Jangan Terlalu Berharap

1326 Words
"Mang, Nasi goreng nya dua ya! jangan pedes, Teh manis hangat nya juga dua," "siap mas ganteng!" Kini Nafa dan Malvin sudah duduk lesehan ber alaskan tikar dengan meja kecil. Hampir semua mata memandang mereka, Terutama mereka yang juga sedang menikmati nasi goreng pinggir jalan ini, Tentu saja mereka berdua menjadi pusat perhatian orang orang karena penampilan Nafa dan Malvin menunjukkan kalau mereka berasal dari kalangan atas. "Seru juga ya Vin, Makan ditempat seperti ini beratap kan langit." Nafa tertawa sambil melirik ke kanan dan ke kiri banyak pasangan muda yang juga sedang menikmati nasi goreng sambil bersenda gurau. "Iya Fa, Nasi goreng nya sangat lezat, tidak kalah dengan restoran bintang lima." "Apa kamu sering makan ditempat seperti ini?" "Sering Fa,Ini adalah nasi goreng favorit Tania," "Pantas saja ya penjualnya kayaknya uda kenal kamu banget." "Iya Fa, Kami memang sering makan disini." "Kamu dan Tania pasti sudah sangat lama bersama, Kalian pasti sudah melewati banyak hal bersama." "Iya Fa, Aku sangat bangga dengan Tania, Dia gadis yang sangat sempurna dimata ku." "Kalian sangat beruntung Vin, Kalian mencintai satu sama lain dalam waktu yang sangat lama, Aku sangat iri," "Ini mas nasi goreng nya, Eh mas nya bukan bareng neng Tania ya? haduh putus ya mas?" Tanya mang nasi goreng yang kebingungan. "Gak putus kok mang," Malvin cuma tersenyum. "Lah jadi neng cantik yang kayak artis ini siapa mas? mang nasi goreng sempat takjub melihat Nafa yang sangat cantik. "Tunangan saya mang." Jawab Malvin. "Lah," Mang nasi goreng yang kebingungan cuma bisa garuk garuk kepalanya sampai akhirnya pelanggan yang lain meneriaki nya. "Yauda mas dan neng cantik selamat menikmati." mang nasi goreng masih belum bisa mencerna semua perkataan Malvin. Sedangkan Malvin dan Tania hanya tertawa melihat mang nasi goreng yang kebingungan. "Kamu usil banget sih Vin, Kan kasian mang nya jadi pusing." ucap Nafa yang mulai menikmati nasi goreng nya yang ternyata memang nikmat. "Biar aja Fa, Lagian mang nya juga kepo amat." Mereka pun tertawa sambil menikmati nasi goreng dengan suasana yang cukup ramai itu. Setelah selesai makan, Malvin pun membayarnya, mereka pun beranjak untuk pulang, karena jam juga hampir menunjukkan waktu tengah malam. Tak terasa mereka sudah berada didepan rumah Nafa. "Makasih Vin untuk malam ini, Aku sangat bahagia." Ucap Nafa yang sudah melepaskan seat belt nya. "Sama sama Fa, Aku juga sangat senang, Tapi Fa masalah tadi saat kita di mobil aku harap kamu jangan salah paham, Tadi itu aku hanya refleks," "Iya Vin aku paham kok, Kamu tenang aja aku pasti bisa kontrol hatiku," "Iya Fa aku tidak bisa memberikan harapan apapun padamu, Aku sangat mencintai Tania dan hanya akan menikahinya, Ini semua hanya akan berlangsung tiga bulan." Mendengar pernyataan Malvin membuat hati Nafa terasa sangat sakit, Dirinya berusaha menahan air matanya. "Aku akan selalu ingat perkataan mu Vin, Terima kasih untuk waktu tiga bulan ini, Aku tidak berharap lebih, Tapi aku akan selalu berusaha agar kau bisa menerimaku," "Apa kau menyukai ku Fa?" Tanya Malvin, jujur Malvin merasa kalau Nafa juga terpaksa dengan perjodohan ini. "Tentu saja, Sejak kecil aku sudah menyukaimu," Ucap Nafa dengan suaranya yang sangat pelan namun masih bisa didengar oleh Malvin. "Aku minta maaf Fa, Aku yakin suatu saat nanti kamu pasti akan menemukan cinta sejatimu, Kau wanita yang sangat sempurna." "Baiklah Vin aku turun dulu, Kamu hati hati dijalan." "Iya Fa, titip salam sama Papi dan Mami mu." Nafa pun keluar dari mobil dan terus berjalan kearah rumahnya tanpa menunggu atau melihat Malvin lagi, Dia sudah tidak sabar menumpahkan air matanya. Melihat Nafa yang turun dan berjalan tergesa gesa membuat Malvin yakin kalau Nafa sangat sedih dengan ucapannya, Namun dia harus melakukan itu, Bagaimana pun dirinya memang tidak akan bisa memberikan harapan apapun pada Nafa. Malvin pun menghidupkan mobilnya dan langsung tancap gas pulang kerumahnya. Dikamar Nafa langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur, Dia langsung menangis dan menutup wajah nya dengan bantal. "Malvin tidak akan pernah bisa menerima diriku dihatinya." Batin Nafa. Sekilas Nafa mengingat ciumannya tadi dengan Malvin, Dia memegang bibirnya dan masih merasakan bibir Malvin di bibirnya. "Aku benar benar mencintaimu Vin! Apakah aku akan kuat menjalani ini semua, dan melepaskan dirimu untuk Tania," Nafa pun menangis sekuat kuatnya, untung kamarnya kedap suara hingga tidak terdengar ke kamar papi dan maminya. *** Pagi ini Nafa sudah kembali ceria, Begitulah pribadi Nafa yang memang tidak bisa bersedih berlama lama, Apalagi menunjukkan kesedihannya kepada orang tuanya, Nafa adalah tipe orang yang tidak pernah mau memanfaatkan kuasa kedua orang tuanya. Kini dia sudah turun kebawah dengan wajah yang segar dengan pakaian tidurnya. "Pagi Papi dan Mamiku tersayang," Nafa memeluk kedua orang tuanya yang sudah bersiap siap untuk sarapan. "Pagi juga sayang." ucap papi yang mengecup kening putri semata wayang nya itu. "Papi uda rapi aja, Mau kekantor?" "Iya sayang, Kamu kapan kekantor? Temani papi dong sayang, Bantu papi di kantor," Ucap papi. "Jangan dulu dong Pi, Nafa kan masih pendekatan dengan calon suaminya," Jawab Mami Nafa. "Iya Pi, Nanti Nafa pasti bakal kekantor bantuin papi, Nafa janji," Nafa menunjukkan dua jari nya kepada sang Papi. "Yauda sayang papi pegang ya janji kamu." Papi kembali tersenyum kepada putri yang sangat dicintai nya itu. "Gimana makan malam nya sayang?" Tanya Mami yang sedang mengoleskan roti dengan selainya. "Semua berjalan lancar Mi, Nafa senang kok." "Syukur la sayang, yasudah ayok sarapan." Mereka pun menikmati sarapannya dengan tenang. Hari ini Nafa berencana akan masak untuk Malvin, Dia ingin memasak sup ayam dengan sambal kecap, Mami yang melihat Nafa sangat bersemangat cukup bahagia melihat putrinya yang kini semakin dewasa. "Kamu mau masak apa sayang?" Tanya Mami sambil membantu Nafa memotong motong wortel dan kentang. "Aku mau masak sup ayam aja Mi," Nafa tampak mengaduk aduk ayam yang sudah diberi air. "Wah pasti ini enak sekali, Malvin beruntung sekali ya mendapatkan anak Mami ini, Serba bisa, Baik hati, cantik lagi." "Mami bisa aja deh." Nafa pun tersenyum dan memeluk mami nya. Kini Nafa sudah terlihat cantik penampilan yang sangat casual, Dia hanya memakai jeans cutbry dan kaus putih berlengan pendek, Rambut diikat begitu saja. Nafa sudah bersiap siap untuk pergi ke kantor Malvin. Sesampainya Nafa di kantor Malvin, Dia langsung masuk dan membuat Malvin kaget, Masih pukul sebelas pagi Nafa sudah berada di kantornya dengan bekal makanan. "Hai Vin, Aku gak ganggu kan?" Nafa berjalan ke arah sofa dan meletakkan semua bekal yang di bawahnya ke meja. Ada nasi, sup ayam,sambal kecap dan juga potongan beberapa buah buahan. "Hai juga Fa, Kamu uda sampai," "Iya Vin, Nih aku uda masakin buat kamu, sesuai janji aku semalam." Malvin pun berjalan ke arah Nafa dan ikut duduk di sofa. Sedangkan Nafa yang sudah tidak sabar langsung membuka bekal itu, Aroma khas yang keluar dari makanan pun langsung memenuhi ruangan itu membuat Malvin merasa lapar. Tiba tiba handle terbuka dan menunjukkan Bimo yang langsung masuk kedalam ruangan. "Wah kamu disini juga Fa, Harum banget nih kalian makan apa?" Bimo yang sudah biasa asal masuk saja kedalam ruangan Bimo langsung duduk dis ofa. "Hai bim, Iya nih yuk makan bareng kita," "Beneran nih, Aku memang laper sih, Makanya pengen ajakin Malvin makan siang diluar, Ternyata makan siang nya uda ada di kantor" Bimo tampak tertawa sambil melihat makanan yang sudah dikeluarkan oleh Nafa membuat air liurnya pun ingin menetes. "Iya Bim, Ayok makan ini masakan Nafa loh," Malvin kini sudah mengambil piring yang sudah dipersiapkan Nafa. "Hmm sangat enak Fa, Kamu jago masak juga." Malvin sangat kaget merasakan sup ayam buatan Nafa yang sangat pas di lidahnya. "Makasih Vin." "Wah buatkan aku juga Fa, Aku juga mau," Ucap Bimo yang sudah tidak sabar. Nafa pun memberikan piring yang berisi sama seperti Malvin, Bimo pun langsung menyantap makanan itu. "Ini benar benar lezat Fa, Sudah lama aku gak makan masakan rumahan seperti ini" "Kamu sangat beruntung Malvin, Nafa adalah wanita yang sempurna untuk dijadikan istri, Aku sangat iri padamu, Bagaimana perasaan Nafa nanti ketika kau akan meninggalkannya, Rasanya aku tidak mampu melihat Nafa harus bersedih." batin Bimo. "Terima kasih." itulah ucapan Nafa dan merekapun menikmati makanan itu bersama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD