Chapter 3

1113 Words
“Siapa dia, Bi?” Pertanyaan itu langsung terlontar dari Nyonya pemilik rumah, yang membuat Dara kembali membungkuk saat tatapan mereka bertemu. “Ah, ini Dara, Nyonya. Pengganti Bibi Jinju yang akan bertugas di rumah ini.” Raut wajah wanita pemilik rumah itu tidak terlihat bersahabat. Bisa dibilang sangat serius bahkan. Tapi dari tatapannya juga ada rasa penasaran yang Dara lihat, meski Dara tentu tidak menatap lama dan terang-terangan. “Pengganti Bibi Jinju? Bukankah dia sangat muda? Tidak masalah bekerja seperti ini?” Bibi Nayeon sudah hendak menjawab, namun Dara merasa kini dirinya yang harus menjawab mengenai pertanyaan itu. Dara tidak bisa terus-menerus mengandalkan Bibi Nayeon untuk menjawab pertanyaan yang ditujukan baginya, kan? “Saya sama sekali tidak keberatan, Nyonya. Saya justru akan sangat berterima kasih karena sudah diberi kesempatan untuk bekerja di sini.” Kepala Nyonya Lee bergerak miring, terlihat tengah memikirkan sesuatu. “Logatmu memang terdengar seperti Korea, tapi sepertinya kamu bukan orang Korea.” “Benar, Nyonya. Saya bukan orang Korea, saya asli orang Indonesia.” “Orang Indonesia? Bibi Nayeon bagaimana bisa—kamu tidak datang dengan illegal, kan?” Kedua tangan Dara terangkat otomatis, menyangkal panik dengan dua tangannya yang bergoyang. “Tidak, Nyonya. Tentu saja Tidak. Saya masuk dengan Visa resmi.” “Visa pekerja?” “Bukan, Nyonya. Visa pelajar.” Kali ini Bibi Nayeon yang menjawab, hal itu dikarenakan Dara yang tampak bingung menjawabnya. “Visa pelajar? Bukankah itu berarti dia tidak seharusnya dia tidak boleh bekerja?” Bibi Nayeon menjelaskan secara garis besar mengenai kondisi Dara, hal-hal yang memang perlu diketahui Tuan dan Nyonya pemilik rumah itu saja. Mengenai beasiswa Dara yang dicabut, mengenai Dara yang terpaksa cuti, juga mengenai gadis itu yang juga tidak bisa pulang begitu saja ke negara asalnya. “Itu terdengar menyedihkan. Sayang sekali, padahal kamu sepertinya pintar.” Komentar itu yang pertama kali keluar dari Nyonya Lee setelah mendengar penjelasan Bibi Nayeon, dan Dara hanya menanggapinya dengan gelengan juga tepisan untuk pujian yang diarahkan padanya. “Yah, semoga kerjamu baik di sini. Karena Bibi Nayeon yang sudah menyeleksimu, saya akan mempercayai pilihan Bibi Nayeon. Tapi kalau kamu membuat masalah, saya tidak akan segan-segan memberhentikan kamu dari rumah ini.” Dara mengangguk mengerti, dan kembali membungkuk ketika Nyonya Lee memutuskan untuk berlalu dari sana. Sementara suaminya? Tuan Park yang sejak tadi mendengarkan, sampai akhir tidak memberikan sepatah kata pun hingga beliau juga berlalu dari sana. “Untuk ucapan mereka yang kamu dengar tadi. Tolong jangan pernah membicarakannya di mana pun dan dengan siapa pun, entah di dalam rumah ini ataupun di luar sana. Kamu bisa mendapatkan masalah besar jika melakukannya, Dara. Kamu mengerti?” “Ya, Bibi. Aku mengerti.” Dara mengangguk tegas. Melihat semangat Dara, Bibi Nayeon tersenyum keibuan dan menepuk punggung Dara lembut. Lantas mengajak Dara untuk kembali berkeliling rumah sambil menjelaskan pekerjaan apa saja yang harus Dara lakukan di setiap bagian rumah itu. *** “Latar belakang anak itu menarik. Bisa-bisanya dia memilih menjadi pembantu dibandingkan pulang ke negaranya meski harus merelakan gelar sarjananya.” Pikiran Lee Miran masih tertuju pada Dara yang tadi diajak bicaranya meski kini dirinya sudah berada di kamar pribadi bersama Taehyun—suaminya. “Kalau aku, sudah pasti lebih memilih pulang ke negaraku.” “Itu karena kamu punya uang.” “Huh?” “Itu karena meski kamu pulang uangmu tetap melimpah, kataku. Jangan samakan imajinasimu dengan kenyataan yang harus dia hadapi.” Komentar Taehyun dingin. Mendapat tanggapan seperti itu membuat Miran menyipit, menatap suaminya yang sedang berganti baju dengan sorot tak biasa. “Apa kamu sedang membela perempuan lain di depanku?” Sindir Miran melipat kedua tangannya di depan d**a. Taehyun membalik tubuhnya menghadap sang istri, menatap wanita itu dengan tatapan heran sekaligus tak habis pikir. “Lihat siapa yang bicara. Apa ini sosok yang sama dengan yang tadi mengatakan padaku untuk mencari ibu pengganti?” “Huh?” Taehyun tidak membalas tatapan tanya Miran, itu hanya akan membuat perdebatan mereka semakin panjang saja jika diteruskan. “Apa maksud ucapan kamu tadi, Yeobo? Apa itu berarti kamu mempertimbangkan ucapanku untuk mencari cara agar kita memiliki anak.” Tarikan napas berat keluar dari mulut Taehyun, meski bermaksud menghindarinya, rupanya istrinya itu masih tidak menyerah dengan topik yang terputus tadi. “Tidak adopsi. Orang lain akan dengan mudah tahu kalau anak itu bukan anak kita cepat atau lambat.” “Kalau begitu bagaimana dengan Ibu pengganti? Bagaimana dengan—” “Lee Miran! Kenapa kamu begitu terobsesi dengan semuanya? Biarkan saja kalau memang Ibu tidak berniat mewariskan apa pun padaku, aku masih bisa bekerja di tempat lain dan—” “Tidak! Tidak boleh! Hal itu jelas tidak boleh terjadi.” Suara Miran keras memotong ucapan suaminya. “Miran-ah.” “Kamu tahu apa yang akan terjadi kalau warisan itu tidak jatuh ke tanganmu? Mereka—saudara-saudaramu yang lain, yang jelas bukan kakak atau adikmu akan berebut untuk mendapatkannya! Bukankah tidak adil kalau putra satu-satunya saja tidak dapat, tapi para sepupumu itu bisa mendapatkannya?! Itu jelas konyol dan tidak masuk akal sama sekali! Hanya karena mereka memiliki anak, hanya karena mereka memiliki keturunan!” Taehyun memejamkan matanya, rasanya pembahasan ini memang tidak akan berakhir selama Taehyun tidak menghendaki keinginan Miran. “Kamu tidak sadar kalau kamu bahkan sangat pencemburu hingga hal semacam tadi saja kamu permasalahkan. Dan sekarang kamu membahas prihal ibu pengganti? Wanita yang akan mengandung anakku? Kamu yakin kamu bisa menerimanya? Kamu yakin kamu sanggup—” “Itu karena kamu berpikir bayi itu hanya akan menjadi anakmu, bukan anak kita! Selama kita berdua sepakat kalau itu adalah bayi kita, anak kita! Aku jelas tidak akan mempermasalahkan apa pun asal semua yang memang harusnya jatuh ke tangan kita akan tetap berada dalam kuasa kita!” Taehyun sungguh tidak bisa berkata-kata lagi dengan sifat keras kepala istrinya. Wanita yang dicintai dan nikahinya sembilan tahun lalu seperti sudah sangat berubah, tidak ada lagi wanita yang lemah lembut dan penyabar, tapi yang ada hanya wanita penuh obsesi seperti yang saat ini Taehyun saksikan. Hanya saja Taehyun tidak bisa menyalahkan sepenuhnya apa yang terjadi pada Miran, sebab perubahan wanita itu juga dikarenakan oleh sikap keluarga Park pada Miran yang menekan bertahun-tahun karena wanita itu tidak juga hamil dan melahirkan, membuat perubahan besar itu secara alami terjadi begitu saja pada pribadi Miran. “Yeobo. Tolong pikirkan sekali lagi… Hm? Kita bisa mencari calon ibu pengganti yang benar-benar kompeten dan anak melahirkan anak terbaik untuk kita. Aku akan berusaha mencarinya, kamu hanya perlu melakukan apa yang harus kamu lakukan dan mengikuti apa yang aku arahkan. Hng? Aku mohon, Yeobo. Kita harus mengakhiri semua jalan buntu ini. Yeobo…” Wanita itu memohon, mengguncang tubuh suaminya yang masih memilih diam tak tahu harus memberikan penolakan macam apa lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD