CIUMAN PERTAMA

1219 Words
“Yuki, malam minggu jalan, Yuk!” Sandra mengajak Yuki yang saat ini sedang duduk santai sambil makan bakso di kantin sekolah menikmati jam istirahat. “Malas, San?” Yuki menggelengkan kepala, kemudian mengisap jus jeruk dari sedotannya. “Ikut, ya! Please, kalau nggak sama kamu, aku nggak boleh keluar malam sama bokap.” Sandra melipat tangannya di depan dada sambil memohon, berharap Yuki mau membantunya malam ini. “Ogah kalau aku cuma jadi obat nyamuk,” tolak Yuki. Bukan hanya kali ini saja Sandra menjadikan Yuki sebagai obat nyamuk untuk berpacaran, pasalnya Sandra tak pernah diizinkan keluar dari rumah oleh orang tuanya jika bersama dengan laki-laki, maka dari itu Steven selalu menjemput Yuki supaya Yuki bisa membawa Sandra keluar dari rumahnya. “Kamu ‘kan bisa ajak pacar kamu. Kita double date. Ikut ya, Yuki, ya, ya, ya! Please, nanti kamu aku traktir makan bakso di kantin selama 3 hari. ” Sandra mengguncang bahu Yuki hingga tubuh Yuki terhuyung ke sana kemari. “Aduh. Nanti deh, kupikir-pikir dulu.” Yuki menjauhkan Sandra dari dirinya dengan kesal. Kepalanya terasa pusing karena ulah Sandra. “Pokoknya, nanti malam kamu jemput aku pakai motornya Erwin. Aku udah bilang sama Steven kalau kita double date. Kamu sama Erwin, aku sama Steven.” Sandra akan terus memaksa Yuki sebelum Yuki menyanggupi permintaannya. “Dih, kamu kok nggak izin aku dulu ‘sih!” protes Yuki bersamaan dengan bunyi bel sekolah. “Terlambaaat.” Sandra bangkit dari kursinya, kemudian melambaikan tangan. Ia berbalik dan berlari meninggalkan Yuki seorang diri di bangku kantin. Para siswa dan siswi yang ada di kantin berbondong-bodong pergi menuju kelasnya masing-masing. Yuki memang memiliki seorang kekasih, namanya Erwin. Namun, Yuki tak memiliki ketertarikan dan rasa cinta pada Erwin. Ia menerima cinta Erwin karena tak ingin mempermalukan Erwin yang menyatakan cintanya di depan siswa dan siswi yang ada di kantin. Untuk menyelamatkan muka Erwin di hadapan banyak orang, Yuki terpaksa menerima cintanya. Sudah 1 bulan Yuki dan Erwin menjalin hubungan sebagai kekasih. Yuki selalu menolak ajakan Erwin untuk berkencan, Yuki juga selalu menghindar setiap Erwin mendekatinya di sekolah. Sekeras apa pun Erwin berusaha meraih hatinya, Yuki tetap tak memiliki perasaan apa pun padanya. *** Langit mulai gelap, Yuki mematut diri di depan cermin. Ia sudah berpenampilan rapi layaknya ABG pada umumnya. Yuki keluar dari kamar, kakinya terus melangkah menuju ruang depan. Yuki menghampiri Vivian yang asyik menonton TV ruang depan. “Bu, boleh nggak aku keluar untuk belajar kelompok?” Yuki merasa bersalah membohongi ibunya, tapi jika Yuki berkata jujur, maka Vivian tidak akan pernah memberinya izin untuk keluar rumah. “Pulangnya jangan terlalu malam.” “Iya, Bu. Makasih.” Yuki meraih tangan Vivian, lalu menciumnya. Yuki buru-buru keluar dari rumah berjalan kaki menuju g**g depan karena Erwin sudah menunggunya di depan gapura. Setelah beberapa menit melangkah, Yuki sudah tiba di depan Erwin yang duduk di atas sepeda motor matic. “Udah dari tadi nunggunya?” tanya Yuki. “Lumayan,” jawab Erwin sembari menguraikan senyuman manisnya. “Yuk, cabut.” Yuki menaiki motor Erwin, sebelum tancap gas, Erwin menarik tangan Yuki supaya memeluknya. "Jangan kayak gini." Yuki menarik tangannya, menolak untuk memeluk Erwin. "Ok." Erwin hanya bisa menghela napas berat, dengan pasrah mulai melajukan motornya. *** Sandra berjalan sambil menggandeng lengan Steven, sementara di depan mereka Yuki melangkah bersisian dengan Erwin. Steven terus memperhatikan Erwin yang berusaha menggandeng tangan Yuki, tapi selalu berakhir dengan penolakan. “Jangan pegang-pegang, ih.” Yuki menyingkirkan tangan Erwin yang baru saja merangkul bahunya, ia melayangkan tatapan kesal pada Erwin. “Emang kenapa, kita ‘kan udah pacaran.” Erwin merasa heran karena Yuki terus saja menolak setiap ia berusaha mendekatinya. Berbagai cara sudah Erwin lakukan, tapi Yuki tak pernah menganggap keberadaannya penting. “Tapi, bukan berarti kamu bisa bertindak sesuka hati kamu.” Yuki merasa risih setiap kali Erwin berusaha mendekatinya. “Ok, ok, aku minta maaf.” Steven tersenyum kecil melihat perseteruan sepasang kekasih yang ada di depannya. Yuki berbanding terbalik dengan Sandra yang suka nyosor pada dirinya. Mereka naik ke lantai paling atas, Yuki dan Sandra duduk di foodcoard menunggu Erwin dan Steven yang tengah membeli pop corn dan tiket bioskop. Mereka berempat sepakat menonton Film horor. Setelah beberapa saat menunggu, Erwin dan Steven datang dengan membawa popcorn, minuman dan sepasang tiket bioskop. “Yuk, Filmnya udah mau diputar.” Erwin memberikan camilan di tangannya pada Yuki, begitu pun Steven pada Sandra. *** 30 menit sudah Film di putar, Yuki dan Sandra fokus menonton Film seram yang terpampang di layar lebar. Sementara Erwin terus terpaku memandangi kecantikan paras Yuki, baru kali ini Erwin bisa berada sangat dekat dengan Yuki. Gadis ini tak hanya cantik, meski usianya terbilang masih muda, tapi Yuki memiliki bentuk tubuh yang ideal dan mampu memikat lawan jenis dengan pesona yang dimilikinya. Seperti ada magnet yang menarik Erwin, diam-diam tapi pasti Erwin mulai mendekatkan wajahnya pada Yuki. Entah setan apa yang ada dipikiran Erwin, hingga secepat kilat Erwin merenggut ciuman pertama Yuki. Yuki tersentak kaget ketika bibirnya bersentuhan dengan Erwin. Dengan spontan, Yuki melayangkan tangannya dengan sangat keras ke pipi Erwin hingga pipi Erwin membekas telapak tangan berwarna merah. Yuki bangkit dari kursi, kemudian berlari melewati kursi-kursi yang berderet rapi di gedung bioskop. Air matanya berderai dengan deras. Sandra dan Steven terkejut dengan reaksi frontal yang Yuki tunjukkan. “Yuki,” Erwin dan Sandra serempak memanggil Yuki kemudian bergegas pergi mengejarnya. Erwin berlari dengan cepat mengejar Yuki yang sudah keluar dari gedung bioskop sambil menangis. “Yuki, Yuki, tunggu Yuki.” Erwin berusaha meraih tangan Yuki, tapi langsung ditepis. “Yuki, aku minta maaf. Aku khilaf.” Erwin terus mengejar Yuki mensejajarkan langkah kakinya dengan Yuki yang terus mengusap air matanya yang tak berhenti mengalir. Gadis itu terus menangis sambil berjalan dengan langkah tergopoh-gopoh. “Kamu apain Si Yuki?” tanya Sandra dengan kesal karena Erwin sudah membuat sahabatnya menangis. “Jangan ikut campur.” Sahut Erwin dengan nada ketus, kemudian menarik tangan Yuki ke koridor yang sepi karena saat ini Yuki sedang jadi pusat perhatian orang-orang. Erwin mengurung Yuki di kedua sisi dengan tangannya yang menekan tembok. “Minggir, biarin aku pergi.” Yuki mendorong dada Erwin dengan kesal, tapi sejengkal pun Erwin tak bergeser. Yuki sangat marah, karena Erwin sudah lancang menciumnya. “Yuki, maafin aku. Aku bener-bener khilaf, aku janji nggak bakal ngelakuin itu lagi,” Erwin berucap dengan tulus. Dia menyesal karena tak bisa menahan diri. “Hey, kalau Yuki nggak mau, jangan dipaksa.” Sandra menarik bahu Erwin berusaha menolong temannya, akan tetapi Erwin tetap mengacuhkan dirinya. “Sebaiknya biarkan Yuki pergi, kalau kau tidak mau dilaporkan ke polisi karena melakukan pelecehan pada Yuki.” Steven ikut bicara karena tak tega melihat Yuki terus menangis, tapi Erwin masih mengekangnya. Sebenarnya, diam-diam Steven juga memperhatikan Yuki. Ia tak menyangka jika Erwin berani mencium Yuki di tempat umum. Erwin berbalik, kemudian menampik tuduhan Steven yang mengatakan bahwa ia telah melecehkan Yuki. “Pelecehan apa maksudmu? Ciuman dalam pacaran itu sudah biasa.” “Jangan sama ratakan semua wanita. Yuki bukan cewek gampangan yang bisa sesuka hati kamu cumbu kayak cewek lainnya.” Sandra mencerca Erwin yang sudah bertindak sesuka hati pada sahabatnya. “Mulai sekarang kita putus,” ujar Yuki dengan tegas. Jantung Steven mencelos bagai disampai petir, ia menatap Yuki dengan tatapan hampa karena Yuki memutuskan hubungannya dengan sangat mudah hanya karena masalah sepele.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD