"Tidak! Aku tidak takut. Aku hanya bertanya saja. Apakah salah jika aku bertanya? " tanya Olla yang langsung mengalihkan pandangannya ke tempat lain.
Karena saat ini Brian sangat lebih menakutkan raut wajahnya dari yang tadi. Raut wajahnya Brian seperti orang yang ingin menghabisinya hidup-hidup.
"Kenapa dia begitu kejam. Salahku apa? Kenapa dia ingin membawaku ke tempat sepi? Ah, tidak ... tidak. Apa jangan-jangan dia ingin melakukannya lagi. Oh, ya aku lupa. Kami pernah melakukannya sekali dan dia ketagihan. Dasar pria tidak tahu malu."
" Kalau dia ingin melakukannya lagi hari ini, aku akan lari yang jauh. Atau aku akan menjerit. Ya, benar aku akan menjerit." Olla mulai berencana untuk kabur dari Brian jika Brian berbuat macam-macam dengan dirinya.
Dan dia tidak ingin melakukan hal yang sama lagi seperti malam itu. Sudah cukup dia lakukan secara terpaksa sekarang tidak lagi. Karena saat ini hubungan mereka hanya tanggung jawab dan tidak ada cinta sama sekali.
Brian, Marco terus melihat ke arah belakang. Beberapa mobil mendekati mereka dan terdengar suara tembakan yang cukup keras mengenai mobil yang ditumpangi oleh Olla. Olla yang mobilnya ditembak terkejut dan dia langsung menjerit cukup kencang.
Dan tanpa diminta oleh siapapun Olla segera memeluk Brian.
"Akh, Apa yang terjadi. Ada apa ini? Kenapa mereka menembak mobilmu. Apa kamu pencuri ?" tanya Olla yang membuat Brian membolakan matanya.
Marco yang mendengar pertanyaan dari Olla hanya bisa geleng kepala. Dari mana pikiran Olla yang mengatakan kalau mereka pencuri.
"Diamlah jangan banyak teriak. Kupingku sakit. Tundukkan kepalamu dan jangan bergerak sama sekali. Ingat itu, jangan menjerit. Aku tidak minta kamu menjerit. Apa kamu paham ?" tanya Brian yang segera menarik Olla untuk jongkok di sela kursi mobil dan menundukkan kepala Olla ke bawah untuk berlindung.
Karena saat ini, Brian diserang oleh seseorang yang dia pun tidak tahu siapa karena saat ini musuh yang saat ini mengejarnya belum terlihat hanya mobilnya saja yang mengikuti dia.
Olla yang diminta untuk menunduk mengikuti perkataan dari Brian dengan cepat Olla mengikuti Brian dan bersembunyi di sela kursi depan dan belakang mobil yang dia tumpangi.
"Kita selesaikan, Marco."
"Siap, Tuan." Marco mengiyakan perkataan tuannya dan Bruno melajukan mobil cukup kencang menuju jalanan sepi tepat di tepi jurang arah selatan.
Olla masih bertanya-tanya dia tidak tahu harus berkata apa. Olla yakin saat ini jika bertemu dengan malaikat maut maka mereka akan segera dijemput oleh malaikat maut tersebut. Bukan tanpa alasan dia berkata seperti itu.
Olla terus berdoa berharap agar dia selamat sambil memegang barang bawaannya dengan cukup erat karena uang yang dia curi dari Katy dan nyonya Soraya tidak boleh hilang sama sekali itu untuk dirinya jika dirinya tidak dibutuhkan oleh pria berwajah es batu ini.
"Tuhan, lindungi aku. Lindungi aku. Jangan sampai aku mati dulu. Aku masih muda. Mama, Papa tolong aku." Olla mengucap dalam hati agar selamat dari kekacauan ini.
Baku tembak terus terdengar cukup kencang hingga membuat Olla memejamkan matanya dan tidak sedikitpun dia membuka mata. Olla terus menutup matanya, dan kupingnya juga dia tutup. Hanya berdoa di dalam hati saja agar mobil yang mereka tumpangi tidak terbalik.
Cukup lama tembakan terjadi dan ledakkan yang cukup keras terdengar. Olla makin takut dia yakin ledakkan itu pasti dari mobil yang menembak mereka. Lama kelamaan suara tembakan yang tadi dia dengar berhenti suasana menjadi hening.
Walaupun sudah hening Olla tidak berani untuk membuka matanya. Olla masih tetap pada posisinya jongkok dan Olla yang masih ketakutan mendengar suara barito Brian.
"Cari tahu siapa yang sudah melakukan ini kepada kita. Aku ingin mereka membayar dengan sangat mahal apa yang sudah mereka lakukan," perintah Brian ke Marco untuk mencari siapa yang sudah membuat pagi hari dia terganggu.
"Siap, Tuan. Saya akan laksanakan dengan baik," jawab Marco.
Mobil melaju terus menerus dan tidak lama kemudian mobil berhenti. Brian lupa kalau ada Olla di bawah. Saat ingin turun, Marco buka suara.
"Tuan, Anda mau kemana?" tanya Marco ke Brian.
"Saya mau ke kantor. Tapi, ini dimana? Kenapa kita di sini?" tanya Brian yang lupa kalau dia harus ke kantor catatan sipil.
Marco menghela napas ternyata tuannta lupa. "Anda mau bawa Nona Olla menikah. Apa Anda lupa?" tanya Marco ke Brian yang langsung membuat Brian menoleh ke arah bawah.
Marco, Bruno menoleh ke belakang ternyata Olla patuh dengan tuannta untuk tidak bangun.
"Hei, anak kecil kenapa di bawah?" tanya Brian tanpa rasa salah.
Olla yang tubuhnya di tusuk dengan jari Brian dan ditanya kenapa dibawah berdecih. Bagaimana bisa pria tua ini katakan kenapa di bawah. Memangnya dia mau di bawah.
Olla membuka mata dan mengangkat kepalanya ke arah Brian.
"Om tanya saya kenapa di bawah?" tanya Olla yang masih menyebutkan namanya om.
Raut wajahnya Brian berubah total dia yang tadinya biasa saja kini berubah kesal. Dia malu jika dikatakan om.
"Bisa tukar panggilan tidak?" tanya Brian lagi.
Olla menganggukkan kepala mengiyakan apa yang Brian katakan. "Baik. Saya akan ubah panggilan untukmu," jawab Olla masih berpikir nama apa yang cocok untuk pria tua ini.
Brian umurnya cukup dewasa sekitar 32 tahun sedangkan dia 21 tahun cukup tuan dibandingkan dengan Olla yang di bawahnya.
"Ayo turun. Jangan kebanyakan melamun. Kenapa kalian para wanita selalu saja melamun. Aku heran dengan kalian ini," ungkap Brian yang menatap Olla dengan lekat.
Brian bisa melihat Olla selalu saja termenung. Entah apa yang dipikirkan anak kecil ini.
Olla pun turun dengan wajah cemberut. Sampai di luar Olla merapikan bajunya yang sedikit berantakan.
"Ayo, cepat jangan berdiri di situ. Kamu bukan patung manekin yang ada di toko," Omel Brian ke Olla.
Brian lagi-lagi kesal karena Olla hanya diam di tempat sedangkan dia sudah tidak sabar untuk masuk bukannya tidak sabar untuk menikah tapi dia harus kembali ke kantor dan bekerja juga berdiskusi dengan temannya tentang masalah yang tadi terjadi.
"Baik." Hanya satu kalimat itu saja yang keluar dari mulutnya Olla.
Olla mengikuti Brian masuk. Olla sebenarnya sedih karena pernikahan dia tidak seperti yang dia impikan. Tapi, balik lagi dia siapa saat ini! Dia hanya wanita pemulung, yatim piatu. Apa bisa berharap mempunyai pernikahan yang dia impikan? Jawabannya, tidak.
Surat menyurat diserahkan dan pernikahan terjadi. Sangat singkat dan terlalu singkat menurut Olla.
"Kamu pulang ke rumah dan jangan kemana-mana. Marco minta Bruno antar dia setelah aku sampai di kantor." Brian memperingati istri kecilnya untuk pulang ke rumah saja karena adiknya sudah kembali.
"Hmm, baik suamiku," jawab Olla yang membuat Brian, Marco dan Bruno terdiam.
Bruno menjadi saksi tuannya dan Marco jadi saksi Olla. Ke tiga pria bertubuh gagah dan berwajah seperti kulkas 7 pintu terpaku Olla mengatakan suamiku. Tadi Om sekarang suamiku. Perubahan yang cukup besar menurut mereka.
"Kamu katakan apa tadi?" tanya Brian ke Olla.
Olla yang melihat ketiganya berhenti ikut berhenti dan saat mendengar Brian bertanya kepada dia apa yang dia katakan tadi Olla geleng kepala. Dia tidak tahu maksud dari pertanyaan Brian tadi.
"Perkataan apa?" tanya Olla memandang Brian dengan lekat dan bola mata Olla yang penuh membuat Brian salah tingkah.
"Sudahlah." Brian kembali kesal dan memutuskan untuk tidak melanjutkan pertanyaan lagi.
Percuma ditanya juga jawabnya beda. Brian masuk ke dalam mobil dan Olla yang ingin masuk tiba-tiba saja rambutnya ditarik cukup keras dengan seseorang dari belakang dan karena tarikkan itu sangat kuat membuat Olla jatuh terjengkang ke belakang dan tubuh belakang Olla menghantam aspal.
"Kurang ajar kamu! Kembalikan cepat! Mana uang kami, wanita sialan! Dasar pencuri!" pekik orang yang menarik Olla dan orang itu adalah Katy.
Katy yang bangun dari tidurnya tidak melihat Olla. Dia berpikir Olla masih di kamar dan saat ibunya pulang dengan membawa kabar kalau dia sudah bisa mencari pria berduit untuk Olla layani Nyonya Soraya memberitahukan Katy.
"Kita dapat pria berduit untuk si anak tidak tahu diri itu. Nanti malam kita akan dapatkan uang banyak. Mana dia? Apa dia masih di dalam?" tanya Nyonya Soraya.
"Wah, benarkah itu. Kita kaya. Dia di kamar belum keluar. Mama jangan khawatir kita akan bawa dia. Kita buat dia mesin pencetak uang. Hahah, aku tidak sabar beli apa yang aku mau," jawab Katy senang karena dia bisa menjadi kaya tanpa harus bekerja keras.
"Bagus. Mama pikir dia kabur. Ya sudah, nanti malam kita dia datang kita akan sambut. Ini uang mukanya sisanya nanti malam," ucap Nyonya Soraya menunjukkan uang segepok dan tentu saja Katy melotot melihat banyak uang yang ibunya bawa.
Akan tetapi, saat malam tiba Olla yang akan melayani pria berduit dan buncit harus gagal karena Olla tidak ada dan kemarahan pelanggan Nyonya Soraya memuncak karena dirinya ditipu dan uang yang sudah diberikan habis karena siangnya mereka foya-foya.
"Kalian penipu. Kalian pikir saya bodoh? Mana dia. Mana? Orang yang aku inginkan tidak ada. Keterlaluan sekali kalian," Teriak si pria buncit dan berduit itu.
"Ka-kami tidak tahu apapun. Dia kabur. Dan untu uangnya kamu jangan khawatir kami akan kembalikan semuanya. Maafkan kami," jawab Nyonya Soraya yang mengutuk Olla karena sudah membuat mereka malu.
"Aku mau wanita itu. Cepat cari dia. Jika tidak, kalian tanggung akibatnya." ancaman dari pria gendut itu membuat Nyonya Soraya dan Katy ketakutan.
Mereka tidak menyangka kalau Olla kabur. Setelah pria gendut itu pergi. Nyonya Soraya menampar Katy. Harusnya, Katy yang berjaga tapi kenapa bisa kabur.
"Dasar anak bodoh. Aku sudah katakan padamu untuk berjaga. Kenapa kamu biarkan dia kabur, ha? Kenapa?" tanya Nyonya Soraya ke Katy dengan murka.
Katy yang ditampar hanya bisa diam. Tidak menyangka ibunya menampar dia. Sejak dulu dirinya tidak pernah ditampar sama sekali tapi kini ibunya malah menampar dia.
"Ma, aku sudah jaga. Dan aku tidak tahu kenapa dia kabur. Kenapa Mama salahkan aku terus. Bukannya tadi kita pergi bersama. Nah, kemungkinan di saat kita pergi dia kabur," jawab Katy yang tidak mau disalahkan atas kaburnya Olla.
"Alah, tadi aku kunci pintunya. Mana mungkin dia bisa kabur. Kecuali, kalau dia kabur saat kita belum kunci. Ah, kemana anak sialan itu perginya. Kenapa dia kabur. Kita harus cari dia. Jika tidak di cari kita akan dibunuh oleh dia. Aku tidak mau," ujar Nyonya Soraya yang enggan jadi tumbal atas kesalahan yang Olla perbuat.
"Kita mau cari dimana dia? Kita tidak tahu dia dimana. Dan dia tidak punya keluarga sama sekali dan apa mungkin dia kembali ke desa tempat ibunya dilahirkan?" tanya Katy menebak kalau Olla ke desa dimana ibunya Olla dilahirkan dulu.
"Diamlah. Aku mau cek uangku. Aku harap anak tidak tahu diri itu tidak membawa kabur uangku. Jika dia bawa maka aku akan habisi dia," jawab Nyonya Soraya yang berlari ke dalam kamarnya dan mencari uang yang tadi diletakkan di tempat tidur.
Tapi, sayangnya uang itu hilang. Nyonya Soraya menatap Katy yang ceroboh tidak menyimpan uang itu.
Katy tertunduk dia murka dengan Olla yang kabur dari rumah membawa uang hasil jualan semalam.
"Katy, kamu keterlaluan kenapa tidak menyimpan uang itu. Lihat, anak tidak tahu diri itu mengambil uangku. Akh! Olla sialan. Awas kamu!" pekik Nyonya Soraya dengan cukup kencang saat mengetahui uangnya dibawa kabur Olla.
Dan, saat Katy berjalan keluar untuk beli makanan dia bertemu Olla. Setelah dia menatap dengan lekat apakah benar itu Olla ternyata benar. Katy menghampiri ibunya yang baru keluar dari toko roti.
"Ma, kita ketemu dengan wanita malam itu. Itu Olla, Ma. Ayo kita temui dia kita buat dia perhitungan dengan dia. Aku akan hajar dia," kata Katy ke Nyonya Soraya.
"Oh, ternyata dia jadi simpanan pria tua. Baiklah, tunggu kamu," jawab Nyonya Soraya yang segera berlari mengejar Olla taku jika Olla kabur.
Dan benar saja, saat sampai diparkiran sebelum Olla masuk ke mobil rambutnya ditarik dengan kuat dan berakhir dirinya jatuh ke bawah.
"Akh, sakit," teriakkan Olla yang kencang membuat Brian, Marco dan Bruno kaget.
Brian segera turun dan wajahnya makin menakutkan dari sebelumnya. Dia tidak suka jika ada yang menyakiti Olla istrinya. Terlebih lagi, Olla sampai jatuh ke aspal dan teriakan Olla juga kencang itu tandanya Olla kesakitan.
Olla seret Katy menjauh dari mobil. Rambut Olla masih di cengkraman oleh Katy.
"Tidak tahu malu. Pencuri tengil. Mana uang aku mana? Ma, dia orang yang sudah mencuri uang kita. Kita seret saja dia seperti ini sebagai hukuman. Wanita munafik ini pantas kita hukum," ujar Katy menumpahkan amarahnya ke Olla.
"Siapa yang mau kamu hukum?" tanya Brian yang berdiri dengan gagah tepat di depan Katy.
Katy yang murka mendengar suara Brian terdiam dan terpesona.
"Tampan."