bc

Cintai Aku Hingga Senja USai

book_age18+
10.3K
FOLLOW
58.5K
READ
love-triangle
contract marriage
love after marriage
friends to lovers
drama
tragedy
bxg
abuse
childhood crush
punishment
like
intro-logo
Blurb

Seruni Rindu Rahayu selalu membuat Galang Jingga Hutama kesal karena dia selalu bertingkah amat norak dan kelewat jujur setiap mengemukakan sesuatu. Mereka kerap bertengkar meski sebenarnya  Galang dan Seruni adalah teman sejak kecil. Masalah keluarga yang pelik membuat Seruni yang selalu riang gembira pada akhirnya menjauh dari Jingga, hal yang entah kenapa membuat pemuda tampan itu bersyukur setengah mati. Sayang, Jingga tak pernah tahu, bahagia yang kelewat kentara yang ia pamerkan kala melepas kepergian Seruni perlahan mengubah diri gadis itu jadi sosok yang jauh berbeda.

Pertemuan mereka setelah tujuh tahun terpisah ternyata berbuah petaka bagi Jingga yang menaruh hati pada Lusiana, mantan teman sebangku Seruni. Hubungan cinta mereka terancam gagal karena ibu kandung Jingga memaksa pria itu menikahi Seruni, hingga pernikahan paksa harus mereka jalani dan kedua insan berlainan jenis tersebut harus bermain peran apik agar tidak ada yang tahu bahwa mereka sedang menjadi pemain lakon paling hebat untuk mengelabui semua orang.

"Aku nggak pernah mau menyakiti Ibu, Uni. Bagiku ibu adalah segalanya, walau kenyataannya, wanita yang aku cintai cuma Uci." Tukas Jingga pada Seruni yang menatapnya dengan senyum yang begitu cantik.

"Tidak masalah, Aga. Aku sudah biasa dengan itu semua. Ayahku pergi meninggalkan aku dan ibu demi wanita lain, ibuku pergi meninggalkan aku karena Tuhan lebih sayang padanya, sahabatku menjauh karena dia lebih menginginkan orang yang paling aku sayangi. Kehilangan kamu, cuma sebagian kecil dari kehilangan-kehilangan yang pernah aku alami. Tidak masalah. Temui kekasihmu dan hibur dia malam ini, seperti yang selalu kamu lakukan."

Memang tidak pernah jadi masalah bagi Seruni, karena tahu, satu-satunya jalan untuk melupakan semua itu hanya ada satu.

Berdamai dengan luka.

Walau tahu, luka yang dia alami, tidak akan bisa disembuhkan dengan obat apa pun juga

chap-preview
Free preview
Prolog
Alunan merdu lagu berjudul Pelangi yang pernah begitu terkenal dinyanyikan oleh Yuni Shara, terdengar hingga luar ballroom Rizaldi Hotel Senayan. Beberapa orang tamu berbusana resmi, yang lelaki memakai setelan kemeja, jas atau batik tampak lalu lalang di sekitar ruang pertemuan berukuran amat luas tersebut. Di samping mereka, berdiri para pasangan dengan penampilan amat anggun. Beberapa memakai kebaya, beberapa memakai gaun, dan tidak sedikit mengenakan dress atau bahkan gamis yang membuat pemakainya tampak beberapa kali lebih cantik. Mereka adalah tamu yang diundang dalam resepsi pernikahan Galang Jingga Hutama dan Seruni Rindu Rahayu.  Pesta sudah berlangsung selama satu jam lebih dan tamu terus saja berdatangan. Sebagian besar adalah tamu sang mempelai laki-laki yang berprofesi sebagai wakil pimpinan perusahaan konsultan keuangan itu adalah orang berduit yang telah lama menggunakan jasanya. Selain itu, rekan kerja, teman seperjuangan juga kerabat keluarga Hutama tak kalah banyak dan ramai. Mereka semua tampak menikmati acara yang terlihat amat mewah tersebut. Ada yang memilih berdansa mengikuti irama lagu yang pernah tenar di tahun 70an, dinyanyikan oleh Almarhum Chrisye dalam film Badai Pasti Berlalu, ada juga yang sibuk bercengkrama dengan teman lama yang kebetulan bertemu saat itu, atau juga, berdiri di depan stan makanan yang tersaji tanpa putus. Di atas panggung, Chandrasukma Hutama, ibunda mempelai lelaki yang kerap dipanggil Aga atau Jingga, terlihat amat berbahagia. Berkali-kali wanita tersebut membalas uluran tangan dan ucapan selamat dari tamu yang datang, entah dari tamu putra semata wayangnya sendiri, atau dari menantu baru yang telah ia rindukan kehadirannya sejak bertahun-tahun lalu. Tidak ada besan di barisan panggung. Hanya ada dirinya dan kakak tertua Chandra, Farizal Hutama yang menjadi pendamping karena ayah Aga telah lebih dulu menghadap Ilahi. Meski begitu, tidak ada duka menggelayut di wajah Chandra yang hanya dihiasi sedikit keriput. Tatanan wajahnya malam itu adalah hasil kreasi perias wajah kenamaan. Paduan krim malam dari Perancis serta rutinitas senam wajah, membuat Chandra tetap jelita walau usianya sudah menyentuh angka lima puluh lima. "Makasih loh, ya, udah mampir." Chandra menyalami satu persatu barisan tamu yang sepertinya semakin banyak. Diliriknya mempelai yang berada di samping kiri. Keduanya tampak sibuk menerima uluran tangan tanda selamat dari para sahabat. Jingga tersenyum ramah pada koleganya yang datang tanpa henti, sementara Seruni, dengan ramah membalas tiap ucapan tamu yang datang seraya tersenyum tulus. Ia tampak amat menawan dalam balutan jilbab warna emas dan gamis senada berbahan sutra yang Chandra pesan khusus pada desainer langganannya. Tidak heran, banyak sahabatnya memuji penampilan sang menantu.  "Dapet mantu solehah, cantik lagi. Beruntung banget, Jeng. Selamat, ya." Manik indah hitam kelam milik sang menantu kemudian terarah pada mata sang mertua yang masih memperhatikannya. Seruni membalas tatapan Chandra dengan sebuah senyum sampai seseorang menginterupsi dan dia segera mengalihkan pandang dan suara ringan penuh nada terima kasih membelai indera pendengaran Chandra. "Nikah sama dia? Mama nggak salah? Dari dulu Aga nggak seneng ama dia, Ma. Inget, nggak? Gara-gara Uni, berapa kali Aga dipanggil ke ruang guru, dimarahin sama Pak Jamal. Dia bikin ulah dan Aga yang disalahin, belum lagi dia selalu ganggu Aga pas pacaran sama Uci." "Mending kamu nikah sama Uni daripada Lusiana yang nggak tahu malu itu. Usia kamu sudah dua puluh tujuh, bayangkan dia bikin kamu menunggu sampai selama ini. Belum lagi, Mama sering dengar gunjingan orang tentang dia, suka ngajak laki-laki ke rumahnya, menginap sampai berhari-hari." "Uci bukan wanita seperti itu, Ma. Mama harus jaga ucapan Mama." Chandra membuang napas keras-keras, mencoba mengenyahkan kelebatan pertengkarannya dengan putra satu-satunya nyaris satu bulan lalu. Sejak awal, Jingga tidak pernah setuju dijodohkan dengan Seruni. Alasannya selalu sama, dia tidak suka dengan gadis itu, Seruni bukan tipe idaman dan sejak dulu, Seruni selalu membuatnya ingin marah. "Jangan coba lindungin Lusiana, Aga. Bukan Mama tidak tahu, kamu juga salah satu dari pria-pria yang sering menginap di rumah wanita itu." "Jaga mulut Mama. Uci bukan wanita seperti itu. Jika kepada Aga saja Mama tidak percaya, maka Mama tidak pantas disebut sebagai orang tua." Pertengkaran ibu dan anak itu mendadak terhenti karena Chandra terkena serangan jantung. Ia hampir tewas dan tidak ada yang bisa Jingga lakukan kecuali menganggukkan kepala menerima permintaan terakhirnya. Mimpi untuk menjalani bahtera rumah tangga dengan wanita yang paling dia cinta hanya tinggal mimpi. Tidak peduli kemudian protes dan tangisan meratap dari sang kekasih menjadi hal paling memilukan di dunia.  Lusiana bahkan hadir kala ia mengucap janji sehidup semati pada Seruni di hadapan Tuhan, begitu juga dengan saat ini. Walau tersembunyi di antara dua ribu tamu yang hadir, Jingga dapat mengenali sosoknya yang berdiri tidak jauh dari panggung dengan mata merah bengkak karena air mata dan punggung naik turun menahan agar tangisnya tidak kembali meledak seperti yang sudah-sudah. Sabar, Sayang. Simpan air matamu. Kita akan kembali bersama. Akan kupastikan dia menyesal, akan kupastikan dia mundur, lalu kita akan kembali seperti dulu. Tolong sabar sebentar, Uci. Cinta dan sayangku, hanya untukmu seorang. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.0K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.9K
bc

Dependencia

read
186.3K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.4K
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.1K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook