Chapter 2

1539 Words
"In LOVE, if you look for it, he will avoid you, but if you become a person who deserve beloved, he will surround you" Author Pov Flasback on 2 tahun lalu. "Ian, aku nggak mau kita putus, aku masih sayang sama kmu. " ucap perempuan itu sambil menangis di hadapan ian. "Maaf, tapi aku nggak mau hubungan kita berlanjut dan aku nggak mau kita tambah terjerumus dalam maksiat. " "Iya aku tau ian, tapi tolong aku nggak mau putus sama kmu. " "Cukup chika! Kita sudah melewati batasan moral dan aku tidak ingin mengulangi kejadian laknat itu lagi!" "Tapi nggak gini juga dong caranya yan, nggak mesti dengan putus kan, mesti di setiap masalah ada lebih dari 1000 penyelesaian. " "Baiklah kalau kamu tidak mau kita putus, aku akan menemui orang tuamu sekarang juga. Malam ini! " ucap ian mempertegas pekataannya kepada chika. "Uuun untuk apa? " tanya chika pada ian dengan nada terkejut. "Untuk menikahimu! " "Ttta tta tapi ian, aku belum mau kita menikah, aku masih ingin menikmati masa mudaku, aku juga belum siap menjadi seorang istri ian. " "Memang apa masalahnya kalau menikah muda, bukankah kamu tidak ingin kita putus dan jalan satu - satunya agar kita terhindar dari maksiat adalah menikah. " "Aku belum siap menikah ian! " "Kenapa kamu juga emosi?! Aku sudah cukup emosi dengan perilakumu yang selalu pergi ke club malam lalu menggoda pria lain dan... Dan..., arghhh aku benci melihatnya chika!" "Kka kamu tahu dari mana? Bbba bagaimana bisa kau mengetahui itu ian? Aku sudah menyembunyikannya darimu agar kau tidak memutuskanku." Ucap chika sambil menangis dengan keras. "Kau tidak perlu tahu bagaimana aku mengetahui hal itu!" Ian menjawab dengan tegas. Ian merasa sangat marah, ia merasa bahwa perempuan yang dicintainya itu telah menghianatinya dengan cara menggoda pria lain, dia diberitahu oleh temannya bahwa chika selalu pergi ke club malam dan menggoda para pria. "Kita cukup sampa sini chika, maafkan aku karena telah membuatmu menangis tapi aku juga merasa dihianati olehmu" ucap ian sambil berjalan menjauhi chika. Sebelum ian berjalan terlalu jauh dari chika dia berbalik dan berkata... "Dan aku minta tolong pikirkan apa yang sudah kau lakukan dan fakta bahwa kita telah melewati batasan. Dan kita perbaiki diri masing - masing." Ian berjalan menuju mobilnya dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang tergolong tinggi. Dia marah, sedih, kecewa, entah apa yang dia rasakan tapi semua yang sedang dia rasakan membuatnya merasa lelah. Hati ini perih sangat perih, mengapa saat hati kita merasa sakit tubuh kita juga ikut merespon merasakan sakit yang entah apa yang di rasakan oleh hati. Batin ian. Flasback off "Hai ian, apa kabar?" sapa perempuan itu dengan ramah. "Ah, ha hai chika alhamdulillah aku baik. Bagaimana denganmu? " ian menjawab pertanyaan chika dengan terbata - bata, saat melihat chika dia selalu mengingat masa lalu. "Aku juga baik ian" "Ada keperluan apa ke sini? " "Oh... Begini yan, aku hanya mau mengantarkan surat undangan ini. " Ian menerima surat undangan yang diberikan oleh chika dan membaca bagian cover undangan itu sesaat. "Undangan pernikahan? Siapa? " "Iya, aku akan menikah minggu ini, aku harap kau datang ke pernikahanku. " "Insyaallah aku akan datang" "Jangan lupa membawa pasanganmu ya, aku yakin banyak sekali perempuan yang mendekati pria baik sepertimu. " "Haha kau ada - ada saja" ian hanya bisa tertawa kecut mengingat kenyataan bahwa dia sedikit memiliki trauma untuk bisa dekat dengan perempuan lagi akibat masalahnya dulu dengan chika. "Baiklah aku harus membagikan undangan lagi ke yang lain, aku pamit sekarang yan. Assalamualaikum. " "Waalaikumsalam" Di saat yang bersamaan, zahra umi dari ian keluar menuju ruang tamu. "Loh, udah mau pulang aja chika? " "Iya tante, ini mau ada urusan lagi. " "Ya sudah hati - hati ya, terima kasih sudah mau mampir. " "Iya tante sama - sama, chika pamit dulu ya tante assalamualaikum. " "Waalaikumsalam" Ian menatap punggung chika yang sekarang telah menemukan seseorang yang lebih baik darinya. "Ian..." Zahra memanggil anak sulung nya itu dengan kasih sayang yang teramat. "Iya umi, kenapa?" "Inilah alasan umi yang selalu menunggumu cepat pulang ian." Zahra hanya mengatakan itu dan berlalu masuk ke dalam. "Tunggu umi, apa maksud umi?" "Umi dan abi sudah punya calon untukmu dan umi yakin kamu akan menyukainya ian." "Tta tapi umi, ian —" "Ian, umi dan abi hanya meminta itu, kami berdua sudah bertambah tua nak. Bukankah kamu tahu salah satu perintah allah tentang menikah?" "Ingat ini nak, kamu pasti mengetahui ini karena kamu juga membaca al -qur'an. "Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir". (Ar-Ruum: 21)" Kamu pernah membacanya bukan yan? " "Iya umi, ian pernah membacanya. " "Dan kamu mengetahuinya bukan? " "Iya umi. " ian hanya mengangguk lemas, dia tidak berani membantah perintah orang tuanya. "Ian menikah adalah Sunnah para Rasul. Dan kamu juga tahu hadits ini kan. "Menikah adalah salah satu Sunnah para Rasul, lantas apakah engkau akan menjauhinya, wahai saudaraku yang budiman? At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Ayyub Radhiyallahu anhu, ia menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: أَرْبَعٌ مِنْ سُـنَنِ الْمُرْسَلِيْنَ: اَلْحَيَـاءُ، وَالتَّعَطُّرُ، وَالسِّوَاكُ، وَالنِّكَاحُ. "Ada empat perkara yang termasuk Sunnah para Rasul: rasa-malu, memakai wewangian, bersiwak, dan menikah."[4]" ingat itu ian. " "Baik umi, ian akan mengingatnya. " Setelah menasihati anak sulungnya zahra melangkahkan kaki menuju dapur dan ian hanya dapat menatap kepergian uminya itu dan dia juga berlalu sambil menuju kamarnya dan merenungkan apa yang umi nya katakan. Rere Pov "Hhuuamm, selamat pagi dunia. Ini adalah hari yang membosankan" Hari ini aku akan bertemu dengan dokter pembimbing. Aku harus mandi sekarang dan bersiap untuk pergi. Ah.... Segarnya jika sudah mandi. Emmm aku pake baju apa ya, ah... Ini saja. Ku ambil gamis yang berwarna coklat dan dipadukan dengan jilbab warna putih dengan bunga - bunga. Sudah siap, saatnya aku pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan dokter pembimbing. Saat aku keluar dari kost - kost ada cucu dari ibu kost - an ini namanya kiran, dia adalah anak yang hiperaktif, periang, lucu, dan selalu bisa membuatku tertawa atas tingkahnya. "Pagi tante lele, tante lele mau kemana pagi - pagi gini, kilan boyeh ikut nggak? " "Eh... Ada kiran, tante mau ke rumah sakit sayang, tante mau ada urusan" "Yah... Tante lele jangan pegi, ntal kilan main cama ciapa, ntal kilan sendilian dong. " "Tante nggak bakal lama kok, ntar kalo urusannya udah selesai tante bakal main sama kiran lagi, oke? " "Oce bos" jawab kiran sambil berlagak hormat ala - ala hormat tentara. "Anak baik, tante pergi dulu ya assalamualaikum" "Iya tante lele ati - ati ya, waalaikumcalam" Aku melambaikan tangan pada kiran sambil terus tersenyum melihat tingkah bocah yang satu ini. Aku mengendarai motorku menuju rumah sakit tempat dokter itu, untunglah rumah sakitnya tidak terlalu jauh dari kost - kost an. Hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai ke rumah sakit tersebut. Akhirnya aku sampai juga, kuparkirkan motorku di halaman parkir tamu dan kulangkahkan kaki ku menuju lobi rumah sakit ini. Rumah sakit yang sangat besar dan mewah. Kenapa aku jadi bengong melihat bangunan rumah sakit ini, aku harus segera masuk agar dokter itu tidak menunggu terlalu lama. Aku menuju resepsionis untuk menanyakan keberadaan dokter tersebut. "Pagi mba, ada yang bisa saya bantu mba? " "Assalamualaikum mba, permisi saya mau mencari dokter pembimbing saya. " "Kalau boleh tau dokter siapa ya mba? " "Aduh saya lupa namanya mba, sebentar ya mba. " "Baik mba" Kubuka iphone kemudian kubuka chat line untuk mengetahui namanya. Aulian. "Ah... Iya mba, namanya dokter Aulian. " "Baik mba, sebelumnya mba sudah ada janji dengan dokter Aulian. " "Iya saya sudah asa janji mba. " "Baiklah mba saya tanya kan dulu kepada dokter auliannya. " Aku hanya menganggukan kepalaku. Aku melihat sekeliling rumah sakit ramai orang yang sibuk berlalu lalang dengan berkas - berkas yang dibawa ditangan mereka. Mereka terlihat keren. "Baiklah, mba silahkan langsung menuju ke ruangannya saja." "Ruangannya dimana ya mba? " "Oh iya, dari sini mba naik lift menuju lantai 5 lalu dari lift belok ke arah kanan nanti mba akan menjumpai ruangan dokter aulian yang tertera di pintu ruangan." "Terima kasih mba. " "Sama - sama mba. " Aku tersenyum sejenak kepada resepsionis lalu berjalan menuju lift. Satu Dua Tiga Empat Lima Ting. Aku melangkahkan kaki keluar lift mengikuti arahan mba tadi, belok kanan lalu ada ruangan dengan nama dokter aulian. "Ah... Ketemu. " Tok tok tok "Assalamualaikum, permisi saya adalah Rere mahasiswi kedokteran yang dibimbing oleh dokter. " "Waalaikumsalam, silahkan masuk." Aku melangkahkan kakiku ke ruangan tersebut. Woah... Ruangan yang sangat luas. Aku berjalan mendekati meja dokter tersebut. "Silahkan duduk. " ucapnya sambil memutar kursinya yang sedang menghadap keluar jendela. "Terima kasih dok. " Aku tersenyum sebagai tanda ucapam terima kasih karena sudaj dipersilahkan untuk duduk. Saat aku sudah duduk aku melihat matanya yang sedang menatapku dengan tidak percaya. Duh... Ni dokter kenapa ngliatin aku si. Aku kan malu. Mana ganteng banget lagi. Astagfirullah rere fokus, fokus oke. Ian Pov Aku membalikan kursiku dan terkejut melihat apa yang ada di depan mataku. Subhanallah..., cantik sekali perempuan ini. Satu Dua Tiga Empat Lima Astaghfirullah sadar ian, sadar, bukan mahrom mu. "Dokter kenapa anda diam saja. " "Dok... Dokter! "
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD