampai melakukannya itu artinya sekolahnya tidak mengaturnya. Pun SMA Permata Bangsa, sekolah ini tidak mengatur secara lebih spesifik bagaimana cara siswanya memakai seragam mereka. Bagi sekolah ini yang penting siswa/siswi mereka memakai seragam sekolah dari mereka, itu saja. Jadi ketika Cessa menambahkan topi baret merah kesekolahan itu bukanlah sebuah masalah. Secara garis besar penampilan Cessa tidak jauh berbeda dengan siswa/siswi lainnya. Cessa memakai kemeja putih dengan lengan pendek, rok khas sekolahannya yang wajib dipakai Senin dan Selasa. Rok lipat seribu berwarna merah ditambah garis-garis hitam yang menghiasnya, rok itu dibelinya sengaja dengan ukuran yang sedikit diatas lutut. Kaos kaki putih yang persis di bawah lutut. Lalu sepasang sepatu kets putih dengan sol sepatu setinggi 5 cm. ❦❦❦ Berjalan dengan penuh percaya diri menuju kelas dengan tulisan XG, Cessa segera mencari posisi yang nyaman untuknya di XG, kelas yang akan diduduki Cessa selama 1 tahun ini untuk menyelesaikan 1 tahun pertamanya di Permata Bangsa. Cessaa tidak tau harus mengatakan apakah dia beruntung atau tidak karena kelas dia ini merupakan kelas yang selalu disebut sebagai kelas buangan. Kelas tempat dimana orang-orang dengan nilai terendah saat mereka mengikuti tes masuk saat itu berkumpul. Sialnya Cessa malah di peringkat terakhir pula, itu artinya dia siswa terbodoh diantara yang bodoh saat inikan? "Hahhh..." Cessa menghela nafasnya. Cessa mengambil posisi ditengah-tengah kelas, pilihan terbaik menurutnya untuk saat ini. Selain karena tempat duduk di bagian pinggiran kelas sudah penuh, Cessa juga tidak terlalu menyukai tempat duduk pojokan, kesannya terlalu suram begitu pikir Cessa. Saat Cessa tengah memainkan hp miliknya, seseorang datang menyapanya dan meminta ijin untuk duduk disebelahnya. "Hai, boleh duduk disini?" Cessa menoleh lalu tersenyum dan mempersilahkan orang itu, "Tentu saja boleh." Katanya mempersilahkan gadis itu untuk duduk ditempat kosong disebelahnya. "Hai, kenalin aku Rena." Orang itu menyodorkan tangannya yang segera disambut oleh Cessa. "Cessa, Princessa Mouretti." Itulah perkenalan Cessa dan Rena, teman sebangku Cessa yang kemudian berubah menjadi teman baiknya. Selain karena mereka memang sekelas, sikap Rena yang tidak terlalu jauh berbeda dengan Cessa-lah yang membuatnya dengan mudah nyaman bersama Rena. Bahkan hobby berdandan milik keduanya membuat mereka mudah menyatu sama lain. "Jadi apa yang membuat kamu tertarik untuk datang kesekolah ini?" Tanya Rena sembari mencomot sandwich yang sengaja dibawanya dari rumahnya. Senyum Cessa mengembang, wajahnya langsung berbinar bahagia. Lalu dihirupnya banyak udara sebelum memulai ceritanya. "Jadi kan waktu itu aku dan teman-temanku sedang jalan-jalan ke mall. Sialnya dompet aku hilang, kayaknya aku waktu itu kecopetan deh. Bodohnya aku sempat misahin diri dari teman-teman aku yang milih buat langsung ke food court, sedangkan aku sendiri memilih pergi ke gerai aksesoris terlebih dahulu. Waktu itu aku udah ngumpulin item yang pengen aku beli di keranjang, bahkan barang-barang itu sudah dimasukan ke kasir dan tinggal bayar. Saat itulah aku sadar kalau dompet aku hilang. Jelas aku panik, aku sudah menggeledah tas aku tapi tetap aja dompet aku nggak ketemu. Saking paniknya aku lupa datang bareng teman aku. Aku hanya bisa nangis didepan kasir. Hingga akhirnya seseorang ngebayar barang-barang itu buat aku. Dan kamu tau siapa orangnya?" Tanya Cessa semakin semangat. Rena hanya menggeleng menaggapi pertanyaan Cessa. "Dia Dylan, ketua OSIS sekolah kita. Waktu itu aku ngelihat seragam yang dia gunakan. Soal dia yang ternyata ketua OSIS, aku baru tau itu tadi pas mau menanyakan posisi kelas kita ke ruang OSIS." Cessa mengucapkannya dengan wajah yang semakin berbinar senang. Tidak berhenti disitu dia semakin memuji segala hal tentang Dylan. "Kamu tau Ren, dia nggak hanya baik, kak Dylan juga ganteng. Mana dia juga ternyata juara satu umum untuk siswa seangkatannya. Itu berarti dia pintar bangetkan Na." Rena hanya bisa mengangguk. "Makanya aku berusaha mati-matian biar bisa masuk ke sekolah ini. Rencananya aku akan menyatakan cintaku pada kak Dylan dan aku akan menjadi pacarnya." Ucap Cessa dengan begitu berapi-api. Tidak mau memadamkan semangat Cessa, Rena hanya bisa mengangguk."Baiklah aku akan menjadi pendukungmu." Ucap Rena tulus sembari menunjukkan kepalan tangannya tanda dia memberi semangat pada Cessa. "Iya Na, makasih ya," balas Cessa dengan tulus pula. 'Hari ini adalah, awal dari perjuangan ku. Tunggu aku kak Dylan!!!' Seru Cessa dalam hatinya dengan menggebu dan penuh semangat. ❦❦❦

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

RAHIM KONTRAK

read
418.6K
bc

HYPER!

read
559.2K
bc

LAUT DALAM 21+

read
290.0K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

Fake Marriage

read
8.5K
bc

Aksara untuk Elea (21+)

read
836.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook