bc

Clara Prison

book_age16+
3.3K
FOLLOW
40.5K
READ
billionaire
dark
contract marriage
love after marriage
age gap
sadistic
playboy
submissive
drama
bxg
like
intro-logo
Blurb

"Kau masih ingin kabur, Clara?"

Clara tak menjawab, yang terdengar hanya isakan lirih.

"Clara." Lucas menggertakkan giginya.

Masih tidak ada jawaban.

"Clara!" bentak Lucas sambil menjambak rambut Clara kuat, mendongakkan kepala Clara ke arahnya.

"Masih kurang dengan hukumanmu?" tanya Lucas tajam.

Semua terjadi begitu saja, Clara di culik oleh taipan kaya dan di kurung di dalam kamar mewah yang terasa seperti penjara.

chap-preview
Free preview
01
  Clara menatap tajam ke arah Lucas yang memutar-mutar kunci mobil di hadapannya. Kedua tangannya terkepal hingga buku-buku jarinya memutih. Bibirnya terketap rapat. Lucas melirik kearahnya dan tersenyum miring saat melihat kedua tangan Clara yang terkepal. Ia mengambil rokok, menghisapnya dengan kuat. Menghembuskan asapnya ke langit-langit kamar. Melihat Lucas yang merokok menambah api kebencian di dadanya. Clara benci rokok, Clara membenci apapun yang berhubungan dengan rokok. Lucas berjalan mendekati Clara, menghisap rokoknya kuat lalu mendekatkan wajahnya ke arah Clara dan menghembuskan asapnya di hadapan Clara, membuat Clara terbatuk-batuk. Melihat wajah Clara yang memerah karena amarah dan juga asap rokok yang di hembuskannya membuat Lucas tertawa kecil. Tawa meremehkan. Lucas kembali menghisap rokoknya kuat. Ia menarik tengkuk Clara, mencium bibirnya lalu menghembuskan asap rokoknya di dalam mulut Clara. Memaksa asap rokoknya masuk ke kerongkongan Clara. Dengan kuat Clara mendorong Lucas membuat ciuman mereka terpisah. "Mau lagi?" Mendengar pertanyaan Lucas membuat Clara berdiri, tangannya terangkat ingin melayangkan tamparan ke pipi Lucas. Dan tentu saja Lucas menangkap tangan Clara yang terarah ke pipinya. Lucas menghempaskan tangan Clara dengan kasar lalu mencengkram rambut Clara, menariknya kuat hingga membuat Clara mendongak. "Kau menguji kesabaranku? hm?" "Aku membencimu." Clara mendesis sinis, matanya menantang Lucas dengan berani. Lucas terkekeh kecil. Tangannya beralih ke dagu Clara, menjepit dagu Clara dengan tangan besarnya. Tatapannya berubah tajam, dingin tak tersentuh. "Bukan jawaban itu yang ingin ku dengar, tapi tampaknya kau tidak berniat untuk menjawab pertanyaanku dengan baik," ucap Lucas dingin. "Sudah terlalu lama aku memanjakanmu, aku tau kau sudah rindu pada hukumanmu." Setelah mengatakan itu, Lucas berjalan ke arah mejanya, mengambil borgol dan cambuk ukuran kecil dari lacil mejanya. Clara terbelalak, alam bawah sadarnya menyentaknya, membuat kakinya berlari ke arah pintu. Clara tau apa yang akan terjadi, sikapnya memang keterlaluan, karena beberapa hari ini Lucas tidak pernah lagi mengasarinya membuatnya mulai berani menampakkan kebenciannya. Dengan tangan gemetar Clara menyentuh pintu yang sama sekali tidak bergeser sedikit pun. Pintu otomatis yang sialnya hanya bisa di buka dengan kartu dan remot yang memang sudah di setel khusus. Clara berbalik dengan cepat, tangannya menyatu di depan dadanya, menatap Lucas dengan tatapan memohon, hilang tatapan tajam yang semenit lalu di tujukan dengan berani ke arah Lucas. Tangannya bergerak memohon. Kepalanya menggeleng putus asa saat melihat Lucas semakin mendekat. Lucas menarik tubuh Clara yang bergetar dengan lembut, memakaikan borgol ke tangan Clara masih dengan keadaan lembut. Bersamaan dengan senyum miringnya yang terukir Lucas melayangkan cambuk di tangannya ke arah Clara, menciptakan jeritan nyaring yang menggema di langit-langit kamar. "Lucas... ampun." Suara Clara bergetar. Lucas tertawa senang mendengar suara Clara. Ia mendekat lalu mengigit kecil daun telinga Clara. "Terlambat sayang." Cambuk kecil itu kembali mengudara sebelum berakhir di punggung Clara. menciptakan rasa perih yang tak terhingga. Teriakan Clara kembali mengudara di langit-langit kamar, bersatu dengan suara cambuk yang berbunyi nyaring saat bersentuhan dengan punggung Clara. Splashh... "Mencoba melawan lagi, Clara?" desis Lucas sembari tangannya menjambak rambut Clara kuat, hingga membuat kepala Clara terdongak ke atas. Clara hanya menangis tergugu tanpa berniat untuk menjawab. Melihat gadis itu yang terdiam, amarah Lucas semakin membesar, kembali di layangkan cambuk kecilnya ke punggung Clara yang sudah membiru itu. Membuat kesadaran gadis malang itu menipis. Setelah melihat Clara yang terbaring lemah di lantai, Lucas mencengkram rambut Clara, menariknya kuat ke arah tempat tidur lalu membanting tubuh Clara di ranjang. "Menurut dan jangan membuatku marah. Dua hal itu yang harus kau ingat dan kau akan aman." Ia mendekat lalu mengulurkan tangannya menyetuh rambut Clara, merapikan rambut-rambut tipis milik Clara yang berada di wajahnya, kemudian Lucas membelai rambut Clara dengan lembut sebelum pergi meninggalkannya, tanpa berniat mengobati punggung Clara yang memerah dan berdarah, meninggalkan Clara yang terbaring di ranjang dengan isak lirih. *** Clara membuka kedua matanya yang terasa perih dan berat sehabis menangis. Entah sudah berapa lama ia menangis. Seluruh kamarnya gelap, sepertinya sudah malam. Clara menggerakkan badannya yang terasa perih dan kaku. Dengan tertatih Clara berjalan ke kamar mandi. Membuka perlahan dress yang di pakainya, perih dan sakit. Clara mematut dirinya di cermin, punggungnya tampak mengerikan, merah dan biru keunguan. Bukan punggungnya saja yang tampak mengerikan, bahkan seluruh penampilannya mengerikan. Rambut kusut dengan mata sembab dan hidung yang memerah. Tampaknya kali ini Lucas masih berbaik hati, meskipun punggungnya tampak mengerikan akan tetapi tidak semengerikan hari-hari yang lalu. Clara mendesah senang saat seluruh tubuhnya tenggelam di bathup. Rasanya sangat nyaman. Di saat-saat sendiri dan tenang seperti ini sering sekali Clara merindukan rumahnya. Rumah yang hangat dan nyaman, yang penuh dengan canda tawa adik-adik kesayangannya. Saat air di bathup mulai dingin Clara berdiri, menyudahi acara tenangnya berendam. Di samping ranjangnya sudah tersedia nasi hangat dan sup ayam juga beberapa lauk yang lain. Mungkin saat mandi tadi para maid mengantarkannya. Perutnya berbunyi, sejak siang tadi ia tidak makan. Clara bertepuk tangan saat makanannya terasa sangat lezat. Sejak Clara dipaksa masuk ke sini dalam hal makanan dan tempat tinggal semuanya sempurna, seperti tinggal di hotel mahal setiap harinya. Satu-satunya yang menjadi masalah hanyalah Lucas. Hingga saat ini Clara masih tidak tau kenapa Lucas membawanya ke sini, tidak! lebih tepatnya memaksa. Pintu terbuka dan Lucas melangkah masuk, Clara menatap sinis kedatangannya tapi detik kemudian Clara menggigit bibir bawahnya untuk mengendalikan dirinya. Ia tidak boleh lepas kendali dengan menunjukkan kebenciannya. Tapi siapapun itu pastinya akan membenci orang yang telah membawanya secara paksa kemudian mengurungnya selama berbulan-bulan kan? Lucas duduk di hadapannya, menatap Clara yang sedang makan dengan wajah cemberut. Lucas mengulurkan tangannya menyentuh pipi Clara, membelainya dengan lembut. Clara memundurkan wajahnya. Lucas tersenyum tipis. "Bagaimana punggungmu?" Clara diam tak menjawab. Lucas menghela nafas. "Bagaimana punggungmu, Clara? jangan membuatku mengulangi pertanyaanku untuk ketiga kalinya." Wajah Clara semakin cemberut. "Kau pastinya tidak berharap aku mengatakannya baik-baik saja bukan?" Lucas tersenyum manis. Kedua tangannya menangkup pipi Clara. "Maaf," katanya lembut. Air mata Clara yang sudah habis terkuras kini di paksa muncul kembali. Lucas memeluk tubuhnya, mengusap-usap punggungnya dengan lembut. "Iya, aku salah." Clara meronta di dalam pelukan Lucas sambil terisak-isak. Sungguh hati yang lemah! kenapa pula ia menangis hanya karena mendengar Lucas meminta maaf. "Aku kan sudah bilang jangan menatapku dengan mata seperti itu, aku tidak suka." "A-aku lebih tidak suka di sini, se-setiap hari aku bertanya-tanya kenapa k-kau membawaku ke sini," ucap Clara terbata-bata. "Sudah ku bilang jangan pernah ungkit ini Clara." Suara Lucas berubah dingin, usapannya pada punggung Clara terhenti. "Tapi aku tidak tahan Lucas! kau sudah mengurungku di kamar ini selama berbulan-bulan. Kau tidak memberiku ponsel kau juga tidak menyediakan tv, aku tidak tau ini hari apa, bulan berapa, dan tanggal berapa, setidaknya izinkan aku keluar kamar ini Lucas. Aku mau memasak, aku mau menyiram bunga, aku mau melakukan apapun yang bisa ku lakukan, aku juga mau berbicara dengan orang lain." Clara menutup wajahnya dengan kedua tangannya, kembali terisak-isak. "Kau membuatku seperti pasien rumah sakit jiwa!" Lucas membelai rambut Clara. "Terlalu beresiko jika aku mengizinkanmu keluar kamar." "Resiko apa?" Clara bertanya dengan putus asa. Lucas berdiri. "Aku sedang dalam mood yang baik, jangan pernah membahas ini lagi. Juga jangan pernah menatapku sinis, kau akan tau akibatnya." Lagi! Clara di tinggalkan sendiri.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.2K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.2K
bc

The Ensnared by Love

read
104.1K
bc

Dua Cincin CEO

read
231.5K
bc

Me and My Broken Heart

read
34.6K
bc

Si dingin suamiku

read
491.5K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
61.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook