Lima

1016 Words
Hari demi hari berlalu. Bulan demi bulan berganti sejak kejadian Devan memberikan obat perangsang pada Siska. Setelah kejadian itu Devan dan Siska sudah melakukan hubungan suami istri beberapa kali, tentunya dengan melalui drama-drama tak jelas terlebih dahulu. Ditambah lagi Siska kini sangat disibukkan dengan mengurus baby Shahia yang sudah berusia hampir dua tahun yang sudah semakin aktif. Bahkan Siska sampai tak sempat untuk mengurus dirinya sendiri. Untung saja Dicka sudah bisa mengurus dirinya sendiri, seperti mandi, memakai pakaian sendiri, makan sendiri, dan lainnya. Dicka juga sering membantu Siska untuk menjaga adiknya. Pagi ini Devan sudah berada di kantor, setelah mengantar Dicka ke sekolah. Devan sedang fokus di depan laptop dan beberapa tumpukan berkas yang ada di atas meja kerjanya. Tok tok tok “Masuk.” “Maaf Pak, saya mau mengingatkan, kalau nanti siang bapak ada jadwal meeting dengan klien di café.” “Ahh, iya baiklah. Terima kasih. Apa Pak Riko sudah datang?” “Sudah pak.” “Suruh dia ke ruangan saya.” “Baik Pak. Kalau begitu saya permisi dulu.” Tak lama kemudian Riko datang ke ruangan Devan. “Ada apa boss?” “Nanti siang lo temenin gue meeting di luar.” “Siap boss. Ada lagi?” “Nggak, lo boleh keluar.” “Gitu doang?” “Iya. Lha trus mau ngapain? Lo mau gue suruh mijitin gue?” “Mau mau aja sih, tapi gue maunya mijitnya yang plus-plus.” Ucap Riko dengan mata yang menggoda. “Hiiiiiiiiiiiii…… gila ya lo. Sialan gue najis sendiri ngebayanginnya.” Devan bergidik ngeri mendengar ucapan Riko. “Loh, emang lo ngebayangin apaan? Maksud gue plus-plus bayarannya. Wah, pasti lo ngebayanginnya yang iya iya nih. Tapi maaf aja nih boss, gue masih normal. Masih doyan yang berlubang. Meskipun sebenarnya lo itu tipe gue banget sih. Hahaha.” Goda Riko lagi. “Bodo amat. Sekarang juga saya persilahkan anda untuk keluar. Bisa ketularan gila gue ngomong sama lo.” “Trus pijitnya nggak jadi nih?” “Nggak, gue bilang keluar sekarang juga. Gara-gara lo gue jadi nggak fokus sama kerjaan gue.” “Lagian siapa suruh ngerjain gue, nyuruh kesini cuman mau bilang begitu doang. Kan bisa lewat telpon.” “Terserah gue dong. Gue kan bossnya.” “Hehm baiklah. Gue yang waras ngalah aja.” “Jadi maksud lo gue gila?” “Ya kurang lebih sih begitu, tapi menurut gue banyak lebihnya. Hahaha.” “RIKOOOOOOO……” Teriak Devan geram. Devan melepas sepatunya dan sudah siap untuk melemparkannya ke wajah Riko. Namun dengan segera Riko berlari keluar dan menutup pintunya. Riko pun meninggalkan ruangan Devan dengan tertawa puas. “Dasar anak buah laknat.” Gumam Devan kesal. Yah, begitulah sikap Devan dan Riko. Tidak pernah berubah meskipun sudah mempunyai anak dan menjadi bapak-bapak. Namun kelakuan mereka yang seperti itulah yang membuat persahabatan mereka tak pernah putus. Setelah Riko keluar, Devan mencoba menenangkan dirinya kembali dan melanjutkan pekerjaannya. ***** Saat ini Siska sedang bermain dengan baby Shahia di ruang tamu setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumahnya. Ding Dong. Suara bel rumah Siska. Dengan segera Siska menuju pintu dan membukakannya. “Sinta?” “Hai.” Yang datang Sinta beserta anak kembarnya, yaitu Rhandi dan Rhiana. “Tumben lo kesini nggak ngabarin dulu.” “Nggak disuruh masuk nih gue?” “Oh ya silahkan masuk.” Mereka pun masuk bersama. “Mau gue buatin minum apa?” “Apa aja deh.” Siska pergi ke dapur untuk mengambilkan minuman dan cemilan untuk Sinta dan si kembar. Sedangkan Si kembar ketika masuk ke rumah Siska, mereka langsung bermain dengan baby Shahia. Tak butuh waktu lama, Siska datang dengan membawa minuman dan cemilan. “Wah, kayaknya mereka sudah waktunya dikasih adik lagi Sin?” Ucap Siska saat melihat Si kembar sangat senang bermain dengan baby Shahia. “Ah, nanti dulu aja deh Sis.” “Nunggu apaan?” “Mau istirahat dulu gue. Biar mereka agak gede dulu. Paling nggak bisa mandiri dulu kayak Dicka.” “Oh ya, tumben banget lo kesini nggak ngabarin gue dulu. Apa ada masalah?” “Nggak kok. Gue lagi suntuk aja di rumah. Gimana kalau kita keluar?” “Kemana?” “Ya kemana gitu, ke taman kek atau ke tempat bermain anak-anak.” “Tapi bentar lagi Dicka pulang sekolah, gue harus jemput.” “Kalau gitu kita jemput Dicka dulu, nanti sekalian pergi.” “Gimana ya?” “Ayolah. Lagian muka lo kelihatan kucel gitu. Pasti lo juga butuh hiburan. Butuh udara segar.” “Sialan lo. Baiklah. Kalau gitu gue pamit sama mas Devan dulu.” “Ngapain pamit segala. Palingan suami-suami kita pulangnya juga sore dan sesudah kita sampai rumah juga.” “Gue nggak tenang kalau pergi nggak pamit.” “Lo bener-bener istri yang baik.” Siska menghubungi Devan, namun tak ada jawaban dari Devan. Siska pun mengirim pesan kepada Devan untuk mengabari bahwa ia akan pergi keluar bersama Sinta setelah menjemput Dicka pulang sekolah. ***** Jam makan siangpun tiba. Kini Devan dan Riko sedang perjalanan menuju sebuah café yang telah direncanakan untuk bertemu dengan klien baru. Kali ini Riko yang menyetir, Akhirnya mereka pun sampai di lokasi. Mereka berjalan masuk ke dalam café dan mencari nomer tempat duduk yang telah mereka pesan sebelumnya. Saat menemukan meja tersebut terlihatlah seorang wanita yang sudah menunggu dan duduk membelakangi mereka. Riko dan Devan pun menghampiri wanita tersebut. “Selamat siang.” Sapa Devan saat mendekati wanita tersebut. Wanita tersebut berdiri dan berbalik badan menghadap Devan dan Riko. Betapa terkejutnya Devan saat mengetahui dan melihat wanita tersebut. “Risa?” Kaget Devan. “Devan?” Risa langsung mendekati Devan, dan cipika cipiki dengan Devan. Riko yang melihat itu pun hanya bisa terdiam. “Devan, bagamana kabar kamu?” “Aku baik. Kamu?” “Aku juga baik.” Riko merasa seperti tak dianggap disini. “Eheeemmm.” Dehem Riko yang merasa dicuekin. “Oh ya Risa, kenalin ini asisten pribadi aku, namanya Riko.” “Hai, salam kenal.” Sapa Risa.” “Salam kenal juga.” TBC ***** Nah loh, Siapakah Risa???? ~ Selamat Membaca ~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD