Challenged

3544 Words
"THEEEEOOOOOO" Aku langsung berteriak saat masuk ke dalam ruangan. Kulihat Theo dan Kathy sedang duduk bersebelahan sambil menikmati makanan. Sorry Kathy aku ganggu, tapi aku tidak bisa menunggu lagi. "Maaf pa, ibu ini menerobos masuk" Cih sekretarisnya Theo sangat merepotkan! "Tidak apa apa kamu boleh pergi sekarang Wina" "Baik pak permisi" "Kamu kenapa Jessica?" Kathy bertanya dengan nada bingung. Pasti dia bingung melihatku. Tentu saja bahkan orang gila pun akan bingung melihatku. Bayangkan saja seorang Jessica Willan yang biasanya tampil cantik, keren, kece nah sekarang mungkin lebih mirip orang habis lari lari dikejar tantib. "Kamu harus memecat karyawan gila itu?!" Ya! Theo harus memecat pria tampan menyebalkan itu huahahahaha. "Karyawan apa?". "Karyawan gila yang nekat mencuri ciuman pertamaku di depan karyawanmu yang lainnya" Oke boong dikit gapapa kali ya. Supaya mendramatisir. Jelas itu bukan ciuman pertamaku. Oke ini mulai bermasalah kenapa kedua makhluk di depanku malah melongo seperti orang bloon?! "Kamu tau?! Setelah karyawan gila itu menciumku dia langsung berjalan dengan santainya ke lift meninggalkan aku menahan malu dan kesal di lobby! Kalian tau aku berlari menggunakan tangga darurat untuk sampai lantai 23 ini?!!!!" "Baik akan kupecat dia. Karyawan tidak sopan seperti itu tidak bisa kubiarkan bertahan di kantor ini" Ha! Makan itu pria tampan menyebalkan! Kathy lalu mendekat ke arahku dan mengusap punggungku menenangkan dan membawaku ke arah sofa yang lain. Oke, memang ini yang kubutuhkan. Ditenangkan. Tiba tiba pintu terbuka. Aku melongo tidak percaya. Laki laki itu. "Hai Theo" "DDDDDIIIIIIIIAAAAAAAAAA" Aku langsung berjalan ke dekat Theo. "Theo! Dia karyawan gila itu. Pecat dia! Pecat dia" Bukannya langsung bergerak marah dan memecat pria tampan menyebalkan itu, Theo malah menatap pria tampan menyebalkan itu dengan bingung. Tidak lama kemudian dia malah terkekeh kecil. Oh God, jangan bilang Theo mulai gila. "Apanya yang lucu?!" Aku menggeram marah. Theo lalu berjalan ke arah laki laki menyebalkan itu dan merangkulnya. Oke it's kind a weird now. "Baiklah, lebih baik kuperkenalkan kalian secara resmi. Kau pasti sudah mengenalnyakan Eve?" Kathy malah mengangguk dengan wajah masih bertanya. "Ini Joseph Rivaldi Alwena. Dia sahabatku sekaligus relasiku. Kami sedang ada proyek membangun resort mewah di Ibiza" WHAAAATTTT?!!!!!!! Jadi benar analisa Donna?! Jadi, pria tampan menyebalkan ini bukan karyawan gila melainkan relasi bisnis?! b******k!!!!! "Dan Joseph, ini Jessica Willan sahabat istriku" "Senang berkenalan denganmu Jessica" Joseph menyeringai ke arahku. Oh no, i hate his smirk! Tenang Jessica. Kau harus menguasai keadaan. Jangan biarkan laki laki sinting itu menang. "Cih! Sudi berkenalan dengan seorang pengusaha gila yang bisanya mengambil ciuman pertama seorang mahasiswa! Dasar phedofil! p*****t! Aku tunggu di bawah Kathy! Kita pulang sekarang! Dan Theo jangan mencoba menghentikan Kathy untuk pulang bersamaku atau aku bersumpah akan melempar kau dan teman gilamu itu ke luar jendela" Aku lalu pergi dengan perasaan kesal yang sangat besar. Aku menghentak hentakan kakiku ke lantai dan membanting pintu. Sekarang aku ingin makan orang!! Rawrrr!! ************************************* Aku kembali mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Aku marah, kesal, bete, merasa dipermalukan, merasa dihina sialan! "Jessica? Bisakah kita berhenti dulu di cafe atau semacamnya untuk menenangkan pikiranmu? Aku tidak mau mati kecelakaan" Damn It! Bisa bisanya Kathy tidak mengerti keadaanku sekarang! Sialan! "Apa kamu tadi tidak lihat betapa tenangnya si pencuri itu hah?! Dia membuatku malu bukan hanya di depan karyawannya tapi di depan kau dan Theo?! Cowok b******k!!!" "Ya aku tahu, tapi itu sudah berlalu dan AKU TIDAK MAU MATI KECELAKAAN!" Oke ini pertama kalinya Kathy berteriak padaku berarti aku sudah lewat batas. Aku langsung mengerem mendadak di tengah jalan. Membuat banyak klakson terdengar di sekelilingku. "BRISIK SIALAN!!" Aku berteriak ke luar jendela ke arah para pencipta suara klakson sialan itu. "JESSICA!" Aku melirik Kathy kecil dan tersenyum manis. "Baiklah kita ke cafe dulu" Aku lalu mengemudikan mobil dengan normal menuju cafe terdekat. ************************************* Aku berhadapan dengan Kathy di dalam cafe. Tapi tidak ada satupun dari kami yang membuka suara. Makanan pesanan kami pun datang. Cheese Cake yang biasanya menggoda iman terasa tidak menarik sekarang. Pikiranku masih terbelah antara perjodohan konyol, Jimmy, dan terakhir cowok sinting di kantor Theo. "Apa yang terjadi padamu sebenarnya Jessica?" "Baiklah aku mengakuinya, aku dijodohkan Kathy" Air mataku tidak terbendung lagi. Aku langsung menangis. "Kenapa kau dijodohkan Jess?" "Karena si tua bangka sialan itu punya janji sama kakeknya si cowok itu!" "Tua bangka sialan? Kakek kamu?" "Siapa lagi???!!!" Kathy terdiam dan aku masih sibuk menangis sambil memakan chesee cake. Menangis itu membuat orang kehabisan banyak kalori tau! "Kenapa kamu tidak menolak?" "Si tua bangka itu mengancam akan menendangku ke pedalaman Afrika bila menolak penjodohan t***l ini. Dan orang tuaku? Mereka tidak berkutik bila sudah berhadapan dengan tua bangka itu" Kathy malah tertawa sialan! "KATHY!!!!! Apa yang kau tertawakan! Aku sedang meratapi nasibku dan kau malah tertawa?!" "Maaf. " Pikiranku kembali berkelana pada permintaan Papa tadi. Papa minta aku lebih serius menanggapi perjodohan kali ini. Tapi, bagaimana kalau ternyata dia sangat miss dan lebih parah dari si dakocan? "Gimana kalau orang yang dijodohin sama aku udah tua? Buncit? Jelek? Kathy!!! Hidupku hancur!!! " "Emm, sebenarnya dia cukup tampan" Heh? Kenapa Kathy bisa ngomong seperti itu? "Apa maksudmu?" "Kamu tau laki laki yang cium kamu tadi?" Aku mengangguk bingung "Dia calon tunanganmu." "You must be kidding me" Apa?! Ya ampun sekarang aku yakin Grandpa pasti membenciku. Kenapa miris banget sih hidupku?! Huaaaaaaa ************************************* Aku masih memberi tatapan sinar laser pada pria tampan di depanku yang sedang memakan sushi dengan tenang. Tampan yang menyebalkan. "Mau sampai kapan kau memperhatikanku Nona Willan? Matamu hampir menggelinding" Aku semakin membulatkan mataku. Laki laki ini benar benar menyebalkan! "Oh aku tahu, kau masih mengingat ciuman di lobby tadi siang? Kalau kau mau kita bisa mengulanginya di sini" Kapak mana kapak? Kalo ga kapak celulit ato gergaji mesin boleh deh buat aku lempar ke wajah songongnya yang masih asik makan sushi di depannya. "Kau! Dasar p*****t! p*****l gila!" Dia malah tertawa! Tapi, dia malah tambah tampan. Huaaa mama bagaimana ini bisa bisa aku kalah sebelum berperang. "p*****t? p*****l? Kenapa kau tidak menanyakannya pada dirimu sendiri? Siapa yang pertama kali merayuku hingga tidur di apartementku?" "Untuk informasimu saja ya saat itu aku mabuk!" "Tapi sepertinya kau tidak mabuk saat berbisik padaku di pagi buta" Shit! s**t! s**t! Ini sih triple sial! Dia ingatannya bagus banget! Dan, berarti saat pagi buta itu dia tidak benar benar tidur?! Dasar penipu sinting! Kurasakan wajahku memanas pasti sudah blushing. "Wauw look at your face. You're blushing. So, kamu mau menginap lagi?" Aku langsung berdiri menggebrak meja. Beberapa orang langsung menonton kami. "Dengar ya tuan menyebalkan.." "Yang tampan. Aku masih ingat kau mengatakannya saat aku tidur" SAkjssjdbvsdsddu!!!! Enak sekali dia langsung memotong pembicaraanku dengan kalimat skak itu! Aku seorang Jessica yang biasanya selalu menang kini harus mati kutu di hadapan laki laki sinting ini. Aku lalu duduk dengan lemas. Dia malah terkekeh sialan! "Makanlah dulu, berteriak dan marah marah membutuhkan banyak tenaga. Kalau kau nanti kehabisan tenaga lalu pingsan, siapa yang mau menggotongmu? Aku? Haha aku tidak akan membuang buang waktu" Argh! Aku mengambil sumpit di depanku dan meremasnya sampai patah. Dia hanya menggelengkan kepala melihat aksiku. "Kalau aku jadi kamu, aku tidak akan mematahkan sumplit seharga 1000 yen itu. Sumplit itu didatangkan langsung dari Jepang" Apa? Glek Aku menelan salivaku gugup. Mati! Masa sumpit saja 1000 yen? Hey, aku tahu taktinya dia pasti berbohong. Aku menatap dia yang masih asik memakan sushi dengan menyeringai. "Hey! Lihat apa yang kulakukan" Aku mengambil beberapa sumpit dan langsung mematahkannya sambil melihatnya menantang. Dia menggelengkan kepalanya. Sebuah tepukan terasa di pundakku. Aku menengokkan kepala melihat seorang laki laki putih buncit dengan mata sangat sipit. "Maaf nona, untuk informasi anda yang paling menonjol dari restoran kami adalah sumpitnya yang langsung didatangkan dari Jepang dengan kualitas yang disamakan dengan kekaisaran Jepang." Glek Aku menatap pria tampan menyebalkan yang masih menikmati sushinya seperti tidak terganggu sama sekali. Aku nyengir lebar pada pria buncit itu. "Hehe terimakasih informasinya" "Bisa anda ikut dengan kami untuk membicarakan ganti rugi?" Aku menatap memelas ke arah pria tampan menyebalkan ini. Bukannya aku ga punya uang tapi aku takut dengan pria buncit bermata sipit ini. "Joseph!" "Hem?" "Bantu aku!" "Aku sudah memperingatkanmu" Cih! Pria macam apa dia?! Dengan lesu aku mengikuti pria buncit bermata sipit ini. Argh GRANDPA KENAPA COWOK MODEL GINI YANG DIKASIH KE JESSICA?!!! ************************************ Joseph Rivaldi Alwena 3 kata itu. 3 kata yang membentuk satu nama jelmaan iblis. Baru pertama kali aku bertemu dengan laki laki yang sepertinya sangat hobi mempermalukanku! Dan sialnya lagi laki laki itu adalah orang yang dijodohkan denganku! Setelah kejadian kemarin di saat aku harus mengganti rugi hanya untuk sumplit t***l itu, aku yakin seyakinnya dia pasti akan langsung membatalkan perjodohan kami pada Grandpa. Ya pasti dan harus! Tok tok tok Suara ketukan di pintu kamarku. Kulihat ke arah dinding yang hampir seluruhnya kaca sosok Grandpa bertengger manis di depan pintu. Tumben? Aku lalu berjalan dan membuka pintu. "Ada apa Grandpa?" "Grandpa bangga padamu Jessica" Eh? Apa jangan jangan Grandpa salah makan ya? Masa perjodohan ke tiga gagal dia malah muji? Ato jangan jangan dia niat nyindir? "Yah Grandpa jangan nyindir gitu dong. Ia tau Jessica salah" "Bicara apa kamu Jessica? Grandpa bangga sekali denganmu. Berkat kamu hubungan Willan Group bisa terjalin baik dengan Alaric Group, Calligan Corp dan Alwena Foundation" Heh? Apaan sih ga ngerti. "Grandpa ngomong apaan sih?" "Grandpa tolelir sikap songong kamu buat hari ini Jessica. Karena Grandpa sedang senang sekali karena kamu" Kayanya Grandpa kesurupan deh. Apa aku ceburin aja gitu ke kolam supaya jin ipritnya pergi? Aku berjalan ke samping Grandpa dan mulai berjalan sedikit sedikit ke arah kolam. Dan seperti yang sudah kuprediksi Grandpa ngikutin. Saat sudah di pinggir kolam, "Grandpa sangat senang saat tadi Joseph menelpon Grandpa dan bilang kalau kalian setuju bertunangan dalam waktu dekat" Huapah!!!!!!!! Byur Karena kaget jadi kakiku terselip kaki yang lainnya dan malah aku yang tercebur. Sialan! Ini gara gara si Joseph sinting itu! Siapa yang setuju bertunangan dengannya?! Kenapa dia tidak membatalkan?! "YOUNG LADY!!!!! KAU HARUS MEMAKAI BAJU RENANG SAAT BERENANG BUKAN LANGSUNG NYEMPLUNG!!!!" Geez! ************************************ Aku kembali memoleskan lipstik berwarna merah menyala di bibirku. Hari ini aku akan melepaskan penat dengan kembali bermain DJ. Ya, aku ini lihai bermain Disc Jokey tau. Mungkin sejak aku putus dengan Altego aku tidak pernah bermain lagi. Tapi, hari ini aku benar benar butuh pelampiasan. Satu sosok bernama Joseph Rivaldi Alwena itu benar benar membuatku serasa ingin meledak. Aku mengenakan baju yang cukup berani kali ini. Sepotong tanktop berwarna pink gliter melekat pas di badanku. Panjangnya hanya sampai 5 cm dari pusar. Lalu aku memakai mini hot skirt hitam berbahan kulit yang membuat pantatku tercetak. Aku memoleskan make up yang membuatku terlihat lebih sexy tapi tentunya jauh dari kata menor. Rambutku kubiarkan tergerai. Aku mengambil high heels 15 cm christian loubotinku. I think it's good. Aku mengambil sebuah jaket berbulu tebal berwarna putih yang panjang sampai lutut. Aku juga mengambil i-mac sebagai alatku untuk memixing lagu dan headphone besar dari monster. Kulirik jam tangan putih guessku menunjukkan jam 10 malam. Semoga papa, mama dan grandpa sudah tidur. Amin. Aku berjalan mengendap ngendap ke luar kamar dan masuk ke dalam rumah. Kamarku memang terletak di halaman belakang di pinggir kolam renang. Terpisah dari rumah utama. Aku akhirnya bisa keluar dengan selamat dan sentosa. Ha! Aku memang berbakat jadi mata mata. Aku masuk ke garasi dan mengambil mobil hitamku. Aku langsung memacunya ke arah Club tempatku nongkrong. ************************************ Saat sampai club, kulihat banyak orang menatapku terpesona. Of course i'm pretty, rich and flawless. Aku berjalan ke salah satu meja tempat teman temanku berkumpul. "Kau yakin akan main hari ini?" "Tentu Vin, lihat aku bawa semua alatnya. Btw, mana Jimmy?" "Jimmy tidak ikut. Dia bilang dia merasakan yang aneh pada tubuhnya jadi." Aneh? Apa ya? "Jess? Lihat ClubV" Donna menunjuk ke arah salah satu meja VIP yang elite. Di sofanya duduk beberapa orang. Ada Ka James, Theo, Thomas, satu aku tidak kenal. Tidak ada Joseph. Peduli banget dia di mana. Seorang laki laki tampan berambut pirang dengan piercing di telinganya menghampiri kami. "Kau akan bermain Jess?" "Tentu Paul" Paul. Dia adalah pengatur acara tiap malam di club ini. Wajahnya yang terlihat oriental sangat kontras dengan rambut pirangnya. Dia tinggi bahkan aku hanya setinggi dadanya. Ouw dan juga dadanya sangat tegap membuatku ingin menyender padanya. Dia tampan pasti. Ya, aku pernah menjalin hubungan dengannya. Sebentar hanya seminggu sampai aku bertemu dengan Altego. "Oh tidak secepat itu Jessica sayang" Aku menoleh melihat seorang perempuan berambut brunette menghampiri kami bersama dua side kicknya dan seorang laki laki tampan. Beannette. "Hai Beanette, sayangnya aku tidak peduli dengan pendapatmu kali ini" FYI, Beanette Lucy Kendall. Perempuan kelahiran Rusia-Indonesia ini adalah musuh bebuyutanku dalam bermain Disc Jokey sejak awal karirku. "Bukannya kamu sudah pensiun ya dear? Pasti permainanmu akan sekacau suara banteng berkelahi" What! Kulihat dia tertawa bersama para side kicknya. "Kau tidak akan menang dariku dear" Argh! Aku mengepalkan lenganku kuat. Ingin kutonjok wajah songongnya itu. "Kita lihat saja siapa yang menang kau atau aku Beannete" Beanette berhenti tertawa dan menatapku tajam. "Kamu ingin battle?" "Yang terbaik yang menang, yang kalah angkat kaki dari club ini" Beanette menggemelutukkan giginya dan menatapku kesal. "Kita bermain EDM" What?! Beanette tersenyum licik melihat wajahku yang speechless. "EDM. Take it or leave it" Argh, aku tidak bisa mundur. Bisa tenggelam harga diriku. "Deal" "Deal" Beanette dan side kicknya langsung berlalu. Mampus! Bener bener mampus! "Jess! Kamu bermain EDM? Siapa yang akan bernyanyinya? Jimmy tidak ada di sini dan suaramu jauh dari kata bagus " EDM - elecktronik dance musik. Sebenarnya aku sedikit bersyukur dia tidak meminta dubstep. Tapi tetap saja harus ada penyanyi untuk memainkan EDM. Biasanya aku bermain EDM bersama Jimmy. Suaranya sangat bagus dan pas dengan permainanku. Dan sekarang? s**t! "Paul? Kau bisa membantu Jessica?" Aku menatap Vina dan Paul bergantian. "Seandainya aku bisa, tapi kaliankan tahu aku pengatur acara. Aku tidak boleh memihak." Sial. Bagaimana ini? "Atau kau ajak saja Dimas. Itu laki laki yang sedang duduk di bartender yang memakai kaos putih motif naga. Dia cukup mahir bernyanyi." Aku mengikuti telunjuk Paul yang menghadap seorang laki laki yang duduk sendiri di bartender. "And for your information dia masih 16" Aku langsung tersenyum sumringah mendengar bisikannya di telingaku. "Thanks Paul" Aku langsung mengecup pipi Paul dan berjalan membelah lantai dansa menuju bartender. Tempat Dimas. SkyClub ini club kaum jetset yang memiliki aturan, seperti harus berumur minimal 17 dengan bukti KTP. Aku duduk tepat satu bangku di sebelahnya. "Screwdriver satu" Kataku pada bartender. Bartender itu tersenyum menggoda dan memberikanku minuman campuran vodka dan orange juice itu. "Untukmu" Kataku menggeserkan minumanku ke arah Dimas. Dimas berbalik dan menatapku. Auw laki laki yang cukup manis dari wajahnya sepertinya dia memang benar anak SMA berumur 16. "Kenapa? Aku masih mampu membeli minuman" Aku tertawa kecil. "Anggap saja ucapan terimakasihku atas bantuanmu" Dimas mengernyit tidak mengerti. "Aku tidak membantumu" "Bukan tidak tapi belum. Oke dengar kid, aku tahu kalau kamu belum 17 tahun" Dimas terlihat terkejut dengan kata kataku. "Tante mau apa? Saya masih perjaka" Pletak Aku menjitak kepala anak ini. Enak saja dia kira aku tante girang apa "Aku ga butuh itu! Aku hanya ingin kamu bernyanyi saat aku bermain EDM" Dimas mengangguk angguk. "Baik" "Dengar, kita akan bermain lagunya Zedd. Kau tahu Zeddkan?" "Tentu" "Ayo ikut ke mejaku. Kau hapalkan lagu itu. Sejam lagi kita main" ************************************* "Hello Guys, malam ini kita kedatangan tamu istimewa kita DJ Queen" Aku teralihkan dari minuman yang kupegang ke arah panggung yang tidak terlalu besar di dekat meja DJ. Lagu yang mengalun pun jadi tidak terlalu bising karena perkataan orang itu. Paul. Dia dengan easynya sedang berbicara di depan sana. DJ Queen? Hemm aku jadi tersanjung. "Beanette" What?!!!! Beanette?!! s**t! Apa apaan dia?! Masa Beanette sih?! Kulihat Beanette dengan songongnya naik ke atas panggung dan berdiri di sebelah Paul. Ingin kulemparkan sepatu high heels louboutinku ke wajahnya yang ngajak perang itu. Eh jangan deng mahal. "Hi Everybody?? Miss meeee???" Teriakan heboh menjawab pertanyaan Beanette. Oh God sejak kapan orang orang kaum jetset yang biasanya hang out di club ini bisa berubah jadi orang orang barbar? "Beanette? Bagaimana dengan partymu di Ibiza?" Whaaaattttt?!!! IBIZA??!! Seorang Beanette diundang party di IBIZA?!! s**t! Ke mana aku selama ini kok bisa sampai ga tahu hal sepenting ini?! Damn it! "Well, permainanku di sana seperti biasa membuat banyak orang menggila" Beanette tertawa diikuti yang lainnya. Argh ingin rasanya ku lempar lechy dari cocktailku ke mulutnya supaya dia keselek sekalian. "Vin? Kok aku bisa gatau sih kalau Beanette main di Ibiza? Paul lagi, kenapa ga ngasih tahu aku?" "Waktu itu kamu lagi vacum dari club inget pas kamu vacum setengah tahun buat ngerjain skripsi? Dan semua mulai berubah" Shit! Kalau tau gitu mending aku gakan vacum. Tapi skripsiku apa kabar nanti? Ah paling ngulang tahun depan ga terlalu masalah buatku. Kalau Grandpa? Aku tidak mau mengandaikannya. "Well, aku hari ini mau battle EDM" Beberapa orang mulai bersorak. "Dengan Jessica Bee" Ergh Jessica Bee? Nama ejekan dia untukku sialan! Tiba tiba lampu sorot menyorot padaku. "Hi Jess? Sudah siap?" Aku tersenyum meremehkan. "Tentu" "Untuk kalah" What! Dia lalu tertawa dengan puas diikuti banyak orang. Sialan! Baru pertama kali aku dipermalukan seperti ini! "Oke, kita langsung mulai aja this is Beanette and Dami with GDFR" GDFR? Harus kuakui dia pandai memilih lagu. Dia mulai berjalan ke arah meja DJ dan mengotak atik I-Macnya. Tidak lama kemudian laki laki yang terus bersamanya tadi datang menghampirinya. Mereka seperti berbisik dan mulai berciuman. Ewh tidak tahu malu! Laki laki itu lalu berjalan ke tempat Paul tadi. Dia memakai microphone di bajunya. "Hello Sky Club" Semua berseru menjawab sapaannya. "Miss me Sky Club?" "OFF COURSE DAMI" Argh telingaku berdenging mendengar sahutan orang orang barbar itu. Oh jadi namanya Dami? "This is GDFR" I know what you came here to see If you're a freak, then ya coming home with me And I know what you came here to do Now bust it open let me see you get low It's going down for real It's going down for real It's going down for real Sialan suaranya benar benar bagus. Kulihat banyak orang ikut bergoyang mendengar suaranya. Dan permainan Beanettepun dimulai. Dia benar benar berbakat semua orang mulai menggila mendengar rythme dan tempo yang dia gunakan. Your girl just kissed a girl I do bi chicks Shake for a shake I'm throwing these Emirates in the sky Spinning this As-salamu alaykum Peace to M.O.N.E.Y I love my beaches, south beaches Surfboard and high tide I could just roll up Cause I'm swoll up So that birthday cake get a cobra Buggati for real, I'm cold bruh That auto-biography rover Got the key to my city it's over It's no thots, only Anna Kournikova's I said rackets, ratchets hold up (I said rackets, ratchets hold up) Dia bisa rap? Oh no, aku akan kalah kalau begini. Jimmy, kenapa kau tidak ada di sini saat aku benar benar membutuhkanmu. Ia aku memang tidak terlalu percaya pada bocah berumur 16 tahun yang sekarang malah ikut turun ke lantai dansa meninggalkanku di sini sendiri! Ya benar sendiri karena Donna dan Vina sudah ikut turun ke lantai dansa. Dasar penghianat! Oh seandainya Kathy ada di sini dia tidak akan meninggalkanku. Sepertinya aku harus siap siap pensiun dini. Hiks. Permainan Beanette pun semakin heboh. Sial! Dari mana dia mendapatkan semua bakat sialannya itu? Sebelumnya bahkan dia tidak bisa mengatur equalizer dan effectsnya. Dan sekarang? Kaboom Seperti baru melihat Jimmy menjadi pria seutuhnya. Dan permainan pun selesai. Semua orang berseru lagi dan memuji Dami dan Beannet atau DB. Beanette tersenyum meremehkan padaku. Dia mengangkat ibu jarinya menghadap ke atas ke arahku lalu memutarnya menghadap bawah. Such a mess. ************************************ Vina, Donna, dan Dimas menghampiriku. Wajah mereka berbinar seperti baru saja memenangkan lotere berbanding terbalik denganku yang menekuk wajah sampai ke titik terendah. "Euw, maaf Jess" Aku hanya tersenyum kecut ke arah Vina. "Kau harus naik sekarang. Ayo cepat giliranmu tiba" Aku melirik sedikit ke arah Donna. Lalu kembali menundukkan kepala ke meja. "Oh come on honey, kamu pasti bisa walau tidak menang paling tidak kamu sudah berusaha" What?! Aku langsung bangkit dan menatap sadis ke arah Donna. Tidak menang?! Maksud LO?! Meski hati kecilku tidak mengingkarinya. "Heh bocah? Kau sudah menyamakan suara dengan tempo milikku kan?" Aku beralih menatap Dimas yang terlihat gugup. "Emmm... Yeah" "Good job karena aku bersumpah jika kau mengacaukan semuanya akan ku cincang juniormu" Dimas langsung melotot menatapku ngeri. "Tan, aku masih perjaka" Aku memutarkan bola mataku mendengar nada memelasnya. "Ya sudah ayo" Aku lalu membawa i-mac ku dan berjalan ke arah meja Disc Jokey. Aku menyambungkan I-macku dengan midi controller. Lalu mulai mengecek dan mengatur semua perangkat dari effects units sampai digital vinyl system. Setelah merasa semua beres, aku menyambungkan headphone besarku dan memakainya. Sebelah menempel di telinga kanan dan sebelah lagi bertengger di leher. Aku melepas jaket putih panjangku dan menaruhnya begitu saja di lantai. Semua orang yang melihat aksiku langsung bersorak. Oke, lets play. "Good Evening Sky Club" Suara bersorak yang kudapatkan tapi tidak sebesar sorakan untuk si Beanette menyebalkan itu. "My name Jessica, let's play with Beautiful now. And this my partner" Terdengar sorakan yang tidak seperti sorakan s**t! Aku jadi tidak Pede sekarang. Lalu tiba tiba sosok yang sangat tidak kuharapkan berjalan dengan santainya ke arah panggung. Aura maskulin membuat semua mata tidak bisa melepas memandangnya. Bahkan untuk sekejap suara club menjadi sangat hening. Dia memasang standing mic dan mengaturnya. Mau apa laki laki sinting itu di sini? Mana Dimas?! Sialan!!!!!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD