bc

Bukan Orang Ketiga

book_age18+
6
FOLLOW
1K
READ
possessive
friends to lovers
badgirl
student
comedy
sweet
ambitious
highschool
first love
school
like
intro-logo
Blurb

Bagi Melia Harden jatuh cinta adalah pelipur laranya. Penghilang rasa sakit yang selama ini di deritanya. Namun bagaimana jika Cintanya malah membuat dirinya Jatuh ke dalam rasa sakit yang luar biasa?

Melia harus merelakan sosok Arghi, laki-laki yang ia cintai untuk saudara kandungnya. Melia harus menguatkan batinnya ketika ia harus di pojokkan oleh keadaan dengan tuduhan orang Ketiga.

Namun tidak ada yang tahu kisah apa sebenarnya yang terjadi antara dirinya dengan sosok Arghi. Semuanya terkuak ketika potongan-potongan dari Masa lalunya dengan Arghi terbongkar. Tentang apa yang terjadi sebenarnya di masa lalu. Antara dirinya dan Arghi.

Lalu apa yang sebenarnya terjadi antara Melia, Melly dan Arghi? tiga orang remaja yang dibingungkan oleh cinta. Akankah kebahagiaan berpihak pada ketiganya? atau malah sebaliknya?

Dan semuanya terbongkar siapa yang menjadi pihak ketiga.

chap-preview
Free preview
1. MELIA HARDEN
JERSEN Senior High school. Gedung pendidikan dengan Kredibilitas dan Akreditasi internasional yang sudah terkenal di Ibu kota. Penerimaan siswa yang ketat, begitu pula dengan sistem ajaran yang terjadi di dalamnya. Siswa-siswi harus dianjurkan berlomba-lomba untuk memeras otaknya. Dianjurkan pamer kepintaran bukan hartanya. Namun, itu sama sekali tidak mempengaruhi salah satu siswi didalamnya. Salah satunya adalah Melia. Gadis yang dikenal tempramen buruk dengan kecerdasan yang luar biasa. Gadis dengan perawakan tinggi, cantik, serta sikapnya yang acuh membuat dirinya dikenal sebagai gadis mahal di sekolahnya. "Kok nyeker neng?" Gadis dengan seragam serba pres body itu menyengir tanpa dosa. Rambut blonde miliknya yang terikat berantakan, Namun sama sekali tidak mengurangi paras ayu di wajahnya. "Iya nih pak. Di rumah tadi ada banjir bandang" "Neng Melia bisa aja. Pasti sepatunya di sita lagi kan sama pak Husein?" "Pak Ujang tau aja. Yaudah pak. Kalau gitu saya masuk dulu ya pak. Dadah pak Ujang” Melia Harden. Dua bersaudara, kembar identik. Ratu sekolah, dengan embel-embel bad girl dalam julukannya. Ia terlihat melangkahkan kakinya dengan angkuh. Melewati koridor sekolah dengan banyak pasang mata yang menatapnya sinis serta bibir yang menggunjingnya skeptis. Namun ia tidak perduli. Karena tujuannya berangkat pagi dari rumah hanyalah sekolah. Itu saja. Tidak mendengarkan ocehan-ocehan gila yang menurutnya akan membuang waktunya sia-sia. "Pagi putri Cantik. Sexy sekali pagi ini" Laki-laki dengan seragam sekolah yang keluar dari sarangnya itu menatap Melia ketika ia sampai di depan ruangan kelas bertuliskan XII IPA 3 dengan pandangan memuja. Mengedipkan sebelah matanya dengan menggoda. "Pagi b******k!" "Lia sayang, apa kamu sibuk malam ini?" "Kalau dengan mu aku selalu sibuk!" Jawaban ketus Melia seketika menjadi gelak tawa yang meriah dalam kelas XII IPA 3 itu. Semua pasang mata serta yang mendengar interaksi antara ketua kelas dan Melia akan terbahak. Sudah menjadi rahasia umum jika Bara, sang Playboy dengan julukan gila begitu mendambakan sosok Melia yang cantik. Meskipun terkenal dengan sikap nakalnya, tidak ada yang lebih mengenal bagaimana baik dan buruknya gadis cantik itu selain Bara Anderson. Laki-laki tampan dengan sejuta pesona itu pun hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Lalu sepersekian detik, ia beralih memelototi teman-temannya yang mengolok-olok dirinya. "Shut up guys! Aku sedang berusaha. Jadi mulut kalian jangan ikut campur okay?" "Terus saja. Sampai semut melahirkan gajah, Melia tidak akan pernah mau denganmu Bara bodoh!" "Kalau begitu aku denganmu saja. Bagaimana Nora?" "Gila! Aku tidak Sudi dengan--" "MELIA HARDEN?!!" Semua pasang mata yang berada didalam kelas itu menoleh serempak. Suara bariton dengan aksen berat yang sengaja berteriak itu mengalihkan kericuhan mereka. Dan semua penghuni kelas khususnya para wanita, membulatkan matanya terkejut. Nafasnya bahkan tertahan, ber-drama ria. Bahkan semua para penghuni kelas khususnya para wanita, menutup mulut mereka dengan punggung tangannya masing-masing. Sosok tinggi dengan kulit seputih s**u dan hidung bangirnya itu berdiri menjulang di depan pintu. Lengkap dengan tatapan tajamnya yang menginvasi seluruh penjuru kelas guna mencari pemilik nama yang barusan ia teriakan. "Melia Har--" "Kenapa?!" Suara ketus Melia mendayu pelan di telinga para penghuni kelasnya. Gadis cantik itu melirik sosok tinggi yang memanggilnya. Dengan berjalan pelan, Melia mendekati sosok itu. Menatapnya dengan terang-terangan khas dengan gayanya yang angkuh. Dan mulai detik itu juga, Melia bersumpah jika ia merasa berada di surga. Dimana ia dapat melihat sosok pangeran dengan pandangannya yang tulus yang tidak dibuat-buat. Selalu seperti ini. Padahal Melia sudah keseringan melihat paras rupawan didepannya ini. Namun, entah kenapa seolah-olah tak pernah bosan jika Melia menatap sosok itu. Tampan, menjulang, dan sorot misterius pada mata beningnya. Ya Tuhan ... Mimpi apa ia semalam jika pagi ini ia bisa bertemu dengan makhluk sempurna seperti sosok didepannya. "Melia Harden?" "Ya!! Kenapa?" Tidak ingin terlihat seperti orang bodoh, Melia dengan cepat mengubah mimik wajahnya menjadi datar seketika. Mata hazelnya menatap sosok didepannya dengan lekat-lekat. Melia berakhir dengan meliriknya. Melirik name tag pada d**a kiri laki-laki itu. Arghi Joseph D Kemudian, laki-laki terlihat meliriknya. Menginvasi seluruh tubuhnya dari atas hingga bawah. Dan tidak dipungkiri, tatapan menelisik dari sosok didepannya itu membuat jantungnya berdebar seketika. "Pak Husein panggil Lo!" "Dimana?" "Ruang konseling" "Oke. Terimakasih!" "Lo, nggak punya seragam lagi?" Melia dengan cepat membalikkan tubuhnya kembali. Gadis cantik itu menatap Arghi dengan satu alis yang terangkat satu. Melia bersidekap angkuh. Ia menantang Arghi yang masih jelas-jelas menatap dirinya dengan pandangan yang sulit diartikan. "Kenapa? Ada masalah?" "Seragam Lo nggak memenuhi kriteria Jersen!" "Lo ngga usah mulai ngusik kehidupan gue lagi! Gue ngga butuh ocehan Lo!" "Mel?" Melia dengan segera melangkahkan kakinya kembali. Meninggalkan Arghi yang masih setia berdiri di depan pintu. Memperhatikan dengan seksama punggung mungil milik Melia. "..........." "Melia?!!" Langkah kaki Melia berhenti lagi. Ia menoleh cepat. Menatap Arghi di ujung pintu dengan tatapan tajamnya yang tiba-tiba. Ia melotot kesal, "Lia! Nama gue Lia b******k!" ***** "Lia?" "Iya pak?" "Ini sudah empat kali ya kamu melanggar aturan sekolah. Kalau begini terus bapak nggak tahu lagi harus bersikap bagaimana ke kamu. Bapak sudah kena tegur oleh kepala sekolah karena kelakuan kamu yang tidak bisa diatur!" "Kalau gitu keluarin aja saya pak. Gampang kan?" Pak Husein terdiam. Ia menatap anak didiknya itu dengan seksama kemudian menghembuskan nafasnya kasar. Beliau bahkan memijat keningnya yang tiba-tiba terasa berdenyut. "Pokoknya bapak nggak mau tahu! Besok sepatumu kudu hitam! Sesuai dengan peraturan sekolah! Dan satu lagi, kamu wajib mengikuti technical meeting untuk lomba matematika bulan depan!" "Nggak bisa pak! Saya juga ada tanggungan Cheers bulan depan!" "Lia .. cuma kamu perwakilan yang bisa diandalkan!" "Nggak! Masih banyak murid lainnya pak!" "Melia ... Bapak mohon sama kamu. Cuma kamu yang--" "Dia! Dia aja pak!" Melia bergumam histeris. Ia menatap sosok yang sama persis dengan dirinya itu ketika dengan kebetulannya masuk dalam ruangan konseling. Sosok itupun menoleh. Dan detik berikutnya terjadi sedikit kegaduhan dalam ruangan itu. "Lia?!! Kok disini?!!" Melia mendengus! Ia memutar bola matanya malas saat sosok yang tak lain saudara kembarnya itu menatapnya dengan pandangan berbinar. Sosok cantik itu memeluknya erat lalu melepasnya. "Kamu dihukum lagi ya? Pak Husein, ini Lia kenapa?" "Melly, kakakmu ini melanggar aturan lagi. Jadi bapak berniat menghukumnya nanti" "Pak tapi--" "Pak, soal hukuman nanti saja. Sekarang sudah ada Melly jadi bapak berunding aja sama dia. Saya harus balik kelas karena ada ujian di jam pertama. Selamat pagi!" "Tunggu dulu! Melia?!! Melia Harden?!!" "Maafkan Lia ya pak" "Saudaramu itu benar-benar diluar ekspektasi bapak Melly," Pak Husein memijat keningnya pelan. Laki-laki paruh baya itu mendudukkan dirinya di kursinya. Diikuti sosok Melly yang duduk tepat didepannya. Gadis itu menyodorkan beberapa tumpukan lembaran kertas pada Pak Husein, "Ini pak, evaluasi yang bapak minta tempo hari. Dan ... soal Lia biar nanti saya yang bicara" "Terimakasih ya Melly. Bapak benar-benar berharap sekali jika Melia bisa kamu bujuk. Ini juga demi kebaikan sekolah kita" "Pak Husein nggak perlu khawatir. Melia biar jadi urusannya Melly. Yasudah kalau begitu saya pamit ya pak. Selamat pagi" "Selamat pagi Melly"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook