BAB 47

1004 Words
“Kau sudah memikirkan hendak ke mana?” tanya Saga pada malam itu usai makan malam kepada Aelin yang tiba-tiba menyeletukkan sesuatu. Aelin mengangguk di sampingnya. “Kita tidak bisa selamanya terjebak di sini. Aku tidak begitu tahu dunia luar, jadi aku meminta saranmu. Menurutku, kita harus pergi ke pemukiman kecil di pelosok sebuah negeri menggunakan identitas dan penyamaran baru.” “Kenapa harus ke pemukiman kecil di pelosok?” “Karena lebih mudah berbaur di sana daripada kota. Kita hanya akan selalu waspada jika berada di kota. Kita adalah buronan, ingat?” Saga manggut-manggut. “Aku berpikir kita pergi ke wilayah The Eternity Forest.” Aelin mengerjap kaget, spontan menoleh kepada Saga yang masih berupaya mempertahankan api unggun tetap menyala. “Eternity Forest? Bukankah tidak ada manusia yang tinggal di wilayah itu?” “Begitulah, bagus, bukan? Kekaisaran tidak akan mengira kita pergi sejauh itu. Eternity Forest hanya ditinggali oleh elf dan para monster. Mereka tidak akan mengambil risiko memasuki Eternity Forest hanya untuk mencari gadis kecil sepertimu. Dan mereka berpikir kau juga tidak akan sanggup untuk pergi sejauh itu.” Sesuai kata Saga, zona The Eternity Forest adalah tempat bagi para elf, monster dan makhluk mitologi. Delapan kerajaan elf menguasai zona tersebut sesuai jenis ras elf yang terbagi menjadi delapan. Di peringkat pertama diduduki oleh kerajaan elf hutan yang namanya membumbung tinggi sebagai pelindung zona berkat mantra pelindungnya yang sangat kuat. Ialah yang berjasa menjaga zona The Eternity Forest dari jangkauan manusia sejak Perang Dunia Perebutan Wilayah berakhir. Aelin tidak pernah berpikir akan pergi ke zona tersebut, bahkan dengan pendampingan Saga sekali pun. “Tapi, apakah bisa? The Eternity Forest dijaga oleh Raja Elf Hutan, bukan? Tidak ada manusia yang dapat sembarangan memasukinya akibat mantra pelindungnya,” ujar Aelin ragu-ragu. Tanpa peduli, Saga menyahut, “Aku berasal dari Eternity Forest.” Sesaat, keheningan menyelimuti mereka. Tidak ada yang bersuara selain percikan kobaran api unggun dan dengkuran halus Kuro yang tertidur usai makan malam. Ada pula beberapa suara hewan hutan di sekitar mereka dari kejauhan. Otak Aelin buntu hingga lambat memproses informasi yang Saga berikan. Benar, Saga sangat tertutup terkait latar belakang dirinya. Namun, ia telah mengatakan kepada Ares di pertemuan pertama mereka bahwa dirinya berasal dari The Eternity Forest. Bagaimana bisa Aelin melupakan satu fakta itu?! "Benar juga!" pekik Aelin, membuat Saga dan Kuro tersentak kaget. "Kau berasal dari sana! Bisa-bisanya kau tidak pernah menjelaskan apa pun padaku!" Saga mendecak diiringi dengusan. Tatapannya kembali ke api unggun. "Kau tidak perlu heboh. Aku hanya merasa itu tidak penting untuk kau ketahui." Jengkel, tangan Aelin melayang menampar pundak kiri Saga. "Tentu saja itu penting! Kau adalah temanku dan mulai sekarang aku bergantung padamu. Jangan sembunyikan apa pun dariku!" Kuro menguap lebar, cukup kesal karena tidurnya terganggu. Kucing hitam itu mendengus pada Saga yang berwajah datar. "Inilah mengapa aku menyuruhmu untuk mulai jujur padanya, Penyihir Bodoh," cibir Kuro, "aku tahu hal-hal semacam ini akan terjadi, cepat atau lambat." Saga mendecih. "Berisik, tutup mulutmu." Aelin mengguncang pundak kiri Saga, setuju dengan ucapan Kuro. "Kuro benar. Kita sudah berteman sangat lama tapi kau masih saja tertutup padaku!" "Untuk apa aku membicarakannya. Lebih baik biar waktu yang menunjukkan kebenarannya." "Dasar pelit." Yah, Aelin tidak bisa memaksa Saga lebih jauh. Lagi pula, dirinya tidak jauh berbeda dari lelaki itu. Dia menyimpan rahasia besar mengenai latar belakangnya yang seorang jiwa tersesat dari dunia lain dan merasuki tubuh Aelinna. Dia bukanlah Aelinna melainkan wanita biasa bernama Claire dari Inggris. Seorang pembaca kisah hidup Aelinna yang berupa novel dan komik di Webtoon. Mana mungkin Saga akan percaya. Saga pasti memiliki alasan tersendiri mengapa ia masih tertutup. Jadi, Aelin tidak akan memaksanya tetapi tetap saja mendengar lelaki itu berasal dari The Eternity Forest membuatnya terkejut bukan main. Pasalnya, zona wilayah tersebut dikelilingi oleh mantra pelindung yang membuat manusia tidak bisa masuk. Murni dikarenakan demi melindungi manusia dari para monster seperti orc yang tinggal di hutan-hutan The Eternity Forest. Jika Saga berasal dari zona tersebut, maka bukankah itu berarti ia sangat kuat hingga diizinkan untuk tinggal oleh Raja Elf Hutan? Aelin tidak dapat membayangkan seberapa besar kekuatan Saga dalam kondisi maksimalnya. "Saga sangat kuat." Aelin tersentak, kemudian menoleh kepada Kuro yang baru saja berbicara. "Eh?" "Saga memiliki koneksi dengan Raja Elf Hutan sejak lama karena tinggal di The Eternity Forest. Untuk beberapa alasan, hubungan mereka saling menguntungkan sehingga Raja membiarkannya tinggal sekaligus melindungi tempat tinggalnya." Aelin terpana, begitu polos. "Ternyata, kau punya rumah di sana, Saga?" Angan-angan tentang rumah di The Eternity Forest membuat Saga melengos. Sepuluh tahun sejak dia keluar dari The Eternity Forest membuatnya lupa bagaimana kondisi rumahnya. Ada yang senantiasa menunggu kepulangannya tetapi Saga tidak pernah begitu menggubrisnya. Dia butuh suasana baru akibat bosan mendekam di sana, jadi dia tidak terlalu peduli. Namun, mengingat apa yang dikatakan Erasmus pada tempo hari membuatnya cukup sadar bahwa tindakannya sedikit buruk. Mereka adalah orang-orang yang loyal padanya tetapi kurang mendapatkan apresiasi dari Saga. Saga benar-benar keterlaluan. "Belum saatnya aku membawamu ke sana," tukas Saga, menginterupsi perbincangan Kuro dan Aelin. Aelin menoleh, mengerjap polos. "Mengapa begitu?" Saga menghela napas pendek. "Kau akan tahu saat waktunya tiba." "Astaga, kau suka sekali berlagak sok misterius." "Penyihir emo, penyihir emo!" "Diam jika kalian tidak ingin kujadikan umpan berburu besok!" Seharusnya, Aelin tidak bisa merasa setenang ini di tengah hutan belantara yang sangat gelap dan berbahaya. Dia tidak bisa merasa tenang usai dipaksa pergi setelah melihat ayahnya sekarat di depan matanya. Dia tidak bisa setenang ini usai dikhianati habis-habisan oleh Arne yang selama ini bersikap sangat peduli padanya. Namun, Aelin tidak memiliki pilihan, dia tidak berdaya untuk melakukan apa pun sekarang. Jadi, yang bisa Aelin lakukan sekarang hanya pergi sejauhnya dari kekaisaran sesuai perintah Ares. Lalu, jika memungkinkan, dia akan kembali setelah merasa dirinya mampu. Arne telah merebut dukungan publik sehingga Aelin harus mencari cara yang tepat jika ingin kembali ke kekaisaran. Sampai saat itu tiba, Aelin berharap Ares mampu bertahan hidup sampai ia bisa mendengar ucapan terima kasih Aelin. Dan mungkin mereka dapat kembali menjadi keluarga yang utuh dan lebih bahagia dari sebelumnya. Semoga saja. TO BE CONTINUED
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD