Mia POV
Suara Dean terdengar lega ketika aku menjawab seperti itu. Dulu aku tidak pernah menganggap serius karirku di dunia entertainment ini dan aku malah sibuk membuang waktuku untuk terus mengejar Dimas. hal yang baru kusadari sekarang jika itu semua merupakan tindakan yang sia-sia. Aku tidak mau jatuh ke lubang yang sama dan aku sudah memutuskan jika aku akan berusaha keras menikmati karirku. Apalagi aku memiliki manajer yang sangat memperhatikan kelangsungan hidupku di dunia entertainment. Aku merasa tersentuh dan lega disaat yang bersamaan.
Aku sudah sampai di lokasi yang dikirim Dean. Wanita itu tampak bahagia menemukanku datang tanpa ada perdebatan yang tidak berarti. aku menatap wajahnya, orang yang selalu setia menemaniku meskipun aku memiliki tempramen yang buruk.
"Mulai sekarang gue bakal kerja buat buat meningkatkan skill akting gue dan gue juga bakal nurutin semua nasehat dari lo kak," kataku cepat begitu kami bertatap muka. Aku mengatakan hal itu secara sungguh-sungguh dan tidak berharap dia langsung mempercayainya. Ini sebagai komitmen awal jika aku tidak akan membuatnya berada dalam kesulitan lagi.
"Gue nggak tahu apa yang udah terjadi sama lo, tapi buat sekarang gue bakal percaya. Selama lo tunjukkin niat yang lo bicarakan barusan dengan baik, gue juga bakal selalu ada buat dampingi lo," balasnya, "berarti lo bisa tunjukkin akting terbaik lo di audisi hari ini, kan? Gue yakin lo pasti bisa."
Aku mengangguk kepalaku dengan penuh semangat seraya mengepalkan salah satu tanganku tanda untuk bersemangat, "Oh iya Kak, bukannya Dawn ent lagi buat reality show? Lo bisa nggak tanyain ada slot kosong nggak buat gue ikut."
"Dawn ent?" tanyanya, Dean tampak tengah memikirkan nama yang tidak familiar itu hingga dia menatapku aneh, "proyeknya mereka kan nggak terlalu laku dipasaran. Kenapa lo minat buat ikut? Apa ada yang lo sembunyikan dari gue?"
"Nggak ada sumpah. Gue cuma pingin ikut aja. Lo sendiri kan tahu kalau gue aktris baru yang belum terlalu punya nama dan biasanya buat jadi terkenal mereka bakal jadi bintang tamu di reality show," jelasku. Memang begitu yang terjadi di dunia ini, hanya saja dulu aku memang sengat menyepelekan reality show hingga namaku tidak dikenal oleh siapapun meski aku banyak memainkan peran diberbagai drama.
Dean tampak menimang. Wanita itu sepertinya sudah memiliki program lain untuk kuikuti, "Benar sih apa yang lo bilang barusan. Tapi gue kurang sreg sama Dawn ent, gue bakal cariin program yang ratingnya nggak mengecewakan aja deh. Soalnya investor di sana kurang."
'Saturday Night' merupakan reality show yang akan meroket dikemudian hari. Memang ketika acara itu ditayangkan untuk pertama kali tidak banyak investor yang tertarik tapi semua kru dan orang yang bekerja di dalamnya sangat telaten dan membuat rating acara langsung melejit setelah dua kali penayangan. Acara itu juga yang membantu membuat aktor dan aktris baru mendapat nama di masyarakat.
Karena aku mendapat kesempatan untuk mengulang kehidupanku, aku tidak akan melepaskan kesempatan ini. Aku harus meyakinkan Dean agar dia bisa mengambil kesempatan langka yang mudah ini. Semua hal yang akan terjadi di masa depan harus bisa aku jadikan patokan supaya di kehidupanku yang sekarang, aku tidak mengalami banyak kerugian.
Tampaknya Dean bosan mendengarnya yang terus-menerus memintanya untuk memasukkannya di acara tersebut. Pada akhirnya dia setuju dan berjanji akan membantuku. Sepertinya melihatku yang menggebu-gebu membuat dia yakin jika aku sudah berubah. Apalagi sekarang aku sendiri yang memilih programnya meski bukan program besar.
"Nanti gue kabarin lagi kalau udah dapat info."
"Makasih kak. Kalau bisa Lo harus dapat slotnya ya." Aku terus mencecarnya agar dia tidak lupa. Tampaknya Dean cukup kesal dengan rengekanku yang membuatnya mendelik dan mendengus kesal.
"Lo ngeraguin kinerja gue, ya? Gua kan udah bilang iya tadi," sungutnya.
"Hehehe, cuma mau buat lo keganggu aja. Lo emang yang paling the best kok."
Audisi yang kuikuti hari ini adalah untuk mencari peran pendukung yang posisinya sangat penting. Karakter yang akan diperankan sangat menarik dan jika aku berhasil mendapat peran di drama ini dan berhasil juga memerankan dengan baik namanya pasti akan dikenal. Di masa lalu, aku dengan bodohnya melewatkan kesempatan ini dan membiarkan pendatang baru untuk mengikuti audisi dan mengambil peran. Tanpa aku beritahu pasti kalian sudah tahu apa yang terjadi selanjutnya kan. Dia menjadi lebih dikenal dibandingkan aku. Dan aku menyesal.
Mungkin itu memang cerita lama, tapi keadaan sudah berubah dan dia tidak mau menjadi orang bodoh lagi. Dia akan mengambil semua kesempatan yang diberikan Tuhan untuknya.
Dean juga ikut menemani dan aku masih mlbelajar mendalami karakter tokoh yang akan aku audisikan.
Tanpa kutahu jika aktris yang dulu memerankan peran tersebut tengah menatapku dari belakang.
Giliran ku tiba dan aku langsung memasuki ruangan. Di dalam sudah ada pemeran utama beserta sutradara dan penulis naskah.
"Selamat siang. Saya Mia yang akan memerankan Lisa untuk audisi kali ini," sapaku pada mereka.
"Kalau begitu, bisa kita mulai sekarang?"
Aku mengangguk dan langsung mengambil posisi.
Lisa merupakan saudara dari karakter utama yang bernasib tragis. Dia dan pemeran utama sama-sama jatuh cinta dengan pemeran utama pria. Jatuh bangun dia lakukan agar pemeran utama pria melirik Lisa meski hanya sedikit, namun usahanya gagal dan dia memilih untuk menenangkan diri. Dia berakhir ikut bergabung dengan organisasi perawat yang bertugas untuk menyelamatkan para korban yang terluka.
Kehadiran Lisa memang tidak bisa disandingkan dengan pemeran utama wanita, tapi kepribadiannya yang unik dan menawan menjadi poin utama di sini. Lisa tidak menyimpan dendam dan benci meski dia ditolak bahkan penulis secara langsung memberikan banyak perhatian dan cinta untuk tokoh ini meski tidak bisa mendapatkan hati sang pujaan. Dan itulah yang membuat karakternya melambung begitu drama ini ditayangkan. Dia bukan second female lead yang memiliki hati yang buruk.
Audisi yang aku mainkan hari ini adalah adegan dimana Lisa akhirnya menerima jika dia tidak akan pernah dipilih oleh pemeran utama pria. Dia juga harus merelakan jika pria itu mencintai saudaranya. Ekspresi yang harus ditampilkan pada adegan ini menjadi kunci dan ini adalah adegan paling penting dari semua adegan Lisa. Di adegan ini pada akhirnya Lisa melepaskan obsesinya pada pemeran utama pria dan berpindah haluan menjadi seorang relawan.
Lisa mengalihkan pandangannya dan enggan menatap pria di hadapannya. Dia teramat kecewa sampai sulit sekali menerima fakta yang baru saja dia dengar.
"Jadi kamu cinta sama dia? Kenapa harus dia?"
Lisa hanyalah gadis muda yang masih lugu. Obsesinya pada pria itu tidak sampai tahap yang mengganggu, hanya saja pemikiran dia yang membuat semuanya tampak seperti obesesi. Lisa juga masih dilanda kebimbangan dimana dia harus memilih untuk tetap mempertahankan cinta yang tidak akan pernah dibalas atau persaudaraan yang tidak akan pernah putus sampai kapanpun.
Lisa amat sangat mencintai pria itu, tapi kenapa pria itu bahkan tampak tidak tertarik padanya. Pada akhirnya dia sudah berada di tahap penerimaan. Dia sadar jika dia bukan sosok yang diinginkan. Melihat kedua sejoli itu saling merangkul bahagia membuat dia semakin sedih. Lisa tidak mau bertanya lagi, bahkan air mata ditahannya agar tidak mengalir di depan kedua insan itu.
"Kamu nggak usah jawab pertanyaan dari aku karena kau udah bisa tebak sendiri. Dia lebih berharga dibandingkan aku." Ekspresi wajah Lisa mengeras seketika. Dia tidak ingin dinyatakan sebagai orang yang dikalahkan, setidaknya dia harus memasang wajah datar agar kesedihannya tidak membuat kedua orang itu menatapnya dengan penuh kasihan.
"Aku cuma mau kasih tahu kalau aku ikut partisipasi sebagai relawan. Sepertinya orang-orang itu yang lebih membutuhkanku."
Adegan ini tidak ada dalam naskah. Di sana hanya tertulis Lisa yang perlahan bergerak menjauh tanpa mau menatap kedua orang itu dan aku impersonate sendiri adegan ini entah itu bagus atau tidak. Semua orang yang berada dalam ruangan mengangguk dan hal itu berhasil membuatku dapat sedikit bernafas lega.
"Cut! Bagus," ucap sang sutradara, "mohon ditunggu pengumumannya paling lambat besok."
"Baik. Terima kasih," ucapku.
"Gue nggak nyangka kalau akting lo sebagus itu," ini kalimat yang diucapkan Erhan. Dia yang berperan sebagai pemeran utama pria.
Aku mengucapkan terima kasih dengan gembira. Di puji oleh aktor papan atas adalah berkah tersendiri bagi para pendatang baru.
Aku segera melangkah keluar dan tersenyum senang seraya menatap Dean. Wanita itu tampaknya tahu jika audisiku berjalan lancar dan itu membuatnya ikut tersenyum. Tuhan sudah memberikanku kesempatan dan aku akan mengambil semua kesempatan yang ada.
"Ayo pulang. Kita bisa tunggu pengumuman dan paling lambat bakal di umumkan besok." Dean menariknya keluar dengan cepat sambil berjalan menuju basemant tempat mobil mereka terparkir.
"Lo nggak mau tanya sesuatu ke gue, Kak?"
"Gue percaya sama lo. Lihat ekspresi wajah Lisa aja gue udah bisa nebak."
Aku semakin melebarkan senyumku. Memang sedari tadi aku tidak menghilangkan senyuman dari bibirku. Hal yang amat jarang aku lakukan dulu.
Aku memang tumbuh tanpa cinta dari orang tuaku, ditambah Papa menikah lagi dan setelah mengetahui jika semua yang diberikan Mama adalah sebuah kepalsuan membuatku tidak ingin mengakui jika dia perhatian. Itu hanya sandiwara. Meski begitu aku tidak mau terpuruk dan berpusing ria memikirkan hal yang tidak penting macam itu. Ada saatnya nanti balas dendamku harus kukembakikan pada orang yang bers