Disaster

2813 Words
"JIMMY!!!! BUKA PINTUNYA?!!!" Aku benar benar butuh Jimmy sekarang. Setelah berfikir cukup lama aku punya pemecahan. "JIMMY!!!!" Aku terus menggedor dan menekan berulang kali apartemennya. Baru jam 11 malam dia tentu belum tidur. "JIM.." "BERISIK JESSICA WILLAN!!!" Aku hanya nyengir melihat wajah kesalnya dari pintu yang terbuka. "Lama banget! Aku sudah di sana selama sejam! Kau mau melihatku lumutan hah?!" Aku lalu berjalan melewatinya dan langsung duduk di sofa ruang tamu. Aku melempar tas tanganku ke meja dan kunaikkan kaki ke meja juga. "JESSICA! Yey tuh cewek tapi sikap kaga ada cewek ceweknya!" "Kemarilah Jimmy, ada yang mau kusampaikan" Jimmy lalu duduk di sebelahku tapi masih menjaga jarak. "Apa?" Jimmy menatapku serius sambil mengangkat sebelah alisnya. Auw, kau sangat menggemaskan. "Btw, kenapa kau memakai jubah sepanjang itu? Kau tidak bermaksud akan mencurikan?!" Apa? "JIMMY NEUTRON!!! AKU SUDAH KAYA AKU TIDAK BUTUH UANGMU! LAGIPULA MANA ADA PENCURI SECANTIK AKU!!" Aku membulatkan mataku menatapnya kesal. Dia menutup telinganya dan menatapku tidak kalah tajam. Oia, aku memang memakai jubah hitam tebal panjang setumit kaki. "Tutup mulutmu dan berhenti berteriak!" Aku kembali memasang wajah memelasku. "Jimmy? Aku butuh bantuanmu" "Setelah meneriakiku kau masih mau minta bantuan?" Aku menatapnya sambil mengedip kedipkan mata. "Hentikan puppy eyes itu Jessica! Baiklah ceritakan. Kau butuh bantuanku atas hal apa?" "Emm, aku.. Aku dijodohkan Jim" "lalu?" "Aku tidak mau dijodohkan" "Tolak saja" "Aku tidak boleh menolaknya. Kata Grandpa kalau aku menolaknya, aku akan ditendang ke pedalaman Afrika" Dia malah tertawa lepas. Sialan! Hiks aku lalu mencondongkan dudukku ke arahnya. Dia menghentikan tawanya dan mengernyitkan kening. "Tapi, Grandpa bilang kalau aku bisa membawa calon suamiku yang sesuai kriteria Grandpa, aku bisa bebas dari perjodohan ini" "Ya sudah bawa saja calonmu" "Masalahnya, yang direstuin oleh Grandpa itu cuman kau, Altego dan Tommy." "Oh" "Ya sudah suruh Altego atau Tommy saja" "Aku tidak bisa meminta Altego Jim, kami memiliki masalah serius. Aku juga tidak bisa meminta Tommy. Aku sudah menganggap Tommy seperti kakakku. Hanya kau yang bisa menolongku sekarang" "Apa? Aku? Kau tahu itu tidak mungkin" "Kumohon Jimmy. Nikahi aku" "Apa?! Nikah?!" Aku lalu bergeser mendekatinya. Dia menatapku waswas keringat dingin mulai terlihat di keningnya. "Kita nikah ya sayang" Aku lalu menangkupkan kedua tanganku pada wajahnya dan mendekatkan wajahku pada wajahnya hendak menciumnya. "Kau gila Jessica!" Jimmy langsung menghindar membuatku jatuh dan mencium sofa. "JIMMY! KAU HARUS MENIKAH DENGANKU!" "Kau gila Jessica!" Aku terus mengejar jimmy mengeliling apartemen. Jimmy berlari ke arah sofa dan mengguling gulingkan sofa mencoba memperlambatku. Come on, memangnya ini game kejar kejaran di playstation? "JIMMY! MENIKAHLAH DENGANKU!" "TIDAK AKAN! MENYINGKIR DARIKU PEREMPUAN GILA!" "TIDAK SEBELUM KAU MENIKAH DENGANKU!" Dia lalu berlari ke arah kamarnya. Aku segera mengejarnya. Saat dia mencoba menutup pintu kamarnya, aku juga berusaha membuka pintu kamarnya. Aku menahannya dengan menekan bahuku ke pintu sialan itu. "PERGI DARI SINI!" Sial dia sangat kuat untuk ukuran Gay. Oh tidak pintu akan tertutup. "Aw Jim, tanganku terjepit. Sakit" Pintu lalu terbuka lebar. Dia menatapku panik. "Apa yang kejepit?" Aku menyeringai ke arahnya dan mendorongnya masuk ke kamar. Dia terdorong hingga jatuh tersungkur ke lantai. "Kau harus mencari orang lain Jess, aku serius. Aku tidak tertarik sama sekali pada jenismu! Demi Tuhan aku ini Gay! Aku hanya tertarik pada laki laki. Pada pedang bukan tempat pedang!" "Kalau kau tidak mau menikahiku hanya karena kau gay, aku akan membuatmu normal" Dia menatapku ngeri. Aku lalu mulai membuka kancing jubah yang kupakai dan melemparnya ke sudut ruangan. Dia menatapku tidak berkedip. Aku memakai bikini two pieces yang sangat minim berwarna bloody red. "Kemari Jimmy" Aku mencoba menggodanya dengan mengerling nakal ,menjilat bibirku sendiri dan menggigit bibir bawahku dengan gerakan s*****l. "JESSICA KAU BUTUH PSIKIATER!" Jimmy langsung berdiri dan memutarku ke belakang. Dia mulai mendorongku keluar kamar. Hah jangan panggil aku Jessica kalau aku tidak melawan. Aku terus berontak menggapai semua yang bisa kucapai agar dia tidak bisa mengusirku. "Aku butuh kau Jim! Bukan psikiater" "Kembalilah saat kau sudah ganti kelamin baru aku akan mempertimbangkannya" "Jimmy!" Saat akan dekat pintu keluar aku langsung menahan kakiku pada dinding sebelah pintu. Hingga Jimmy tidak bisa mendorongku. "PULANG JESSICA?!" "TIDAK SAMPAI KAU SETUJU MENIKAH DENGANKU!" "Oh Astaga, setelah ini aku akan menghabiskan waktu berendam antiseptik" Hal yang tidak pernah kuduga sebelumnya. Jimmy melepaskanku hingga aku terjatuh. Dia lalu berjalan ke hadapanku dan mengangkatku. Oh Damn! Dia menggendongku seperti memanggul beras. Sebelum dia menjatuhkanku di depan pintu apartemennya ini, aku segera mengelus batangnya. Semoga ereksi semoga ereksi. Amin. "s**t!" Auw dia lalu menjatuhkanku di depan apartemennya. Pantatku terasa sakit karena harus berciuman dengan lantai. "JIMMY!" "BYE MAKSIMAL!" Blam Pintu dibanting di depanku. Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan sekarang? Pintu kembali terbuka. Senyum merekah di wajahku. "Ini milikmu!" Shit! Jimmy melempar Jubah dan tasku ke dekatku dan langsung menutup pintunya kembali. "JIMMY NEUTRON SIALAN!" ************************************* Sudah seminggu aku tidak bertemu dengan Jimmy. Dia seperti menghindar setelah malam itu. Oh, jangan panggil aku Jessica jika dengan itu saja aku langsung mundur. Aku terus meneror Jimmy lewat sms, telpon yang selalu dia reject, bbm, line, what's app bahkan sampai akun sosmednya. Aku juga tidak setengah setengah, aku langsung mengirim ke akunnya kalau aku menunggunya menikahiku. Semoga Grandpa, mama atau papa tidak tahu dengan yang kulakukan karena kalau ini sampai terbongkar, Jimmy akan masuk blacklist si tua bangka itu. Ngomong ngomong soal si tua bangka sudah seminggu tidak ada tawaran dating lagi dengan para laki laki tidak jelas itu. Mungkin Grandpa sudah cukup muak karena aku permalukan. Hahahahaha suruh siapa Jessica dilawan. Berarti sisa seminggu lagi waktuku untuk membawa calonku sendiri habis. Apa aku bisa mendapat perpanjangan waktu ya? Kudengar suara merdu suamiku a.k.a Adam Levine mengalun. Ah, I-phoneku. Dengan malas aku bangun dari posisi uenakku di kasur kesayanganku dan beranjak menuju meja riasku. Aku mengernyitkan kening melihat nama Donna. Aku menggeser lambang hijau dari layar itu dan mendekatkan benda kotak putih itu ke telingaku. "Halo?" "Jess, kau yakin ingin menikah dengan Jimmy?" "Dari mana kau tahu?" "Semua orang membicarakanmu Jess. Mengenai semua postinganmu di Twitter, f*******:, Path dan yang paling parah di i********:. Kau ini kenapa sih?" Aku menghembuskan nafas berat. Aku tidak mungkin memberitahunya. "Hanya cinta mungkin?" "Oh astaga. Kau menyukai si Gay itu?" "Yes i guess" "OMG. I love you Jessica. Aku senang sekali akhirnya temanku bisa jatuh cinta dan juga menjadi dua kali lipat mengingat Jimmy akan kembali normal" "Seandainya ucapanmu benar Don" "Aku mendukungmu! Kemarilah aku ada di Coffee Bean. Dua meja dariku ada Jimmy bersama datenya. Kau masih ingat laki laki hot yang ternyata gay itu? Mereka sedang kencan sekarang" "Aku ke sana sekarang" Oke, kalau tidak bisa memaksanya langsung maka akan kubuat dia tidak memiliki pilihan lain. ************************************* Aku membenahi makeupku. I look pretty as always. Aku kembali melihat pakaianku. Baju turtle neck berwarna lime tanpa lengan dari Dior dan A-Line skirt jingga dari trade mark yang sama. Aku memakai stiletto kebangsaanku dan mengenakan kaca mata gaya berwarna hijau gradasi biru dari versace. "Jimmy, let's play the game" Aku mengambil tas mungil Fendiku dan berjalan ke luar mobil. Dengan percaya diri aku masuk ke dalam cafe. As always everybody staring on me. I told you before i'm pretty, rich and flawless. Aku dapat dengan mudah menemukan Jimmy dan pasangan Gaynya. Karena hanya mereka berdua yang tidak menatapku sialan! Aku berjalan menuju meja mereka di dekat tangga. "Jimmy! Aku tidak percaya kau tega melakukan ini padaku" Aku menangis dan menggoncangkan bahu Jimmy. Aku dulu adalah artis drama terbaik di SMA. Jimmy terlihat kaget melihatku wajahnya pias. Haha! Got you! "Siapa dia Jimmy?" Pandanganku beralih pada pasangan gaynya. Damn! Dia benar benar tampan! Wajahnya putih mulus. Bulu mata tebal memperindah matanya yang memancar lembut. "Aku.. Aku tidak mengenalnya Juan" Apa?! "Jimmy! Setega itukah kamu padaku?! Setelah perbuatanmu beberapa bulan yang lalu! Kau berjanji akan mencintaiku! Kau berjanji akan berubah, kau berjanji menikahiku Jimmy?!" Aku menangis semakin kencang sambil menggoncangkan bahu Jimmy. Semua orang mulai memperhatikan kami. Aku tidak sengaja melihat Donna yang melongo melihatku. "Apa maksudnya Jimmy?" "Aku benar benar tidak mengerti Juan." "JIMMY! Aku mengandung anakmu. Ini jalan 2 bulan dan kau masih mengingkarinya! Bahkan kita sudah sering ke dokter kandungan bersama!" Jimmy langsung melongo melihatku. "JIMMY!" Itu bukan lengkinganku sungguh! "Aku tidak percaya kau sebiadab itu! Aku mau kita putus! b******k!" Hah???? Dengan tidak percaya aku melihat Juan menangis dan menyiram Jimmy dengan minuman di meja. "Maafkan aku" Setelah meminta maaf padaku, Juan langsung berlari sambil menangis ke luar cafe. Bah! Banci kali dia! Seperti baru sadar Jimmy langsung menatapku geram. "JJJJEEEESSSSSSIIIIIIKKKKKAAAAAAA!!!!" "Yes honey?" "Ah!" Jimmy langsung meremas rambutnya gusar. "Kau tidak perlu seperti itu! Kau ini benar benar ingin kuumpankan pada anakonda hah?!" Aku tertawa kecil dan bergelanjut manis padanya. "Tidak. Aku hanya ingin kau menikah denganku. Jangan dibawa serius. Aku juga tahu banci tadi hanyalah mainanmu" Ya Jimmy like a playgay. Oh astaga aku merinding sendiri memikirkannya. "Oh baguslah kau tidak serius mengajakku menikah" "Oh, masalah itu aku serius sayang" Dia memadangku ngeri. Aku lalu terkikik kecil dan mengelus batangnya tentu saja secara sembunyi sembunyi agar orang lain tidak bisa melihat. "s**t! JESSICA!" Smoch Aku mengecup pipinya dan pergi berlalu. "CEPATLAH LAMAR AKU CALON SUAMIKU YANG TAMPAN!" Aku berteriak saat dekat pintu keluar dan pergi berlalu. "JJJEEESSSSIIIIKKKKAAA!!!!" Aku terkikik mendengar teriakkannya yang terdengar sampai parkiran. Ya Tuhan, maafkan aku kalau saja aku tidak membutuhkannya aku tidak akan berbuat seperti itu. Oh astaga i'm such a b***h. Aku benar benar merasa seperti seorang jalang. Padahal selama ini aku tidak pernah bertindak sejauh itu pada semua pria yang mendekatiku. Maafkan aku Tuhan. Jika aku tidak benar benar harus menikah dengannya aku tidak akan seperti itu. ************************************* Aku mengendarai mobilku tidak tentu arah hanya memutar mutar sebuah bunderan di jalan raya. Aku tidak mau pulang! Aku hanya akan bertemu dengan si tua bangka itu, lagipula aku takut kalau aku kembali ke rumah dia kembali menjalankan operasi cari jodoh untukku lagi. Aku sudah tidak ada kelas lagi di kampus akukan hanya menunggu waktu wisuda. Aku tidak bisa pergi hang out. Hang out sendiri itu sangat menyebalkan. Suara kekasihku kembali terdengar. Tentu kalian tahukan siapa kekasihku itu? Aku mengendarai mobilku ke salah satu arah meninggalkan bunderan dan menepikannya. "Halo?" "Hai Jess?" "OMG! Kathy! I miss you so damn much!" "I miss you too Jessica. Maaf so.." "Shut! Let's cut that part. Aku tidak mau mengingat perbuatan bodohku dulu." "You're so kind Jess" "I know" Kathy tertawa kecil. "Bisakah kau membantuku?" "Tentu. Apa?" "Aku ingin membuatkan makan siang untuk Theo. Bisa kau memberitahuku apa makanan favoritynya?" "Hemmm, mungkin ayam goreng saos mentega. Ya pasti itu. Hold on Kathy, aku akan membeli semua belanjaannnya oke" "Tid.." "Shut! I don't wanna hear that. Aku yang belanja dan kau yang masak. Memang selalu seperti itukan?" "Baiklah kalau itu tidak merepotkan. Terimakasih Jess" "Sure. You are my bestie." "Em, Jess?" "Ya?" "Sekalian antar aku ke perusahaannya ya" "Oke. Kebetulan aku sedang tidak ada kegiatan. See you at Theo's house Mrs Alaric" "Bye Jess see you" Telpon dimatikan. Yeay. Aku punya tujuan sekarang menuju supermarket dan ke rumah Kathy tidak usah memutar mutar bunderan lagi seperti orang t***l. ************************************* Aku mencengkram strir mobil dengan erat. Makhluk itu benar benar menguras kesabaranku. Dari mana sih Theo dan Kathy menemukan makhluk purba itu?! "Jess, bisa kita pelan sedikit? Aku takut" Aku memang mengendarai mobilku dengan kecepatan tinggi menuju perusahaan Theo. Aku sedang mengantar Kathy menyerahkan makanannya sekarang. Dan aku sedang kesal dengan makhluk menyebalkan yang ada di rumah Kathy. Untung saja tadi aku sempat memberi makhluk menyebalkan itu pelajaran. Haha you are the best Jessica. I know. "Jess? Demi Tuhan! Pelankan mobilnya!" "KATHY! Kau tidak tahu apa?! aku masih sebal dengan makhluk di rumahmu itu?! Kenapa tidak kau usir hah?! Jelas jelas dia mau merusak hubunganmu dengan Theo?! Tidak lihat apa tadi sikapnya yang seenak jidat ngambil makanan yang kamu buat untuk Theo?! Dan kau malah adem ayem saja?! Kalau aku jadi kamu sudah aku ikat tuh makhluk ke rel kereta api!" Kulirik Kathy yang terlihat mengernyit padaku. Dia lalu mengusap telinganya. Hey! Jangan salahkan aku kalau aku teriak! Aku sedang esmosi! "Aku juga tidak menyukai medusa itu Jess, tapi Theo bilang medusa itu anak rekan kerja pentingnya" "Argh, peduli banget sama tuh makhluk mau anak rekan kerja kek, anak pejabat kek, anak presiden sekalipun kalau dia sudah menganggu zonamu harusnya kau lempar dia ke jalan!" Aku benar benar kesal sekarang! Kathy itu sosok yang terlalu baik. Lihat saja mau maunya dia ditindas seperti itu. (Secara singkatnya si medusa itu Lyra Campbell. Perempuan gatel yang menyukai Theo. Dan Jessica menguncinya di kamar mandi - Yang penasaran lengkapnya bisa dibaca di Sorry Mr Perfect) "Jess, gedungnya yang di depan. Yang paling tinggi" "Wauw suamimu benar benar orang kaya" Aku lalu membawa mobil ke basement gedung pencakar langit itu. Setelah memakirkan mobil, aku keluar diikuti Kathy. ************************************ Saat kami sampai di lobby, kulihat banyak orang yang berlalu lalang mungkin karena ini adalah jam makan siang. "Sebentar ya, aku akan bertanya pada bagian receptionist" "Oke" Aku lalu berjalan ke arah sofa ruang tunggu dan duduk di sana. Aku mengambil I-phoneku. 15 missed call semuanya dari Papa. Papa Calling Aku mengernyitkan kening heran. Ada apa ya? Jangan bilang ini mengenai perjodohan konyol itu lagi. Kathy lalu menghampiriku. "Ayo Jess, Theo ada di ruangannya lantai 23" "Kamu naiklah duluan Kathy, aku akan menelpon papa dulu. Dia menelponku terus dari tadi tapi tidak terangkat" "Baiklah" Sepergi Kathy, aku segera menelpon papa. "Jess? Kau di mana?" "Aku sedang di perusahaan suami Kathy. Dia memintaku mengantarnya. Ada apa Pa?" "Ini soal perjodohanmu" Damn it! Like i guess. "Apa lagi pa?" "Grandpa ingin kamu bertemu dengan cucu sahabatnya. Papa lihat Grandpamu sangat antusias dengan perjodohan kali ini. Papa tau ini terkesan memaksa, tapi cobalah lebih serius Jess, ini untuk kebaikanmu. Cobalah sedikit membuka diri siapa tahu kalian cocok" "Papa, jangan seperti Grandpa please. Aku sudah capek dengan semua perjodohan konyolnya itu! Jessica bisa membawa pilihan Jessica sendiri" "Kalau begitu bawalah. Papa tau bagaimana hubunganmu dengan para mainanmu itu Jess. Jangan berbohong pada Papa. Cobalah dengan yang satu ini kalau memang tidak bisa, papa tidak akan memaksa lagi" Aku terdiam. Mencoba dengan yang satu ini? Ya sudah deh lagi pula kalau ujungnya ga cocok papa tidak akan memaksaku lagi. Dan aku bisa kembali memaksa Jimmy menikahiku. "Baiklah. Katakan di mana dan kapan?" "Sebelum papa beritahu, berjanjilah pada papa" "Baik, apa?" "Tidak ada acara suap suap dessert?" Aku terkekeh kecil mengingat kejadian dengan si dakocan. "Tidak pa" "Tidak ada acara berpenampilan seperti seorang penghisap aybon?" "Papa! Masa penghisap aybon sih? Ga elit banget! Kudengar kekehan papa dari seberang sana. "Papa hanya bercanda. Berjanjilah bersikap normal Jessica" Jadi selama ini aku tidak nomrla gitu di mata papa. "Tidak pa. Sudah deh aku gakan aneh aneh oke." "Sore ini kamu ke Restoran Jepang di Jalan Sudirman. Bilang saja atas nama Mr. Alwena" "Em, oke love you pa" Telpon dimatikan. Saat aku hendak berjalan ke lift, I-phoneku kembali bergetar. Jimmy Calling "Halo darling miss me? Ready to marry me?" "Jess, kau benar benar gila! Hentikan semua posting di instagramku! Kau membuat pacarku pada kabur!" Aku terkekeh kecil. Aku memang memposting banyak hal mengenai aku dan Jimmy. Dari foto bersama -yangsebenarnyakuedit- lalu quotes quotes tentang cinta gitu deh hingga orang lain akan berfikir kalau aku memiliki hubungan spesial dengan Jimmy. Aku kan sudah bilang kalau Jimmy terus menolak, akan kubuat aku menjadi pilihan terakhir untuknya. "Kukira itu bagus. Jadi tidak ada yang mendekatimu lagi" "Geez. Baiklah sebenarnya aku menelponmu hanya untuk mengatakan kalau aku sudah memblokir semua akun sosmedmu dari akun sosmedku. Bye" "APA?! JIMMY NEUTRON BERANI KAU MELAKUKANNYA AKU AK.." Omonganku terpotong karena merasakan sesuatu yang kenyal dan lembab di bibirku. Benda itu mulai menghisap bibir atas dan bawahku bergantian. Oh shi! Aku merasa kakiku lemas. Mataku tidak mau terpejam malah melotot melihat mata berwarna hitam di depanku. Dia melepaskan benda kenyal itu dari mulutku. "Kau sangat berisik. Banyak orang terganggu dengan teriakanmu. Dan setelah kurasakan mulutmu ternyata tidak berbau naga" Sosok itu lalu memundurkan badannya dan menatapku menyeringai. Sialan! Dia berjalan tanpa dosa menuju lift. Wajahku terasa terbakar melihat banyak karyawan menatapku. Argh, karyawan sialan! Berani sekali dia menciumku! Aku langsung berlari ke arahnya. Dia sedang diam menunggu lift. Saat sudah dekat, aku menepuk bahunya. Dia berbalik dan kembali menyeringai. "Ad.." Bug! Aku melancarkan bogem tangan kananku ke arah rahang tegasnya. Dia langsung memegang rahangnya kesakitan. "s**t! Apa yang.." Bug! Aku lalu menendang juniornya. Ha! Makan itu. Aku ini murid bruce lee tau! "KAU!" Oow sepertinya dia kesal. Aku langsung berlari ke arah tangga darurat dan berlari ke ruangan Theo. Aku tidak bisa menggunakan lift. Aku tidak mau bertemu dengan pria tampan dan menyebalkan itu lagi. Pasti dia hanya karyawannya Theo. Ternyata Donna salah mengenai identitas si cowok tampan menyebalkan itu! Lihat saja akan kuadukan pada Theo biar dia dipecat sekalian. Setelah lama belari aku capek juga. Kulihat nomor di tembok baru lantai 3. Aku lalu menengadahkan kepala ke atas melihat liku liku panjang tangga. Dan ruangan Theo di lantai teratas?! Oh God! Kuatkan kaki hambamu yang cantik ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD