bc

When We All Fall Asleep

book_age16+
33
FOLLOW
1K
READ
murder
aloof
student
tragedy
bxg
scary
highschool
small town
whodunnit
tricky
like
intro-logo
Blurb

Drake Cooper punya insting. Dia sudah curiga tapi, tak punya cukup bukti. Not yet maybe.

Karena saat Winter Ball dilaksanakan, Drake mendapatkan apa yang ia mau. Sebuah bukti gila yang ikut menjeratnya. Drake memang salah langkah dan tempat tapi, dia mendapatkan buktinya. Sekarang hanya tinggal bagaimana Drake mengatakan semua itu tanpa perlu mengatakan faktanya secara penuh. Ia tetap tidak ingin ikut terjerat.

Saat Drake menemukan bahwa lehernya mungkin tidak lagi aman dan teriakan itu menghantuinya.

Caramel Daniel tidak suka keramaian. Menjadi tersangka utama malah semakin membuat rencana hidup damainya berantakan. Namun dia tidak bisa mengelak, dirinya selalu berada di sana. Pada setiap crime scene. Menatap kawat merah dingin itu.

Tak punya banyak waktu untuk merasa takut. Caramel bahkan tak sempat berteriak. Tak sempat untuk kabur. Dia hanya bisa menghubungi 911 dan poof . . . Drake Cooper ada di belakang lehernya.

ㄴ Watch your neck, keep it save. The silver string might have coiled it. Ensnare it and take your soul. ㄱ

chap-preview
Free preview
STㅡART
Caramel diam saja di sana, gemetar dalam berdirinya yang tidak tegap. Dia ingin kabur sekarang juga, ingin berlari sejauh mungkin. Tapi, tubuhnya berkhianat. Tubuhnya menolak untuk pergi, seolah ada tangan-tangan tak terlihat yang mengunci kaki-kakinya untuk tetap diam. Rasa takut semakin membuatnya membeku di tempat. Caramel tidak bisa melakukan apa-apa selain menatap lurus ke depan, seolah matanya juga berkhianat untuk melihat lainnya. Menatap melalui celah kecil dengan mata yang basah, dia menangis meski bukan dirinya yang berada dalam posisi itu. Keringat dingin mengucur semakin deras, seolah menggantikan cairan merah kental yang mengucur pada tubuh korban itu. Mulutnya masih terkatup rapat dan secara spontan Caramel juga menahan napas. Ia tidak ingin keberadannya terdeteksi tapi, sekali lagi ia tidak bisa lagi. Jadi tidak akan ada yang salah jika tempat persembunyiannya akan terbongkar cepat atau lambat. Detik berlalu sangat lambat dan menegangkan, rasanya seperti selamanya. Dan Caramel bisa ikut kehilangan nyawa detik itu juga. Sampai sepasang mata itu menatap nyalang ke arahnya. *** Suara napasnya tidak beraturan. Wajahnya terlihat sangat gelisah dengan kerutan yang terus menggantung pada celah antara kedua alihnya. Pada akhirnya dia bangun dengan bersimbah keringat, napasnya yang tidak beraturan menjadi semakin parah, dan dengung memenuhi telinganya. Caramel menoleh, menatap ponsel pada nakas yang berbunyi. Deringnya yang kencang sering kali Caramel maki namun dering itu kini menjadi penyelamatnya dari mimpi buruk. Dengan serangkaian kejadian di dalam kepalanya, tangannya gemetar mengambil ponsel. Kesulitan sendiri, hampir saja benda pipih berwarna hitam itu meluncur dari tangannya. Beruntung, Caramel masih cukup tangkas. Melirik nama penghubungnya, Caramel merasa keberuntungan terlalu cepat habis padanya. Gadis itu mengambil napas dalam sebelum menekan tombol hijauㅡmenjawab panggilan. “Yes?” “My Sweet Caramel, where are you? I think you’ll come, tapi aku tak melihatmu. Sweetie, kau mau melanggar janji? Bukankah kita sudah sepakat tadi pagi? Kau benar-benar tak ingin berteman denganku rupanya.” Musik EDM yang kencang terdengar sebagai backsound. Caramel sedikit kesulitan mendengar tapi, dia menangkap apa maksudnya. “Jill, aku tak bisa ke sana. Tempat itu terlalu ramai. Lagi pula, kau tahu kan, pesta dan diriku tidak bisa disatukan.” “Screw that! You must come or we’re end.” “Tapi, Jillㅡ” “No, buts. See you around Sweetie.” Panggilan berakhir begitu saja. Caramel menatap lelah pada layar ponselnya, benda pipih itu menunjukkan waktu panggilan mereka. Mata Cara menatap pada sudut kanan layar, sudah hampir tengah malam. Cara tidak yakin dirinya harus datang sekarang, dia tidak punya tumpangan ke sana dan yakin tidak akan ada yang mau memberinya tumpangan. Lagi pula, ayahnya tidak akan suka kalau Caramel menyelinap pergi. Lebih-lebih jika alasannya sangat tidak penting macam pesta midnight seperti ini. Tapi, Jill benar-benar get on her nerves. Jill satu-satunya teman terbaik yang sekarang Caramel miliki. Ia tidak bisa menghapus pertemanan dengan semudah ini. “Hah, aku bisa mendapat hukuman.” Cara bergumam, pikirannya sekarang sibuk mengambil keputusan. Bersyukur sedikit, setidaknya dia tidak punya waktu untuk memikirkan tentang mimpi buruknya tadi. Ponsel di tangannya kembali bergertar, nama Jill kembali tertara pada layar. Cara menghela napas dan memilih tidak mengangkat panggilan tersebut, sebagai gantinya mengirimkan pesan singkat. Mau tidak mau, dia harus pergi ke sana. *** Di sisi lain, ada seseorang yang tengah kesal sekarang. Matanya menyampaikan kilat amarah yang dia simpan dengan baik. Drake Cooper menatap malas ke arah teman baiknya ini. Laki-laki yang dengan santainya mengobservasi, kamarnya sampai berantakan. “Hell! What the hell are you doing Parker? What I said about come and stay and don’t mess around? You're really a troublesome.” “Bruh, no. This isn’t y’know.” “God! Kenapa aku harus memiliki teman sepertimu? Sangat tidak menguntungkan.” Drake memungut komik-komiknya di lantai. Sedangkan temannya tengah bersantai di atas kasur. Benar-benar manusia tidak tahu diri. “Dalam segala aspek, memiliki teman sepertiku adalah keberuntungan mutlak. Berhenti mengeluh dan bersihkan saja!” “You dumb, Jake Silly Parker.” Drake melemparinya dengan bantal kasur. Jake sendiri tidak melakukan apa-apa selain menghindar dan tertawa kencang. Badannya berguncang hebat menyebabkan keripik kentang yang ia peluk jatuh sebagian dan mengotori kasur Drake dengan pasti. “Jake Handsome Parker.” “Silly.” Jake masih tertawa dengan memungut beberapa keripik kentangnya, manusia satu ini memang tidak pernah memikirkan tentang kebersihan. Asal kebutuhan perutnya terpenuhi dia sudah bahagia. Jake masih tertawa lebar dan keras, hingga tiba-tiba saja wajahnya berubah menjadi serius begitu saja. Matanya menatap satu titik, mengawasinya tajam. Jake sedang mengikuti gerak-gerik Drake dengan sangat intens. Berbalik, Drake yang merasakan hawa aneh dari arah balik punggungnya segera meletakkan komik-komik dan sampah-sampah makanan Jake begitu saja. Dengan nada kesal ia berkata, “Ok, stop. What the hell are you doing?” “Bukankah sudah kubilang tadi? Aku sedang mengobservasi.” Jake sendiri menjawab dengan santai. Raut wajahnya mengendur tapi tatapannya tak pernah melepaskan Drake, semakin membuat gelayar aneh muncul dengan pekat. “Stop Parker, you creep criminal.” “Perharps, did you forget it?” “What?” Drake benar-benar tidak mengerti setiap patah kata yang meluncur bebas dari bibir temannya itu. Sungguh, Drake yakin tidak ada yang ia lupakan, kalaupun ada hal itu mungkin tidak penting. Tapi, tatapan Jake yang terlalu mengganggu juga ikut mengusik batinnya. Tidak tahu-menahu dengan apa yang ia lupakan, Drake bahkan tidak yakin apa sebenarnya topik bahasan mereka sekarang. Melihat perubahan raut wajah Drake yang jelas tidak mungkin dibuat-buat, Jake menyipitkan mata. Tidak percaya Drake benar-benar telah melupakan hal besar. Lihat betapa bingungnya seorang Drake sekarang. “Kau benar-benar melupakannya. Sayang sekali.” Dengan gaya menyebalkan dan nada suara yang membuat muak, Jake memberikan repons sederhana. “Jake, tell me, what did I forget about?” Drake yang hilang sabar menatap nyalang ke dalam kedua mata Jake. Sedangkan sahabatnya itu malah tertawa dan berguling hingga sisi lainnya. Berdeham singkat, Jake pada akhirnya memilih untuk tidak menjawab dan kembali sibuk dengan ponselnya, mengetik dan terus mengetik. Dasar maniak virtual. “Jake.” Nada Drake naik satu oktaf dan badannya berjalan mendekat ke arah Jake. Berdiri menyilangkan tangan di depan d**a, pria itu bersedekap. Drake masih memandang intens terhadap Jake yang sepertinya sudah kehilangan minat. Drake mencoba untuk terus bersabar. “Sst, kau bisa mencarinya pada memorimu yang minim.” “I’m not have much time, just tell me what I’m forgot about.” “Nothing, just some piece of trash.” “Aku tahu kau bukan orang yang suka memandang orang lain dengan tatapan marah seperti itu Jake. Dan demi hal sialan itu, sekarang kau berani memandangku marah? The heck it is. What the hell am I forgot?” “It’s just a trash. T-R-A-S-H. Trash like you.” Jake masih menjawab santai, meski kalimat yang keluar sedikit menyinggung Drake. Pria itu tidak akan pernah benar-benar menyinggung Drake, Jake selalu yakin tidak ada yang bisa menyinggung atau membuat pria itu marah. Sekesal apa pun Drake, dia bisa menahan amarahnya dengan baik. Julukan malaikat tidak tersemat tanpa alasan jelas untuknya. Calm down Coop. Terserah dia jika tak ingin mengatakan apa-apa. Kau tak boleh merasa itu tidak baik sedangkan yang ini sangat baik. Tak perlu bertengkar. Lihat sekarang, bagaimana Drake menghela napas dan menurunkan kedua tangannya. Membiarkan dua tangannya berada di samping tubuhnya. Drake memilih untuk membiarkan Jake dan tidak mau mencoba menebak apa yang sebenarnya teman baiknya itu ingin katakan. Jake selalu suka teka-teki dan dia akan memaksa orang memecahkan puzzle hanya untuk memberikan perasaan senang padanya. Hanya Drake yang selama ini selalu berhasil lolos dari kegilaan teka-teki yang selalu Jake buat. Persetan dengan hal tersebut, Drake tidak akan melupakan semudah itu kecuali hal tersebut tidak penting. “Aku akan ke bawah, kalau kau butuh sesuatu katakan saja. Mom tidak akan pulang sebelum tengah malamㅡaku bahkan tidak yakin apakah dia akan pulang hari ini. Mom bilang ada tugas di luar kota.” Drake kembali memungut sampah dan menaruhnya ke dalam tas plastik hitam besar, bersiap membawanya keluar kamar. Masih dengan menatap layar ponselnya dan kesibukan dalam mengetik. Jake menjawab, “Mhm, bisa kau ambilkan paketku di bawah? Katanya, kurirnya sudah menunggu dari tadi.” “Hah, aku akan membuangnya ke tempat sampah kalau kau membeli kaleng cat lagi.” “Ck, lakukan saja apa yang kukatakan. Jangan lupa, kau yang menawarkan bantuan lebih dulu!” Tidak mau memperpanjang argumentasi bodoh ini. Drake memilih mengalah dan melangkah pergi. “Aku benar-benar akan membuangnya kalau kaleng cat yang kutemukan.” “Don’t you dare, Cooper!” “I’m.” “Do not open my box! I swear I’ll kill you if you do that.” Suara Jake semakin keras tapi, tubuh pria itu tetap tidak beranjak sama sekali dari atas ranjang. Ancamannya memang hanya gertakan saja. Drake tahu itu, karenanya tetap akan membuka paket apa saja yang Jake beli sekarang. Nasib barangnya akan sangat buruk jika itu adalah kaleng cat. Drake bersumpah akan membuat Jake berhenti melakukan kenakalan lagi. “I’m leave.” “Do not open my box. Don’t even try! I believe in you Honey.” Jake harusnya tahu, semua usahanya melarang hanya akan berakhir sia-sia. Semakin dilarang, semakin Drake melanggarnya. Pria itu balas berteriak dari ambang pintu rumahnya. “I truly sorry my Love, but I don’t believe in you. Never.” “Ew, gross.” Tertawa kecil, Drake turun ke bawah dengan cepat. Matanya menatap seorang kurir yang terlihat baru memasuki lobi. Drake dengan cepat memperkenalkan diri sebagai penerima paket. Berbasa-basi singkat sebelum mengambil paket tersebut. tidak langsung kembali ke atas. Drake lebih dulu menuju bagian samping gedung. Menuju bak sampah besar dari besi yang terbuka. Membuang kantong sampahnya, Drake membuka bungkus paket Jake. “Let me see.” Tangannya terampil membuka bungkus dengan rapi. Drake langsung mengerutkan kening sekali ia melihat isi paketnya. “Hah? Ada apa dengan anak itu? Dia ada masalah penglihatan atau apa? tidak biasanya membeli sesuatu semacam ini.” Drake ingin terus mengeksplorasi lebih banyak tapi, suara gaduh kecil mengganggu aktivitasnya. Mengangkat pandangan, matanya beradu pandang dengan mata cokelat itu. “Apa?” tanya Drake heran. Siapa yang tidak heran kalau ada seorang gadis menatap takut dan benci kepadamu? Tentu saja Drake lebih banyak merasa tersinggung tapi, sebagian besar rasa heran itu juga ada di sana. Tidak menjawab, gadis itu malah berbalik pergi begitu saja. Seolah tidak pernah menatap Drake, seolah pertanyaan Drake tidak pernah sampai pada telinganya. “Ada apa dengannya? Jangan bilang dia sedang mabuk, atau mungkin high! Oh my, what a toublesome neighbor.” Menggeleng pelan, Drake menyadarkan diri dari pikirannya sendiri. “Ck, untuk apa aku memikirkan gadis aneh itu? Lebih baik segera kembali dan bertanya soal paket ini Jake, kau harus menjelaskan segalanya sekarang.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Devil Billionaire

read
94.9K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.9K
bc

My Secret Little Wife

read
98.2K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook