bc

Mencari Pembunuh Suamiku

book_age18+
34
FOLLOW
1K
READ
goodgirl
omega
journalists
drama
tragedy
bxg
realistic earth
crime
virgin
hostages
like
intro-logo
Blurb

Blurb :

Sara menikah dengan Aldo, pengusaha terkenal di Kota tempat tinggalnya.

Ia merasa hidupnya sudah sempurna. Namun semua pemikirannya itu salah. Justru pernikahannya ini adalah awal petaka di kehidupannya.

Saat malam pertama mereka, Aldo ditemukan meninggal!

Sara divonis hukuman mati. Namun ia kabur dari lapas dan berniat untuk mencari pembunuh suaminya karena tidak rela difitnah. Namun siapa yang menyangka jika ternyata penyebab kematian suaminya tidak seperti olah TKP dari kepolisian. Ada intrik di sini.

chap-preview
Free preview
Malam pembunuhan
Aldo mengecup kening Sara dengan lembut. “Aku beruntung menemukanmu,” bisiknya lirih. Sara mengandahkan muka. Menatap manik mata Aldo yang berwarna hitam pekat. Seulas senyuman malu-malu terbit di wajah cantiknya. “Aku yang lebih beruntung menemukanmu.” “Aku lah yang paling beruntung ....” “Bukan. Aku yang beruntung.” “Aku.” “Aku!” sahut Sara dengan nada bicara lebih tinggi. Suasana langsung hening setelah suara Sara yang meninggi. Mereka bertatapan dan kemudian saling menertawakan. “Baiklah ... kamu yang paling beruntung karena telah menemukanku ...," sahut Aldo dan kemudian terkekeh pelan. Sara menyandarkan kepalanya di d**a bidang suaminya itu. “Benar, aku juga tidak menyangka bisa benar-benar bertemu jodoh lewat aplikasi. Terasa tidak masuk akal. Bisa menemukan pria tampan, dewasa, baik dan juga mapan seperti dirimu,” jawabnya sembari tersenyum lebar dan menatap ke arah bulan yang bersinar bulat dan terang. “Malam ini bulan purnama ya ....” “Betul. Bulan purnama. Bulan madu kita.” “Dan kita berada di pulau pribadi milikmu,” timpal Sara sembari kembali memandangi Aldo. Ia tidak henti-hentinya memuja pria yang duduk di sampingnya. Seraya dia telah merengkuh bulan. “Kamu mau tahu, kenapa aku memilih malam pertama dan bulan madu di villa yang sunyi seperti ini?” tanya Aldo lirih. Setiap kalimat dan hembusan nafasnya yang terasa dari bibir Aldo membuat Sara mabuk kepayang. Ia tersenyum simpul sembari menggeleng. “Memangnya kenapa?” “Karena agar suara rintihan dan desahan mu itu tidak terdengar orang lain,” bisik Aldo sembari menggigit bibir Sara dengan gerakan nakal dan menggoda. Sara tersentak dan kemudian langsung mencubit pinggang Aldo. “Dasar ya ...!” Aldo tertawa dan kemudian langsung beranjak dari duduknya. “Aku ke kamar dulu ya. Menyiapkan kejutan untukmu,” katanya sembari mengedipkan mata, memberi kode atas sesuatu yang akan terjadi setelah ini. Sara hanya tersenyum malu-malu. “Kejutan apa?” “Kejutan pernikahan kita,” Aldo menjawab kembali dengan berbisik lirih. Sara hampir tidak bisa melenyapkan senyumannya di wajah cantiknya. Hatinya sungguh berbunga-bunga. “Baiklah, aku akan menunggumu menyiapkan kejutannya di sini.” “Susul aku lima belas menit lagi,” kata Aldo lirih. Sara mengangguk. Aldo kembali mengecup bibir Sara diselingi dengan lumatan penuh cinta. Lalu setelah itu ia berjalan menuju ke dalam villa. Sedangkan Sara menunggu di teras belakang villa. Duduk bersandar di sofa dengan santai, sembari melihat ke arah bulan purnama yang bersinar. Semilir angin pantai berhembus, menyejukkan. Namun sunyi malam di tepi pantai lama kelamaan membuatnya ketakutan. Sara melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangannya. Sudah hampir lebih dari lima belas menit Aldo pergi menuju ke dalam kamar mereka tapi tidak kunjung kembali. “Kira-kira apa ya kejutan Aldo untukku?” Sara bertanya pada dirinya sendiri dan bergegas menyusul. Saat ia sudah sampai di depan kamar yang pintunya tidak tertutup rapat, netra Sara dapat melihat beberapa lilin besar berwarna merah menyala. Telapak tangan Sara menapak di daun pintu, mendorongnya agar bisa leluansa masuk ke dalam kamar. Saat pertama kali langkahnya masuk, netranya langsung melihat kelopak bunga mawar yang bertaburan di lantai membentuk lambang ‘Love’. Lalu di beberapa bagian lilin menyala dengan indah mengantikan lampu yang sengaja dipadamkan. Di meja bulat yang tidak jauh dari ranjang, sudah disiapkan sebotol champagne yang direndam di dalam baskom bongkahan es batu bersama dua gelas berkaki satu yang elegan. “Aldo, ini kejutannya?” tanya Sara sembari berjalan mendekat pada Aldo yang sudah terbaring di atas ranjang namun membelakanginya. Aldo tidak menjawab. Sara pikir ini semua masih dari bagian kejutan yang sudah disusun oleh suaminya itu. Karena menghargai kejutan manis ini, Sara duduk di tepi ranjang tidur. “Sebetulnya tidak usah memberikan kejutan manis begini aku sudah sangat bahagia ...,” ujarnya lirih. “Sungguh, kamu adalah hadiah yang terindah untukku. Begitu banyak wanita di luar sana yang lebih cantik dan pintar. Kamu malah memilihku ... Kamu adalah duniaku ....” Aldo sama sekali tidak merespon. Ia masih diam. Sebentar Sara masih tidak merasa aneh dengan kebisuan Aldo. Namun saat waktu sudah berlalu dua belas menit dan Aldo tetap tidak menjawab. Ia mulai merasa curiga. “Sayang, kamu sudah tidur ya?” tanyanya yang sama sekali tidak dijawab. “Astaga, benar ini kamu sudah pergi ke alam mimpi. Aku sudah merasa tersanjung dengan semua kejutan manis ini, aku malah kamu tinggal tidur!” seru Sara sembari beranjak ke tengah ranjang dan mendekat. “Sayang,” panggil Sara sekali lagi. Aldo tidak menjawab. Sara yang merasa diabaikan mulai menarik tubuh Aldo. “Kamu tidur ya!” serunya bersamaan dengan tubuh Aldo yang kini berubah menjadi berposisi terlentang. Sepasang mata Sara mendelik takut. Netra indahnya itu melotot histeris karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya! “Aaaaaa!!!!” Sara berteriak histeris. Suara pekikan nyaring, melengking dan sangat sedih itu menggema. Perut Aldo terhunus pisau buah tajam yang sebelumnya dipakai Sara untuk mengupas buah pir saat siang hari tadi. “Tidaaaak Aldo! Apa yang terjadi padamu?!” Sara ketakutan. Ia langsung berlari. Mencari-cari ponsel yang ia taruh dalam laci lemari pendek di samping ranjang. Namun anehnya ponselnya sudah lenyap. Entah kemana! “Ya Tuhan ...,” rintih Sara sembari tetap mencari ponselnya. Karena tidak menemukan ponselnya di seluruh ruangan kamar, ia pun mencari ponsel Aldo saja untuk menghubungi polisi. Sialnya ponsel Aldo pun tidak ada ditemukan juga. Sampai sudut mata Sara melihat tonjolan di saku celana Aldo. Sara menangis. Ia tidak mau mengambil ponsel di saku celana suaminya yang kini sudah menjadi mayat. Bagaimana jika sidik jarinya menempel? Wajah Aldo yang sudah pucat dan tidak lagi bernafas itu membuatnya nyaris pingsan. Namun tidak ada pilihan lain, ia harus menelepon polisi karena mungkin saja penjahatnya masih ada di dalam villa ini. Dengan gemetaran Sara berjalan mendekat. Kakinya benar-benar lemas, hingga tidak bisa berdiri dengan benar. Tulangnya bagai ranting pohon yang rapuh. “Ya Tuhan, kenapa ini harus terjadi padaku,” rintihnya sembari bergerak takut. Mengulurkan tangannya ke dalam saku celana Aldo. Perlahan ia mengeluarkan ponsel Aldo. Lalu mulai menekan angka ‘110’ menelepon panggilan polisi darurat. “Pak polisi tolong saya! Suami saya di bunuh! Toloongg!” serunya seketika saat nada panggilan sudah terdengar terangkat. “Mohon tenang Bu,” sahut operator kepolisian bersuara lembut. Operator wanita itu berusaha untuk menenangkan Sara. “Tolong bicara perlahan dan jelas. Ibu bernama siapa? Ada di mana? Dan tolong jangan matikan panggilan telepon ini. Kami akan segera mengirimkan bantuan ke tempat anda.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook