5

1536 Words
"Sayang, apa kamu udah ngomong sama adik kamu? Dia mau bantu kita kan?" Gween memilih mengabaikan suaminya yang mengekorinya semenjak ia datang. Harusnya saat ini Noel sedang ada di kantor, namun tiba-tiba saja suaminya pulang dan memohon permintaan maaf karena apa yang dilakukannya dengan sekretaris yang memang sudah menjadi duri dalam daging dalam pernikahan mereka. Gween sepenuhnya menyadari jika Noel memohon maaf padanya karena menyadari Gween yang sudah mengetahui kebusukannya. Jika tidak, sampai matipun suaminya itu takkan pernah mau mengaku dengan sendirinya. "Harusnya kamu engga usah cari masalah. Aku capek harus terus nutupin masalah kamu, aku bahkan kehilangan muka bukan cuma di depan Ayah, tapi juga di depan adik-adikku," keluh Gween sambil bersandar di sofa rumahnya. Noel menatap datar istrinya itu, tatapan takut dan juga cemas yang tadi ia tunjukan hilang begitu saja. "Masalah? Kamu bilang masalah? Siapa yang bikin aku begini? Siapa yang awalnya bikin aku begini? Apa sekarang ini jadi salahku?" tanyanya pelan. Gween terkejut. Matanya yang tadi sempat terpejam sekarang kembali terbuka dengan binar sedih menatap suaminya. "Harusnya kamu lebih hati-hati" ujar Gween pelan sambil memalingkan wajahnya. Dulu pernikahannya tidak begini. Dulu Noel adalah suami terbaik yang bisa ia banggakan bahkan di depan kakaknya yang selalu lebih unggul darinya dalam segala hal itu. Benar kata Noel, Gween lah yang mengubah Noel menjadi seperti sekarang. Dirinya lah penyebab keharmonisan rumah tangga yang dulu ia miliki itu hilang. "Aku udah engga mau lagi, aku udah cukup capek harus ngelakuin banyak hal demi bisa narik perhatian Ayah kamu yang sejak dulu selalu mandang rendah aku. Harusnya kamu juga nyerah, Gween. Di mata Ayah kamu, Satu-satunya pewaris sah hanya Galilleo. Bahkan suaminya Gea juga engga berhasil buat yakinin Ayah kalau dia pantas," Noel berkata dengan geram. Ia menikah dengan Gween karena sebuah kesepakatan, namun dirinya benar-benar mencintai Gween dan dia juga tahu Gween merasakan hal yang sama. Namun dari awal Gween terlahir di keluarga yang salah sehingga pikirannya jadi gila dan merusak rumah tangga mereka. "Aku engga bisa. Aku engga mu kalah lagu dari Gea," gumam Gween. Noel mendengkus keras, dia membuang mukanya dengan amarah yang memuncak. Hal seperti inilah yang membuat dia tidak betah berlama-lama ada di rumah atau di samping Gween, istrinya. Karena bagi Gween yang terpenting adalah menang dari Gea. Tidak perduli meskipun ambisinya itu sudah sangat membuat Noel kesulitan. "Terserah kamu mau apa, aku udah capek. Jadi jangan libatin aku lagi," ujar Neol datar. Dia hendak berbalik saat tiba-tiba Gween menarik tangannya hingga dirinya yang tidak siap terjatuh ke sofa bersamaan dengan Gween. "Bertahan sebentar lagi, Sayang. Aku engga perlu semua harta warisan Ayah, aku cuma mau ngalahin Gea," ujar Gween pelan. Tangannya melingkar di leher suaminya dengan posisi dirinya yang sudah duduk di pangkuan Noel. "Aku tahu betul seperti apa kamu, walaupun kamu selalu bersama dengan Sekretaris kamu itu, kamu engga pernah nyentuh dia sampai melakukan hubungan 'itu' kan? Karena di hati kamu cuma ada aku, karena setiap kami bersentuhan dengan dia, aku yang ada di mata kamu. Beritahu aku, apa yang aku katakan itu benar atau salah?" Gween tersenyum sambil membalas tatapan suaminya yang terarah lulus ke matanya. Noel tidak mengatakan apapun untuk menjawab pertanyaannya, namun tangan besar lelaki itu yang merengkuh bagian belakang tubuhnya sudah menjawab semua pertanyaan Gween. Di tambah, kemudian wajah Noel semakin mendekat ke wajahnya. Hingga hembusan nafas memburu dari suaminya itu begitu terasa di wajah Gween yang langsung memerah. "Memang kamu yang paling tahu tentang aku, Gween," lirih Noel. Setelahnya bibir mereka berdua bertemu, menyecap rindu yang selama ini terhalang obsesi gila yang dimiliki Gween. Tidak ada yang tahu. Semua orang hanya menganggap bahwa Gween adalah orang yang tersakiti dalam rumah tangganya bersama dengan Noel karena yang semua orang tahu Noel kerap kali bermain serong dengan wanita lain. Padahal kenyataannya, Noel lah yang sering menahan rasa sakit karena wanita yang paling dicintainya justru mendorongnya menjauh beberapa kali dan menjadikannya pion untuk memenangkan pertarungan tak kasat mata antara Gween dan Gea. __ "Apa menurut Ibu, Ayah akan memindahkan Kak Betrand ke kantor pusat?" Gema menaruh spatula yang baru saja ia gunakan itu ke dalam sink. Tubuhnya berbalik menghadap wanita cantik yang sudah melahirkan dirinya dan ketiga saudaranya yang lain itu, menunggu sang Ibu menjawab pertanyaannya. "Mungkin aja, kalau kakak ipar kamu itu memang pantas," jawab Diva dengan senyum tipis. Gema ikut tersenyum. Bisa dikatakan, diantara yang lainnnya, dirinya dan Galilleo adalah yang paling dekat dengan Diva. Mungkin karena mereka adalah anak ketiga dan keempat, dan juga mereka lahir di saat Diva sudah memutuskan berhenti bekerja sebagai notaris dan fokus pada keluarganya. Sehingga Diva memberikan perhatian maksimal pada Gema dan Galilleo yang saat itu masih kecil. "Tapi Ibu sebenarnya lebih suka kamu engga membuka aib rumah tangga kakak kamu di depan Ayah, walaupun Ayah terlihat diam saja, tapi Ayah itu perduli dengan kalian semua. Beberapa kali Ayah mengatakan kalau dia ingin Gween dan Noel bercerai saja," ujar Diva. Gema menaikan sebelah alisnya saat mendengar ucapan ibunya itu. "Bukannya malah bagus kalau Kak Gween dan suaminya cerai? Walupun aku engga buka kebenarannya seperti tadi pagi, tapi semua orang tahu betapa bejatnya Kak Noel selama ini," tanya Gema heran. Diva tersenyum lembut, tangannya mengusap pundak anak ketiganya itu dengan lembut. "Kamu ternyata engga kenal kakak kamu sendiri, Gema. Gween bukanlah wanita yang engga berdaya dan pasrah diperlakukan engga adil, dia juga merupakan wanita yang berprinsip dan bisa mengambil keputusan dengan tegas," katanya. Gema mengerutkan alisnya, dia juga tahu kakaknya orang seperti itu. Tapi dia tidak mengerti maksud dari ucapan Ibunya. Diva kembali tersenyum, tangannya melepas celemek dan menaruhnya di lemari dapur. "Apa kamu pikir wanita yang seperti itu akan diam saja diperlakukan engga adil sama suaminya?" tanya Diva. Gema mengangguk, "Mungkin aja, Bu. Kalau itu berhubungan dengan cinta, bukannya itu bisa terjadi?" Diva mengangkat bahunya dengan senyum yang misterius. "Kayak yang Ibu bilang tadi, Kakak kamu adalah orang yang berprinsip dan bisa dengan tegas mengambil keputusan. Kalau dia memang merasa tersakiti dalam rumah tangganya, sudah pasti dari dulu dia akan menceraikan Noel tanpa ragu. Ibu jamin itu, tapi Ibu punya pendapat sendiri kenapa Gween masih bertahan sampai sekarang dan lebih sibuk menutupi keburukan suaminya daripada menyerah," jelas Diva. Perkataannya itu memancing rasa penasaran dari Gema yang sedari tadi fokus menyimak setiap perkataannya. "Apa itu, Bu?" tanya Gema. "Hanya hal sederhana, kemungkinan Kakak kamu juga sudah tahu kenapa Noel terus melakukan kesalahan berulang kali. Atau bisa juga karena Kakak kamu lah penyebab dari sikap buruk suaminya," jawab Diva santai. Gema membulatkan matanya tak percaya. "Apa itu mungkin, Bu?" tanyanya tidak yakin. Diva tertawa kecil sambil mengusap kepala anaknya itu. "Lebih baik kamu berhenti memikirkan kehidupan rumah tangga kakak-kakak mu dan mulai mencari pendamping hidupmu sendiri. Kamu sudah bukan remaja lagi, kamu perempuan dewasa. Ibu engga mau kalau sampai nanti Galilleo menikah lebih dulu karena bagaimanapun adik kamu itu sudah punya calonnya," Diva menaik turunkan alisnya, menggoda Gema hingga anaknya itu mendengus samar. "Aku engga mau nikah kalau akhirnya nanti suamiku juga jadi mengharapkan warisan tahta dari Ayah. Bagiku, Galilleo adalah yang paling pantas dapat posisi Ayah. Dia yang paling bisa dipercaya dan paling waras di antara semua orang di keluarga ini," katanya. Diva tertawa, "Kamu memang terlalu memanjakan adik bungsu kamu itu. Ingat ya, dia bukan lagi anak kecil yang merengek minta dibelikan es krim greentea ke kamu seperti dulu. Sekarang dia udah jadi lelaki dewasa yang sudah siap menikah dan menggantikan posisi Ayah," tegur Diva. Gema ikut tertawa, tangannya membawa semangkuk sayur asem kesukaan Ayahnya itu ke meja makan. "Buat aku, dia masih terlihat menggemaskan, Bu," timpalnya dengan senyum lembut. Sebelum kemudian senyumnya itu berubah menjadi senyum sendu. "Sayangnya, sekarang dia agak terlihat palsu," lirihnya. Diva terdiam, sebagian seorang ibu dia juga merasakan hal yang sama. Hanya dengan melihat anak lelaki nya itu, Diva tahu bahwa Galilleo kecilnya lebih memilih memendam semua masalah daripada harus berekspresi terus terang. "Dia selalu tersenyum apapun yang terjadi, dia engga pernah mengeluh kan, Bu? Aku kehilangan dia yang dulu semenjak kejadian itu. Galilleo yang dulu sering ketawa hanya karena hal-hal sepele itu, sekarang cuma bisa pasang senyum buat nutupin dirinya yang sebenarnya," lanjut Gema sedih. Diva menghela nafas pelan, berjalan mendekat ke arah Gema yang berdiri di sisi meja makan. Mereka mempunyai banyak pembantu rumah tangga, namun semenjak Gema vakum menjadi arsitek, anaknya itu menghabiskan waktu dengan memasak segala jenis makanan bersama dengannya. "Ibu juga mengerti perasaan kamu, karena dia juga anak Ibu. Tapi engga ada yang bisa kita lakuin selain terus berada di sampingnya, memberitahu dia kalau dia engga sendirian dan masih ada kita." Gema mengangguk, dia tersenyum tipis ke arah Ibunya itu. "Ibu benar, aku juga pernah beberapa kali minta dia buat cerita semua masalahnya, tapi Gali cuma senyum sambil bilang semuanya masih baik-baik aja sampai sekarang. Mungkin maksudnya, dia baru akan cerita kalau dia udah ngerasa engga baik-baik aja, Bu," balasnya. Diva termenung, merasa sedih dengan keadaan keluarganya. Semenjak anak-anaknya beranjak dewasa, hampir tidak ada kehangatan di rumah ini. Setiap mereka berkumpul, yang ada hanya segala bujuk rayu yang dilakukan oleh anak pertama dan keduanya pada Rein, suaminya. Sedangkan Gema baru akan angkat bicara kalau sudah merasa jengah, dan Galilleo akan langsung pergi karena muak dengan pembahasan yang sama berulang-ulang. Kini Diva menyadari, bahwa memang keluarganya sudah sekacau itu. **
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD