Istana Kekaisaran kembali tidak baik-baik saja sesaat setelah kabar mengenai penemuan jejak Saga dan Aelin tersebar. Tim yang mendapatkan tugas melakukan pencarian di Kerajaan Deltora kembali dalam keadaan nyaris terbantai seluruhnya. Dari 50 kesatria, tersisa 10 yang selamat namun dalam kondisi terluka parah. Kabar itu sontak membuat geger seisi istana beserta para bangsawan Neuchwachstein. Berikutnya, diikuti oleh para rakyat yang mengetahuinya dari surat kabar dan buah bibir.
“Dikatakan bahwa terdapat seekor Nekomata mendampingi Putri Aelinna yang juga menjadi pelindung Putri selama Penyihir Saga tidak ada di lokasi. Penyebab dari serangan Nekomata merampas dua puluh nyawa kemudian sisanya dilanjut oleh Penyihir Saga. Belum dipastikan bagaimana kondisi terakhir Putri, namun mereka asumsikan Putri masih hidup meski sempat tertimpa reruntuhan gua bersama Nekomata,” jelas Dion menguraikan kabar kepada Sighard dan Arne pada sore hari itu di rumah kaca.
“Bagaimana bisa menangkap satu gadis kecil rendahan menjadi sesulit itu, huh? Apakah kualitas Kesatria Kekaisaran Neuchwachstein hanya sebatas ini? Memalukan!” tukas Sighard tersulut emosi, tak kuasa berpikir betapa konyolnya kabar yang baru saja dia dengar.
Arne mengerjap pelan pada sang kakek, cukup merasa tidak nyaman melihat Sighard menghujat kesatria di hadapan Jenderal Utamanya. “Kakek, mereka telah bekerja keras. Setidaknya, mereka berhasil menemukan keberadaan Putri Aelinna—”
Sighard menoleh, kerutan di wajahnya menegang oleh emosi. “Jangan memanggilnya dengan sebutan “Putri” lagi, menjijikkan! Neuchwachstein hanya memiliki satu Putri, tidak ada yang lain!” selanya lantang, mengejutkan Arne.
“B—Baik, Kakek. Maafkan aku.”
Arne beringsut dalam duduknya, seolah sedang menciut di bawah sorot tajam seorang predator. Dia tahu bagaimana watak keras dan tegas Sighard. Pria itu tidak pernah ragu menyuarakan pikirannya, tidak peduli itu termasuk positif atau negatif, hingga terkesan blakblakan dan sembrono. Reputasinya sebagai bangsawan elit Deltora membantu menyamarkan watak keras itu sehingga tidak pernah terhembus kabar burung aneh-aneh. Publik mengenalnya sebagai Duke yang sangat disiplin dan ketat.
Bagi Arne, dia tidak mempermasalahkan watak keras Sighard. Lebih condong ke tidak enak hati melihat orang lain menghadapi watak tersebut. Arne sudah terbiasa, namun tidak bagi orang lain, bukan? Alhasil, sejak Sighard mulai tinggal di Istana Kekaisaran, kecemasan sehari-hari Arne bertambah dengan memohon supaya tidak ada siapa pun yang terkena semburan Sighard.
Mengembalikan fokus ke Dion, Sighard melanjutkan sesi perbincangan alot tersebut. “Segera bentuk tim pencarian resmi khusus dan menyebarkan berita buronan perempuan rendahan itu ke seluruh negeri tetangga. Kita perlu akses untuk memasuki zona The Eternity Forest dan The Aquatic Haven. Atur jadwal dengan Raja Faelyn dan Ratu Thalia.”
Dion membungkuk kecil. “Dimengerti, Yang Mulia. Apakah juga perlu menghubungi Raja Erzarath?”
Wajah Sighard makin keruh, kian tak habis pikir. “Kau bercanda? Memangnya kau pikir anak selir itu mampu pergi sampai ke Dunia Bawah? Jangankan Dunia Bawah, ke Aquatic Haven saja aku bersangsi.”
Dion menegakkan kepala, raut datarnya menunjukkan keyakinan tegas yang membuat Sighard makin heran. “Penyihir Saga adalah satu-satunya penyihir pertama dalam sejarah kekaisaran yang diangkat menjadi Penyihir Kekaisaran. Kapasitas kekuatannya tidak pernah diketahui secara pasti, namun dia diakui oleh Kaisar sehingga dia tidak bisa disepelekan.”
“Lucu sekali, lucu sekali! Dunia akan mulai menertawakan Neuchwachstein akibat kekonyolannya yang tak mampu menangkap dua anak kecil!” Sighard tergelak sinis, menyangkal kesaksian Dion mentah-mentah. “Jika dia memang sekuat itu, dia pasti menyadari kerusakan aliran mana pada diri menantuku dan menyembuhkannya. Apa faktanya? Dia tidak melakukan apa pun!”
Arne mendongak pada Sighard. “Itu terjadi terlalu tiba-tiba, Kakek. Jadi, aku berpikir tidak mungkin bagi Penyihir Saga untuk langsung menyembuhkan Ayah—”
“Arne, kenapa kau justru membela orang-orang tidak penting?” tandas Sighard kembali menyela. “Aku masih mengerti saat kau membela kesatria. Tapi, buronan? Ayolah, kau lebih baik dari ini, Cucuku.”
Arne mengerjap pelan, kembali menciut. “A—Ah, aku hanya mengingatkan bagaimana kronologinya kepada Kakek. Aku tidak bermaksud untuk membela sama sekali.”
“Berhenti melakukan hal yang tidak perlu. Kau harus mulai belajar untuk lebih pandai dalam bersikap.”
“Baik, Kakek….”
Jujur saja, Arne memiliki pemikiran yang sama seperti Sighard. Memangnya Saga sekuat apa hingga perlu diwaspadai mampu pergi sampai ke zona Dunia Bawah, The Darkened Realm? Namun, dia juga sadar keraguan itu didasari oleh ketidaktahuannya mengenai kapasitas Saga. Dia hanya pernah bertemu satu kali dengannya, dia tidak pernah melihat Saga menggunakan sihir. Jadi, wajar bila dia meragukan Saga. Hal itu jugalah yang terjadi pada Sighard, ia tidak pernah bertemu langsung dengan si Penyihir Kecil Jenius.
“Kami akan segera menghubungi para perwakilan zona tanpa Raja Erzarath sesuai perintah Anda,” tukas Dion menginterupsi pertikaian kecil Sighard dan Arne, sedikit mengendurkan atmosfer yang nyaris hendak menegang.
Sighard mengangguk seraya kembali menghadap cangkir tehnya. “Hm, lakukan dengan benar.”
Lalu, Dion menyingkir untuk menjalankan perintah Sighard. Meninggalkan sepasang kakek dan cucu di rumah kaca, membiarkan mereka kembali menikmati waktu bersantai yang langka didapatkan usai resmi mengambil alih tahta untuk sementara waktu. Arne tidak bisa mengeluh karena telah menjadi kewajibannya sebagai Putri Mahkota. Hanya saja dia tidak menyangka akan terasa semelelahkan ini.
Pemerintahan tidak sepenuhnya dipimpin oleh Arne, dia disokong oleh Sighard dan hampir segalanya diurus oleh sang kakek. Arne nyaris tidak melakukan apa pun selain tampil secara formal sebagai pemilik sah kepewarisan tahta. Meski begitu, dia tetap merasa lelah karena bertumpuknya beban pikiran di kepalanya. Kondisi Ares, kekaisaran, dan bagaimana Aelin bertahan di luar sana selalu berkecamuk di kepalanya.
Seharusnya, Arne tidak perlu mempedulikan Aelin lagi. Toh, kakak beda ibu tersebut telah mengkhianatinya sedemikian rupa. Arne harus merasa senang karena tidak ada lagi seorang Putri selain dirinya. Ketika Ares telah sembuh, pria itu hanya akan memiliki satu putri yang disayangi dan dibanggakan. Tidak akan ada sesuatu yang perlu Arne bagikan lagi. Segalanya telah menjadi miliknya.
Lantas, apa yang dia pikirkan dari memikirkan kondisi Aelin di luar sana? Ketidakpuasan apa yang membuatnya masih tidak melupakan sosok kakaknya?
“Putri Arnemesia, mohon maaf atas interupsi saya, saya mengabarkan bahwa Pangeran Karl telah tiba untuk bertemu dengan Anda,” lapor seorang pelayan yang bersiaga di pintu rumah kaca, membuyarkan lamunan Arne.
Sedikit kikuk, Arne mengangguk dan bangkit berdiri. “Ah, ya, aku mengerti. Aku akan segera menemuinya.”
Sighard menghela napas panjang usai menghabiskan teguk terakhir tehnya. “Titip salamku untuk Karl, Arne. Katakan padanya bahwa aku mengundangnya bermain catur di kesempatan lain.”
Arne tersenyum. “Baik, akan kusampaikan, Kakek.”
Ya, hidupnya telah sempurna. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Aelin tidak ada, segalanya telah kembali ke aturannya. Seluruh kekaisaran adalah milik Arne.
Arne harus bersukacita.
TO BE CONTINUED